Tapak Suci Jerman, Duta Budaya Islam di Eropa
Oleh: Ridho Al-Hamdi
Tepat pada Hari Sabtu, 09 April 2016, saya beserta keluarga yang pada saat itu tinggal di Kota Dortmund, berkunjung ke kediaman pendekar Tapak Suci Jerman, Joko Suseno, yang berlokasi di Bornheim, kota kecil di Jerman bagian barat yang terletak di antara dua kota besar, yaitu Cologne dan Bonn.
Perjalanan Dortmund-Bornheim dengan menggunakan kereta api (D-Bahn) ditempuh kurang lebih sekitar dua setengah jam dengan dua kali ganti kereta dan sekali naik bis. Kami disambut dengan penuh hangat, karena selain Pak Joko, ada juga istrinya, Nikola Lerch (asli Jerman), serta dua anaknya. Selain obrolan santai, saya menyempatkan untuk berbincang seputar perkembangan Tapak Suci di Jerman.
Dari perbincangan siang itu, diceritakan bahwa perjalanan Tapak Suci di Jerman bermula ketika Joko Suseno diutus oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) ke Eropa pada tahun 1990 sebagai pelatih untuk Ikatan Pencak Silat Eropa dengan tujuan agar mengembangkan serta memperluas seni bela diri pencak silat di dunia barat. Berawal dari inilah, kemudian orang-orang Eropa tertarik dengan Tapak Suci.
Kemudian, pada awal 1999, selain bekerja, Pak Joko menjadi pelatih Tapak Suci di Belanda. Tak lama kemudian, pada Oktober 1999, pria kelahiran Jawa Timur ini pindah dari Belanda ke Jerman dan menjadi pelatih Tapak Suci Jerman di Cologne dan Bonn sekaligus sebagai koordinator Tapak Suci Eropa hingga kini.
Saat ini, Tapak Suci Jerman telah resmi menjadi organisasi yang berbadan hukum (eingetragener Verein atau disingkat e.V.) dan diakui oleh pemerintah Jerman. Adapaun nama resminya adalah Tapak Suci e.V. Indonesische Kampfkunst Pencak Silat beralamat di Oderstr. 5, 53332 Bornheim, Germany. Jika kita ingin berkorespondensi, bisa mengirimkan email ke info@tapak-suci.de. Untuk melihat berbagai informasi dan kegiatan Tapak Suci Jerman, bisa berkunjung ke www.tapak-suci.de.
Hingga saat ini, mayoritas murid Tapak Suci Jerman adalah orang lokal Jerman dari berbagai lapisan usia, mulai anak-anak hingga dewasa. Selama hampir dua dekade ini, Tapak Suci Jerman cukup berhasil melahirkan kader-kader sejati, seperti Stravros Pechlivanidis (pendekar muda), Claudius (pendekar madya), Juan Carlos Nicolas Gomez (kader muda), Markus Kuhnert (kader muda) dan Holger von Rhein (kader dasar). Murid muda perempuan yang cukup potensial adalah Elizabeth Reznik.
Alasan ketertarikan mereka terhadap Tapak Suci pun beragam. Menurut Stravros yang sebelumnya pernah mendalami pencak silat lain, Tapak Suci merupakan seni pencak silat yang sangat berbeda dibandingkan karate yang dulu pernah diikutinya serta ada cirikhas khusus di dalamnya. Sementara itu, Marieke, murid Tapak Suci yang masih kanak-kanak, mengatakan bahwa dirinya sangat tertarik Tapak Suci, karena seni bela diri ini tidak terlalu serius, tapi justru membuatnya senang dan bisa belajar banyak hal.
Hal yang sama disampaikan oleh Janus Messing, yang juga masih kanak-kanak. Dia mengatakan, bahwa dengan bergabung ke Tapak Suci, dirinya bisa belajar tentang budaya dan bahasa Indonesia. Saat ini ada tiga orang pelatih di Cologne dan dua orang pelatih di Bonn. Para pelatih ini adalah murid-murid Joko Suseno yang selama ini telah dibina dengan tekun. Jika sang pendekar Joko Suseno berhalangan hadir, para pelatih inilah yang menggantikan perannya.
Berbagai prestasi di tingkat nasional Jerman maupun internasional telah diraih oleh Tapak Suci Jerman sehingga berbagai media televisi tertarik untuk meliputnya seperti media nasional Jerman Deutsche Welle (DW) serta media nasional Indonesia sendiri. Dari cerita ini, saya sendiri menjadi paham bahwa Tapak Suci memiliki peran yang luar biasa sebagai duta budaya Indonesia sekaligus duta dakwah Islam di Eropa. Melalui Tapak Sucilah orang Jerman mengenal Islam serta Muhammadiyah di dalamnya.
Joko Suseno mengatakan bahwa Tapak Suci di Jerman turut membantu program pemerintah di bidang pariwisata. “Dengan Tapak Suci, saya membawa murid-murid saya ke Indonesia, mengenalkan wisata alam Indonesia, makanan Indonesia serta sopan-santunnya orang Indonesia,” terang pria yang pernah lama tinggal di Yogyakarta ini.
Selain latihan rutin, Tapak Suci Jerman memiliki beragam kegiatan baik skala nasional Jerman ataupun ke berbagai negara lain untuk terus menjadi duta yang mengenalkan budaya Indonesia serta dakwah Islam di daratan Eropa. Beberapa jenis kegiatannya adalah keterlibatan dalam seminar, penampilan di atas panggung, pertukaran budaya serta perlombaan.
Sebagai contoh, kegiatan yang sudah dilakukan di tahun 2017 antara lain menjadi pembicara di berbagai seminar seperti Seminar Setia Hati Terate di Sevenum (Belanda), seminar dengan Kempokan di Heidelberg (Jerman) dan seminar internasional di Kali de Mano di Gothenburg (Swedia). Selain itu, tampil juga dalam pertunjukan Hari Budaya Indonesia 2017 di Siegburg, Jerman (13 Mei 2017) dan pelatihan bersama dengan klub bela diri dari Bonn (Agustus 2017).
Obrolan tambahan berlanjut saat kami keluar rumah dan melihat indahnya pemandangan sungai Rhein, sungai yang menjadi jalur perdagangan orang-orang Eropa, di sekitar kediaman Pak Joko. Semoga Tapak Suci Jerman terus menjadi duta Indonesia dan duta Muhammadiyah dalam mengenalkan budaya tanah air dan dakwah Islam yang menyinari masyarakat Barat. Hoffentlich.
Ridho Al-Hamdi, Ketua PCIM Jerman Raya 2015-2017, Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sumber: Majalah SM Edisi 21 Tahun 2017