Digitalisasi Dakwah, Baitul Arqam dan Pelatihan Muballigh UM Bulukumba
BULUKUMBA, Suara Muhammadiyah – HootSuite, sebuah situs layanan manajemen konten yang menyediakan layanan media daring, secara berkala melakukan survei, dan salah satu hasil surveinya menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2020 berjumlah 175,4 juta orang dari total 272,1 juta jiwa penduduk Indonesia.
Dari 175,4 juta orang pengguna internet tersebut, sebanyak 160 juta orang di antaranya merupakan pengguna media sosial (medsos) aktif atau aktif bermedia-sosial.
Dengan melihat statistik itu, maka bisa disimpulkan bahwa dunia internet atau dunia maya sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang Indonesia. Dan itu berarti, dunia maya sedikit banyak sudah mampu mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
“Maka mau tidak mau, para pemuka agama, para da’i, para muballigh harus berbenah dalam berdakwah. Dakwah harus masuk ke dunia maya, terutama di media sosial yang penggunanya di Indonesia mencapai 160 juta orang,” kata Anggota Komisi Kominfo Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulsel, yang juga Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel, Asnawin Aminuddin.
Hal itu ia sampaikan saat membawakan materi “Digitalisasi Dakwah” pada “Baitul Arqam dan Pelatihan Muballigh Mahasantri Djazman Al-Kindi Universitas Muhammadiyah Bulukumba, serta Baitul Arqam Pimpinan / Dosen / Karyawan UMB” Pelatihan Muballigh / Muballighat Muhammadiyah, di Kampus II Universitas Muhammadiyah Bulukumba, Kelurahan Mariorennu, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sabtu, 08 Januari 2022.
“Jumlah umat Islam yang rajin ke masjid sangat sedikit, dan yang sedikit itu pun kebanyakan orang dewasa yang berumur empat puluh tahun ke atas. Mereka itulah yang rajin mendengarkan ceramah agama, sedangkan sebagian besar lainnya, terutama kaum remaja dan ibu-ibu, jarang mendengarkan ceramah di masjid. Mereka inilah yang harus disasar untuk didakwahi melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp (WA), serta YouTube,” kata Asnawin.
Pemegang sertifikat Pelatih Nasional Wartawan PWI mengatakan, format konten dakwah bisa berupa video, infografis, gambar, maupun suara, sedangkan jenis konten media sosial antara lain interaksi atau interaktif, edukasi atau pendidikan, hiburan, motivasi, dan profil orang-orang ternama dalam dunia Islam.
“Para muballigh juga sebaiknya paham tentang manajemen isu. Jika ada momen tertentu berupa informasi yang sedang viral di dunia maya, maka para muballigh sebaiknya menunggangi isu tersebut dengan cara membelokkan atau meluruskan isunya sesuai tuntunan agama” kata Asnawin.
Pengajar pada beberapa perguruan tinggi di Makassar juga mengingatkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berdakwah di media social, antara lain konten harus bermanfaat dan menunjukkan Islam yang damai, konten harus berisi sesuatu yang menarik.
“Dakwah juga sebaiknya menyesuaikan dengan tren atau hal-hal terbaru yang digandrungi masyarakat dan sedang jadi pembicaraan, serta dilakukan dengan responsif atau memancing umpan balik dari masyarakat,” kata Asnawin.
Materi Pelatihan
Selain materi “Digitalisasi Dakwah” yang dibawakan oleh Asnawin Aminuddin, juga disajikan beberapa materi lainnya yakni “Sejarah, Materi, dan Metode Dakwah Rasulullah SAW” (dibawakan oleh Kaharuddin Yunus), “Metode Khitabah: Penulisan Naskah Khutbah dan Ceramah” (Dr Nurdin Mappa).
“Prinsip Dakwah Muhammadiyah dan Peran IMM di PTM” (Dr Aminuddin SPd MSi), “Harapan dan Tantangan Dakwah Abad Kedua Muhammadiyah” (Dr Dahlan Lama Bawa).
“Kajian Ketarjihan: Ibadah Praktis Seputar Ramadhan” (Hasanuddin Arasy MPdI), “Retorika Dakwah” (Amiruddin Bakri), serta “Kepribadian Muballigh Muda Muhammadiyah” (Dr Nurdin Mappa).
Ketua Panitia yang juga Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Bulukumba, Irfan Surya, mengatakan, pelatihan yang dibuka oleh Rektor UMB Dr Juamse Basra dilangsungkan selama tiga hari (Kamis – Sabtu, 06-08 Januari 2022) dan diikuti 90 peserta.
“Para peserta adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bulukumba yang mondok di Asrama Mahasiswa,” jelas Irfan. (ist)