Situs Warisan Dunia UNESCO Berciri Islam di Afrika Utara
Oleh: Azhar Rasyid
Situs Warisan Dunia UNESCO (UNESCO World Heritage Site) dikenal sebagai sebuah program yang diinisiasi oleh UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk membuat daftar warisan bersejarah di berbagai tempat di seluruh dunia. Program ini dimulai sejak tahun 1972. Situs atau benda yang dianggap sebagai warisan dunia tak hanya yang bersifat kultural (bangunan, benteng, istana, tempat ibadah, kota, dsb) tetapi juga alam (misalnya pulau atau taman nasional).
Selama sekitar empat dekade terakhir, ada 1.121 situs yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia. Meskipun situs-situs itu tersebar di 167 negara di seluruh dunia, dengan corak ragamnya yang berbeda-beda, ada satu hal yang membuat mereka sama, yakni sama-sama memiliki ‘nilai universal yang luar biasa’. Negara di mana lokasi situs itu berada, maupun komunitas internasional pada umumnya, diharapkan bekerja sama untuk menjaga kelestarian situs tersebut.
Dilihat dari jumlahnya, Cina dan Italia menempati posisi teratas negara dengan Situs Warisan Dunia terbanyak. Ini tidaklah mengherankan, mengingat Cina, umpamanya, dikenal sebagai sebuah negeri dengan jejak sejarah yang sangat panjang plus dokumentasi dan bukti sejarah yang cukup banyak. Maka, di dalam daftar Situs Warisan Dunia di Cina ada situs seperti Tembok Besar Cina, Istana Dinasti Ming dan Qing, dan bangunan kuno lainnya.
Lalu, bagaimanakah dengan di Dunia Islam sendiri? Islam muncul di Arabia pada abad ke-7, dan dengan segera mendapat banyak pengikut di luar tanah kelahirannya itu. Selama ratusan tahun, pengaruh Islam tersebar dan tertanam di berbagai wilayah, seperti Afrika Utara, Tanduk Afrika, Persia, India, Asia Tengah dan Asia Tenggara. Pengakuan atas luas dan kuatnya pengaruh Islam ini juga tampak dari dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO yang berlokasi di Dunia Islam. Dengan kata lain, bagi UNESCO, situs-situs ini tak hanya merupakan wujud dari kehadiran Islam di suatu wilayah sejak berabad-abad silam, tapi juga merupakan situs-situs yang mengandung ‘nilai universal yang luar biasa’. Salah satunya adalah di Afrika Utara atau kawasan Magribi, yang merupakan lokasi dari beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO.
Situs pertama berkaitan dengan bagian kota tua yang dibentengi. Dalam hal ini ialah kasbah Algiers. Kasbah merupakan istilah yang mengacu pada kota yang dikelilingi benteng pertahanan, dan ini adalah ciri khas kota-kota di Afrika Utara, termasuk di Algiers, Aljazair. Kasbah Algiers dibangun di atas bukit yang di satu sisinya menghadap ke laut. Ada beberapa peninggalan sejarah penting di kota ini. Pertama, sejumlah masjid yang umurnya sudah beberapa abad, contohnya Masjid El Djedid yang didirikan tahun 1660 dan Masjid Ketchaoua yang dibangun tahun 1794. Satu masjid lainnya, Masjid Djamaa El Kebir, menurut satu catatan bahkan mulai dibangun sejak tahun 1097, dan setelah melalui berbagai pengembangan, masih bertahan dan digunakan hingga kini. Kedua, jalan-jalan di dalam kota tua itu yang mirip dengan labirin, kecil, sempit dan berbelok-belok tanpa pola tertentu.
Masih berkaitan dengan bagian kota, ada satu bagian kota di kota-kota Afrika Utara yang juga diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Ini mirip dengan kasbah, dan dikenal sebagai medina. Dua di antaranya ialah medina di Fez dan medina di Marrakesh, keduanya di Maroko. Medina di Marrakesh dibangun sejak abad ke-11. Pendirinya ialah Dinasti Almovarid dan Almohad (Muwahhidun). Peninggalan bersejarah di medina Marrakesh ini antara lain ialah benteng, masjid, pemakaman, dan lapangan kota.
Masjid bersejarah paling menarik di medina ini ialah Masjid Koutoubia (dikenal juga sebagai Jami ‘al-Kutubiyah). Kalifah Almohad, Yaqub al-Mansour (1184-1199) adalah sosok yang menyelesaikan pembangunan masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Para Penjual Buku ini (nama yang disematkan lantaran pada abad ke-12 dan 13 banyak penjual buku di dekat masjid ini). Dekorasi yang indah, halaman yang luas plus taman serta menaranya yang setinggi 77 meter adalah ikon arsitektur Islam di zamannya. Kini Masjid Koutoubia merupakan masjid terbesar di Marrakesh.
Sementara itu, medina di Fez dibangun oleh Dinasti Marinid pada abad ke-13 dan 14. Pembangunan ini dilakukan seiring dengan dipindahkannya ibukota kerajaan dari Marrakesh ke Fez. Di dalam kota lama ini terdapat peninggalan sejarah seperti masjid, madrasah, istana dan fondouk (tempat penginapan para pedagang atau petualang di masa lalu). Struktur tertua di sana ialah bangunan awal Universitas Al Karaouine, yang didirikan pada tahun 859, dan dengan demikian merupakan perguruan tinggi tertua tak hanya di Afrika Utara tapi juga di dunia.
Situs berikutnya adalah yang berkaitan dengan kota itu sendiri. Ada tiga kota di Afrika Utara yang masuk daftar, yaitu Kairo, Meknes, dan Rabat. Kota Kairo yang Bersejarah (Historic Cairo) adalah bagian tertua di Kota Kairo. Ini mencakup wilayah sekitar 5,2 km2 yang berada di tengah Kota Kairo modern. Kota lama ini dibangun sekitar abad ke-10, atau dengan kata lain merupakan salah satu kota Islam tertua di dunia. Nuansa Islam sangat kental di Kairo lama ini dalam bentuk berbagai bangunan dan fasilitas yang dibangun selama beberapa ratus tahun setelah pendiriannya. Di antaranya adalah bangunan-bangunan masjid, madrasah, benteng dan istana.
Dua kota lainnya dibangun lebih belakangan, namun juga punya peninggalan sejarah yang tak kalah pentingnya. Kota Meknes di Maroko dibangun sejak abad ke-11, berlokasi di sebuah dataran tinggi yang berjarak 60 km dari Fez. Abad ke-17 dan 18 menjadi saksi dari betapa ikoniknya kota ini di Afrika Utara, dengan pembangunan skala besar, di antaranya dinding kota sepanjang 45 km, 20 gerbang kota, dan puluhan istana. Adapun Rabat (Maroko), dijadikan sebagai Situs Warisan Dunia juga lantaran mengingat bagian-bagian kota lamanya yang sudah berusia ratusan tahun yang sangat kuat dipengaruhi oleh Islam, seperti masjid dan pasarnya yang khas.
Azhar Rasyid, Penilik sejarah Islam
Sumber: Majalah SM Edisi 23 Tahun 2019