UMBandung dan IAPA Gelar Webinar Nasional Agile Governance
BANDUNG – Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) melalui Program Studi Administrasi Publik bekerja sama dengan DPD Indonesian Association for Public Administration Jawa Barat (IAPA Jabar) menggelar Webinar Nasional Refleksi Akhir Tahun pada Jumat (24/12/2021) lalu.
Webinar ini mengangkat tema ”Agile Governance: Relevansi dan Tantangan Birokrasi pada Era VUCA (Votality, Uncertainty, Completed, Ambiguity) dan Disrupsi” dengan menghadirkan dua narasumber, yaitu Ketua IAPA Pusat Prof. Dr. Agus Pramusinto, M.DA. serta Guru Besar Unitomo Surabaya Prof. Dr. H. Sedarmayanti, M.Pd. Bertindak sebagai moderator yakni Kaprodi Administrasi Publik UMBandung Endang Irawan, S.Sos., M.A.P.
Acara ini dihadiri sebanyak 583 yang terdiri atas seluruh audienc administrasi publik khususnya yang ada di Jawa Barat, umumnya di seluruh Indonesia yang tergabung dari berbagai perguruan tinggi.
Dalam sambutan pembuka, Rektor UMBandung Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc., IPU. mengatakan webinar ini penting untuk mengembangkan pemikiran serta gagasan sehubungan dengan kondisi saat ini yang sangat cepat berubah, penuh ketidakpastian, rumit, dan ambigu.
”Jadi, berkaitan dengan hal itu, saya kira kita harus punya orientasi masa depan yang baik, mempunyai mindset yang adaptif, mindset masa depan, yang orientasinya tentu saja pada perbaikan-perbaikan secara cepat, yang merespons perubahan tersebut,” kata Prof. Herry.
Prof. Herry menekankan bahwa dalam situasi yang sulit diprediksi, fleksibilitas jadi sangat penting, kalau kaku nanti akan sulit. Harus ada penyesuaian, kolaborasi, dan kerja sama dengan berbagai pihak.
Kemampuan dalam menganalisis suatu persoalan secara jernih dan penguasaan teknologi perlu dimiliki, khususnya para pelayan publik, dalam menghadapi perubahan yang ada saat ini.
”Oleh karena itu, kami menyambut baik diselenggarakannya webinar dengan tema Agile Governance yang sangat menarik ini, insyaallah webinar ini akan memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan mutu layanan publik,” tandas Prof. Herry.
Dalam sambutan lain, Ketua DPD IAPA Jawa Barat Dr. H. Yaya Mulyana Abdul Azis , M.Si. berharap di tengah era disrupsi yang sangat luar biasa saat ini, para mahasiswa khususnya, bisa memahami dinamika perkembangan mutakhir seputar administrasi publik.
”Kalau kita tidak bisa memahami, mengantisipasi, mungkin kita akan jadi korban-korban oleh era disrupsi ini. Seperti korbannya angkutan, mungkin pos giro, hotel-hotel konvensional, bisnis-bisnis konvensional, itu semua merupakan korban disrupsi, terus khususnya teknologi,” ucap Yaya.
Yaya mengungkapkan bahwa dengan adanya webinar, semua peserta bisa mendapat sebuah insentif imunitas pengetahuan sebagai bekal menghadapi perubahan yang sangat cepat saat ini.
Ilmu pengetahuan bisa usang
Ada bahasan menarik yang disampaikan Ketua Pengawas KASN Indonesia sekaligus Ketua IAPA Pusat Prof. Dr. Agus Pramusinto, M.DA. bahwa ilmu pengetahuan itu sebetulnya bisa usang.
Seraya mengutip perkataan Samuel Arbesman bahwa ilmu pengetahuan bisa basi seperti makanan. Dengan scientometrics, keusangan ilmu pengetahuan bisa dihitung secara kuantitatif.
”Ada kondisi menjadi penyebab perubahan ini yang datang secara serentak, mulai dari disrupsi teknologi, revolusi industri 4.0, dan industri 5.0 yang semuanya telah mempercepat keusangan tersebut,” kata Prof. Agus.
Lebih lanjut Prof. Agus mengatakan bahwa ”agile governance” dapat dikatakan sebagai mindset pelayanan, sedangkan teknologi sebagai sebuah instrumennya.
