Sudah Memprihatinkan, Perlu Kecepatan UNHCR Menangani Pengungsi di Indonesia

Rohingya

Pengungsi Rohingya terdampar di Aceh

Sudah Memprihatinkan, Perlu Kecepatan UNHCR Menangani Pengungsi di Indonesia

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Keadaan dan nasib pengungusi berasal dari Afghanistan di beberapa wilayah Indonesia sangat  memprihatinkan.  Belum lama ini sejumlah mereka ada yang menjahit mulut mereka dan bahkan ada yang bunuh diri dengan cara membakar diri. Ini dilakukan sebagai cara mereka untuk memprotes UNHCR yang tidak dengan segera mengirimkan mereka ke negara-negara penerima suaka politik.

Tidak sedikit mereka yang sejak 10 tahun silam bahkan lebih ditampung untuk sementara di beberapa wilayah Indonesia. Penampungan ini dilakukan  karena Indonesia bukan negeri penerima suaka politik. Para pengungsi itu singgah di Indonesia sebelum benar-benar diijinkan oleh UNHCR masuk di wilayah penerima suaka politik, yaitu Australia. Selama dalam penampungan sementara inilah kehidupan sehari-sehari mereka mengandalkan kepada bantuan dan belas kasihan masyarakat Indonesia.

Mereka tidak bisa menjalani dan menikmati kehidupan secara normal sebagaimana warga yang lain. Tidak sedikit anak-anak mereka yang tidak bisa bersekolah. Mereka juga tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Menampung sementara dalam waktu yang berlama-lama, akan menimbulkan masalah-masalah sosial, psikologis, ekonomi dan bahkan juga ketertiban dan keamanan.

Saat ini, di perairan Aceh ada satu kapal yang membawa puluhan pengungsi Rohingnja yang mayoritas terdiri dari perempuan dan anak-anak.  UNHCR telah mendesak pemerintah Indonesia agar segera menerima para pengungsi Rohingnja dengan alasan keselamatan. Kapal ini mengalami kerusakan kebocoran sehingga terancam tenggelam.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan menyampaikan beberapa catatan terkait problem pengungsi ini. Pertama, komitmen bangsa Indonesia terhadap kemanusiaan tidak pernah diragukan dan selama ini telah ditunjukkan menangani berbagai masalah kemanusiaan antara lain tragedi kemanusiaan yang menimpa bangsa dan rakyat Palestina sebagai akibat genosida Israel. Baik pemerintah maupun kekuatan-kekuatan civil society termasuk ormas-ormas Islam, banyak lembaga filantropi dan para tokoh agama telah secara kongkit memberikan perhatian kuat untuk program kemanusiaan ini.

“Hal yang sama juga ditunjukkan untuk para pengungsi Vietnam di Pulau Galang beberapa puluh tahun yang silam. Bahkan juga kepada pengungsi Afghanistan. Para pengungsi Afghanistan ini ditampung untuk sementara di beberapa wilayah Indonesia. Dan selama dalam penampungan ini, masyarakat Indonesia memperlakukan dengan baik dan memberikan bantuan untuk berbagai keperluan hidup sehari-hari. Bisa dimengerti jika bangsa Indonesia dikenal sebagai the most generous country in the world,” ungkap Sudarnoto dalam keterangannya, Kamis (30/12/2021).

Kedua, desakan UNHCR kepada pemerintah Indonesia sebetulnya tidak perlu dilakukan. Ini mengesankan bahwa pemerintah dan bangsa Indonesia tidak peduli kepada masalah-masalah kemanusiaan.  Yang justru harus dilakukan oleh UNHCR saat ini ialah segera menyelesaikan para pengungsi Afghanistan yang sudah lama terkatung-katung di Indonesia.

Problem utama belum terselesaikan oleh UNHCR membiarkan para pengungsi yang sudah ada di Indonesia dalam ketidak pastian. Mereka memiliki hak hidup yang wajar dan karena itu hak-hak dasar mereka harus segera dipenuhi dengan cara segera mengirimkan ke  negara-negara pemberi suaka politik. Membiarkan para pengungsi berlama-lama dalam ketidak pastian, sama saja membiarkan hak-hak hidup hidup dan martabat mereka terlanggar.

Dan ini sama saja membunuh mereka secara perlahan-lahan; membunuh harapan dan masa depan  mereka. Selama UNHCR tidak menunjukkan keseriusannya dalam menyelesaikan soal pengungsi ini, maka akan datang gelombang pengungsi baru masuk ke perairan Indonesia, termasuk Rohingnja.

Ketiga, kuat kesan bahwa UNHCR sangat lamban menyelesaikan soal pengungsi Afghanistan ini. Dan sekarang, Indonesia diminta untuk menerima beban dengan pengungsi Rohingnja. Harusnya UNHCR jangan membebani pemerintah dan bangsa Indonesia dengan mendesak-desak agar pemerintah Indonesia segera menerima pengungsi Rohingnja. Ini sikap yang tidak etis apalagi jelas UNHCR telah membiarkan pengungsi Afghanistan dalam keadaan sengsara di Indonesia. Pemerintah dan bangsa Indonesia insya Allah akan memberikan bantuan melalui program kemanusiaan khususnya kepada para pengungsi. Akan tetapi UNHCR juga harus tunjukkan sikap yang bertanggung jawab dan profesional di mata bangsa Indonesia. Jangan lepas tangan, ini tidak etis membebani Indonesia.

Keempat, UNHCR harus berhasil meyakinkan negara-negara pemberi suaka politik agar segera membuka diri dan menerima para pengungsi. Ini adalah langkah produktif dan bisa menjadi solusi bersama bagi UNHCR, Indonesia, negara pemberi suaka politik dan pengungsi. Kebuntuan selama ini ada di UNHCR dan ini harus segera dijebol. Karena itu perbincangan diplomatik harus segera dilakukan lebih intensif dan penuh kepastian sehingga dalam waktu dekat ada langkah-lagkah kongkrit terukur untuk penyelesaian urusan pengungsi ini.

Kelima, MUI, ormas-ormas Islam dan seluruh komponen masyarakat civil society terutama di daerah-daerah di mana pengungsi berada perlu juga segera secara bersama-sama melakukan langkah antara lain membuat semacam gugus atau aliansi masyarakat Indonesia untuk pengungsi. Melalui aliansi inilah berbagai masalah yang timbul terkait dengan pengungsi bisa ditangani. Karena itu aliansi ini bisa memainkan peran-peran advokasi, edukasi, healing dan pemberdayaan bagi pengungsi. Peran-peran mediasi antara pengungsi dengan berbagai pihak juga bisa dilakukan oleh aliansi ini. (rpd)

Exit mobile version