Kajian Ahad Pagi Muhammadiyah Trenggalek Momen Kebangkitan Pengajian Cabang Ranting
TRENGGALEK, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah Trenggalek pada hari Ahad tanggal 2 Januari 2022 mengawali kegiatan dakwah tahun ini dengan agenda Kajian Ahad Pagi yang bertempat di Masjid Al Asykar Trenggalek. Kegiatan ini diawali dengan Kajian Iftitah yang disampaikan oleh Wicaksono, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Trenggalek yang memberikan pencerahan kepada jamaah.
Rohmat, ketua PDM Trenggalek memberikan sambutan dan beberapa informasi terkait perkembangan terkini Muhammadiyah diantaranya akan dilaksanakan Muspimda yang diteruskan ke Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting. Beliau berwasiat ,” Sekarang saatnya kita bangkitkan lagi, kita menghidupkan kembali pengajian di cabang cabang dan ranting ranting hingga ortom. Kita tancap gas, kita lakukan berbagai aktivitas. Kita harus kuat dan mewariskan kepengurusan yang kuat”.
Kajian Ahad Pagi pertama di tahun 2022 Pimpinan Daerah Muhammadiyah Trenggalek ini menghadirkan pemateri Nur Cholish Huda Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Beliau memberikan pencerahan tentang Menikmati Hidup dengan Mudah dan Murah melalui enam M Menjaga Kesehatan. Melakukan aktivitas dengan khusyuk. Mencukupi kebutuhan fisik minimal. Meningkatkan rasa syukur. Mesra dengan keluarga dan Mengubah ‘TETAPI dengan MESKIPUN. Misalnya ketika akan ke pengajian berfikir “saya akan ke pengajian TETAPI repot” maka diganti “saya ke pengajian MESKIPUN repot”.
Nur Cholis Huda menyampaikan dalam menjaga hati dari perasaan dendam, iri, dan benci, meminta jama’ah untuk mengambil teladan dari salah satu tokoh Muhammadiyah Buya Hamka ketika difitnah oleh Bung Karno, Muhammad Yamin dan Pramudya Ananta Toer. Peristiwa pertama adalah Buya Hamka dengan Bung Karno. Buya Hamka difitnah dan dipenjarakan oleh Bung Karno sekitar dua tahun. Tapi ketika Bung Karno meninggal dan memberikan wasiat terakhir untuk disholati hanya oleh Buya Hamka, beliau langsung berangkat untuk memenuhi amanat Bung Karno untuk mensholatinya tanpa perasaan dendam sama sekali Peristiwa kedua adalah antara Buya Hamka dengan Muhammad Yamin. Ketika Muhammad Yamin menjadi seteru politik berkali kali berkali kali memfitnah Buya Hamka. Tetapi pada detik detik menjelang meninggalnya Muhammad Yamin, hanya Buya Hamka yang membimbingnya untuk mengucapkan syahadat tiga kali hingga beliau meninggal, bahkan mengantarkan jenazah M. Yamin ke Sumatera Barat karena ketika hidup Muhammad Yamin takut bila meninggal Muhammad Yamin takut jenazahnya tidak diterima oleh masyarakat Sumatera Barat karena berkali kali berseteru dengan Buya Hamka. Peristiwa ketiga adalah dengan Pramudya Ananta Toer. Pramudya adalah lawan politik Buya Hamka yang berkali kali memfitnah Buya Hamka. Ketika anaknya Ananta Toer akan menikah dengan pria yang berbeda agama dan harus berislam dulu maka Ananta Toer mengharapkan agar anaknya meminta bimbingan Islam kepada Buya Hamka. Buya Hamka dengan ikhlas membimbingnya dan memberikan salam kepada Pramudya Ananta Toer.
Nur Cholis Huda juga meminta jama’ah untuk meneladani kebersihan hati sahabat Rasulullah dari Ansor yang tidak terkenal tetapi ditetapkan sebagai penghuni surga hingga membuat Ibnu Umar penasaran dan menginap di rumahnya hingga tiga hari untuk mendapatkan jawaban. Ibu ibu jama’ah diharapkan dapat meneladani istri pertama Rasulullah Siti Khadijah dalam memberikan kedamaian dan ketenangan pada Rasulullah saat saat menghadapi waktu waktu yang sulit. Ketika Rasulullah ketakutan setelah menerima wahyu pertama kali, Khodijah menyelimuti tubuh dan hatinya Rasulullah agar tetap tenang. Ketika tidak ada orang yang Islam, Siti Khodijah yang pertama kali masuk Islam Wallahu a’lam. (Kamas Tontowi)