”Dan memang yang paling utama itu adalah mindset. Munculnya perubahan dinamika dan kemampuan kita, dimana memang dunia sudah berubah sangat cepat dan tuntutan kepada publik pun semakin tinggi dari sebelumnya. Di sisi lain, kemampuan pengetahuan dan teknologi kita memang tertinggal sehingga kita harus bisa mengejarnya,” tutur Prof. Agus.
Prof. Agus mengamati zaman sudah berubah sangat cepat dan susah ditebak. Contohnya zaman dulu ketika belanja, petugas melayani pembeli. Namun saat ini pembeli bisa memilih barang sendiri melalui mall online dengan mudah dan praktis.
Ditegaskan Prof. Agus, teknologi memang penting untuk mempercepat sebuah pelayanan, tetapi kita jangan sampai terjebak oleh kehadiran teknologi yang canggih tersebut. Jangan sampai mengabaikan perubahan dari mindset pelayanan.
”Ketika kita mengubah teknologi, tetapi tidak mengubah mindset pelayanan, perubahan teknologi itu tidak punya arti penting. Kita harus bisa memilih dan memilah kira-kira apa saja yang akan terjadi ketika teknologi itu diubah, apa dampak positif dan dampak negatifnya terhadap masyarakat luas,” katanya.
“Teknologi itu sangat membantu pekerjaan kita dan juga bisa membawa kita menuju agile governance. Namun, tetap yang paling utama itu adalah perubahan dari mindset pelayanan untuk menjadikan pelayanan publik yang baik dan benar,” tukasnya.
Pada waktu yang sama, Guru Besar Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya Prof. Dr. Hj. Sedarmayanti, M.Pd. mengatakan, kemajuan teknologi dalam era disrupsi ini mengubah total berbagai sektor, menghancurkan bisnis yang pelayanannya konvensional, dan menurunkan kepercayaan publik.
”Kemajuan teknologi telah mengubah gaya hidup dan memorakporandakan banyak pekerjaan, tuntutan terhadap pelayanan publik yang lebih baik di era digital semakin tinggi, dan merupakan tantangan bagi birokrasi untuk menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang berubah sangat cepat ini,” ungkap Prof. Sedarmayanti.
Artificial Intelligence
Prof. Sedarmayanti yang bertindak sebagai pemateri kedua mengungkapkan internet of things (IoT), penetrasi internet di kehidupan sehari-hari, harus diimplementasikan supaya bisa bertahan hidup.
”Artificial Intelligence adalah potensi untuk mempermudah kehidupan sehari-hari melaluci cara yang otomatis dan revolusi insutri 4.0 menghilangkan berbagai pekerjaan yang konvensional untuk kemudian digantikan oleh robot,” tuturnya.
Adanya tantangan ekonomi digital dan revolusi industri 4.0 juga, kata Prof. Sedarmayanti, harus memacu Indonesia meningkatkan sumber daya manusianya dengan teknologi digital. ”Sebagian besar perusahaan itu menjual berbagai produknya menggunakan teknologi secara online,” paparnya.
Terkait pengelolaan birokrasi pada Era VUCA, Prof. Sedarmayanti menilai perlu adanya perubahan radikal, termasuk otomatisasi dan penggunaan teknologi robot.
Prof. Sedarmayanti mengungkapkan bahwa tren global saat ini adalah menurunnya kepercayaan publik dalam sistem politik, pejabat politik, institusi, dan para ahli.
Kompetensi era digital
Soal transformasi sektor publik, Prof. Sedarmayanti menegaskan bahwa pihak terkait harus mempertahankan kepercayaan publik, perlahan menuju pelayanan digital, meningkatkan pemanfaatan teknologi, dan membangun kompetensi baru bagi ASN dan organisasi yang lebih lincah (agile).
Menurutnya, ada tiga hal peting lain yang harus disiapkan, yaitu SDM ASN yang kompeten dan profesional melalui pemberlakuan sistem merit, yakni ASN dinilai berdasarkan kompetensi dan kinerja.
”Hal yang kedua yakni proses perubahan yang bertahap, licah, dan adaptif. Ketiga meningkatkan kemampuan untuk membuat kebijakan publik yang adaptif,” pungkas Prof. Sedarmayanti.(Firman/Santi)