YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Maraknya perilaku bullying membuat para praktisi pendidikan sangat perihatin. Bullying saat ini tidak hanya terjadi di sekolah-sekolah umum, namun juga di sekolah-sekolah khas keagamaan.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa bullying juga banyak terjadi di madrasah, dan beberapa sekolah keagamaan, full day school, bahkan terjadi juga di beberapa pesantren (Ru’iya, 2019).
Tidak ada jalan lain untuk mengurangi terjadinya perilaku bullying, selain selalu melakukan sosialisasi dan edukasi bahkan kampanye anti perilaku bullying. Berbagai upaya sudah banyak dilakukan, seperti beberapa pelatihan untuk menguarangi intensi perilaku bullying. Misalnya pelatihan empati untuk meningkatkan rasa peduli kepada sesama, pelatihan asertif bagi korban, dan lain sebagainya.
Menurut Icek Ajzen (2005) dalam theory of Planned Behavior perilaku disebabkan oleh niat. Sementara itu niat dipengaruhi oleh sikap individu terhadap perilaku, norma subyektif (yang menjadi kayakinan individu), dan persepsi kendali kontrol.
Untuk menguatkan niat, agar para santri di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) tidak berperilaku bullying, Tim Pengabdian Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan kampanye anti bullying di tiga masjid yang berada di bawah binaan PCM Mergangsan Yogyakarta, seperti di Masjid Hayya Alashalaah, Jl. Lowano Timuran No 1361 Brontokusuman pada Sabtu (25/11/2021). Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh santri Panti Yatim Putra Muhammadiyah Yogyakarta berjumlah 70 anak.
Kemudian kampanye anti bullying juga diadakan di Masjid Al-Akhdor, Perumahan Green House, Brontokusuman pada awal Desember ini. Setelah itu di Masjid Tamtama Prawirotaman pada Senin (20/12) yang lalu dan dipandu oleh Sutipyo Ru’iya, M.Si, dengan metode sosiodrama.
Menurut dosen Pendidikan Agama Islam FAI UAD tersebut, acara yang dilakukan di Masjid Tamtama dihadiri oleh 18 santri dan beberapa ustadz dan ustadzah TPA Masjid Tamtama.
“Peserta sangat antusias mengikuti acara ini, lebih-lebih pada saat ditampilkan drama perilaku bullying oleh beberapa santri,” ungkap Bapak Sutipyo.
Beliau juga mewanti-wanti, bahwa drama yang ditampilkan adalah perilaku bullying yang tidak boleh dilakukan oleh para santri, karena melanggar ajaran Agama Islam dan hukum pemerintah. (S/DF)