Mengurai Makna Tajdid Muhammadiyah di Era 5.0

M.Adam Ilham Mizani IMM

M.Adam Ilham Mizani IMM Sukoharjo

Mengurai Makna Tajdid Muhammadiyah di Era 5.0

(Muhammad Adam Ilham Mizani/Ketua Umum PC IMM Sukoharjo)

Etos Gerakan Muhammadiyah

Apa yang membuat Muhammadiyah tetap eksis atau bertahan sampai abad ke 21 ini?karena dua alasan menurut kuntowijoyo. Pertama,Warisan kemurnian ajaran Islam,Muhammadiyah berusaha mensyiarkan dakwah Islam  sesuai dengan ajarannya. Paham agama yang diyakini Muhammadiyah tidak hanya bersifat teosentrisme yang hanya memposisikan manusia sebagai hamba Allah dan kurang adaptif,empati terhadap persoalan kemanusian.Paham teo-antroposentrisme yang mengintegrasikan orientasi ketuhananan(habl  min Allah) dan kemanusian (habl min al-nas) sehingga menjadi konsep yang universal (Kaffah) dalam beragama. Dengan paham teo-antroposentrisme inilah yang membuat Muhammadiyah mampu melakukan lompatan jauh dan mendalam membawa visi dan misi Islam berkemajuan sesuai perkembangan zaman

Kedua,aktivisme sosial yang. Berbagai banyaknya amal usaha Muhammadiyah baik dalam aspek pendidikan,kesehatan,kepemimpinan ataupun dalam hal keagamaan,Muhammadiyah selalu memberikan ruang dan gerak untuk siapapun bisa berkesempatan berpartisipasi dan berkontribusi didalamnya selama memiliki komitmen,kapasitas dan kapabilitas yang dibutuhkan.aktivisme sosial menjadikan Muhammadiyah memiliki gerak sosial yang inklusif (keterbukaan),transparan dan  keseimbangan untuk semua orang tidak sentralistik kepemimpinan dan tetap mengedepankan konsep kepemimpinan kolektif kolegial. Untuk memperkuat paham teo-antroposentrisme dan aktivisme sosial,Muhammadiyah membangun etos kerja-kerja intelektualitas,mendongrak mutu pendidikan, mendukung gagasan gagasan baru,menggembirakan amal sholeh dan menyuburkan semangat perjuangan.

Tadjid Society 5.0

Adanya etos gerakan muhammadiyah berkemajuan terutama didorong semangat kerja intelektual dan amal sholeh menjadikan mediator dan dinamisator untuk bisa memproduksi gagasan pembaharuan keagamaan,kebangsaan dan inovasi seta adapatif dengan teknologi untuk kemajuan umat. Mengurai tentang makna tajdid menurut Haedar Nashir memiliki empat makna mengembalikan sesuatu pada tempatnya (purifikasi), menghidupkan sesuatu yang mati dengan menghidupkan spirit ijtihad,melakukan kebangkitan untuk menjadi sebuah gerakan dan islah untuk bisa berkontribusi dalam memperbaharui dan membangun. Muhammadiyah pada abad kedua akan semakin berat menghadapi tantangan. Dalam buah pikiran abad kedua berisi bagaimana refleksi perjuangan gerakan Islam selama satu abad,pandangan keislamaan, wawasan kebangsaan dan kemanusian serta agenda gerakan.

Pada persoalan pandangan keislamaan diorientasikan karakter  inklusifitas dalam gerakan,berwawasan luas dan mendalam.Hal tersebut harus diinternalisasikan  alam pikiran kader dan warga Muhammadiyah. Wawasan kebangsaan dan kemanusian memiliki makna pikiran bagaimana Muhammadiyah berkomitmen menjadi garda terdepan dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 terintegrasi dengan wawasan keislaman dan keindonesian dengan tujuan bisa membawa keberkahan untuk semua umat manusia.

Era society 5.0 atau yang dikenal dengan super smart society dibuat sebagai tameng dari gejolak disrupsi akibat dari industri 4.0 yang berdampak pada kompleksitas dan kekhawatiran tergerusnya nilai-nilai karakter manusia. Era society 5.0 memposisikan komponen utama adalah manusia mampu menciptakan nilai baru dalam perkembangan teknologi,dapat memanfaatkan informasi dygital menjadi sumber peluang dan nilai kehidupan. Peranan Muhammadiyah menghadapi era tersebut tentu harus mampu mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kecakapan nilai dan pengetahuan sebagai modal utama.

Membangun Nalar Tajdid secara holistik

Untuk mempersiapkan tantangan tersebut,Muhammadiyahperlu melakukan nalar  tajdid secara holistik. Melalui kerangka awal yang dibangun melalui penajaman nalar intelektualitas yang berfungsi sebagai jalan utama menuju gerbang ijtihad. Dalam ijtihad diperlukan wawasan yang luas,mengakar dan kritis mengenai persoalan yang ada, dengan adanya nalar intelektualitas ini akan berdampak pada epistimologi keilmuan yang terukur dan tepat,sehingga nalar akal akan beroperasi dengan adaptif.

kerangka selanjutnya dengan meresapi nilai-nilai religiusitas atau paham agama menurut Muhammadiyah, tidak sempit dalam memahami persoalan agama,tidak kolot dan fanatis. Nalar religiusitas ini akan membentuk jiwa mujahadah ( bersungguh-sungguh) dalam menyakini paham agama menurut Muhammadiyah,melawan musuh dengan kekuatan iman dan pengetahuan,mengendalikan sifat hewan dan setan dalam dirinya serta membela kebenaran untuk keadilan umat. Nalar religiusitas juga akan membentuk wawasan kosmopolitanisme islam berkemajuan yang memilik makna spirit gerakan pencerahan untuk peradaban. Muhammadiyah tidak hanya bisa mempengaruhi dunia tapi juga harus bisa berdialog diranahdunia.Untuk membentuk dan mencapai generasi atau kader Muhammadiyah yang kosmopolitan perlu dilakukan resep dengan sifat critical thinking,cakap komunikasi dan membangun kolaborasi.

Kerangka nalar terakhir,huminitas. Pemaknaan humintas bukan hanya dengan simbol materi untuk mensejahterakan manusia,namun dengan  memuliakan manusia menjadi manusia yang beradab dan berdampak untuk masyarakat luas. Kemanusian menjadi jalan jihad yang tak ternilai harganya. Sudah seyogyanya warga Muhammadiyah di era society 5.0 mampu menumbuhkan materi dengan teknologi menjadi sebuah nilai kehidupan yang penuh makna.

Sebagai jalan melakukan tajdid di era 5.0 Muhammadiyahbisa melalui jalur pendidikan yang akan menumbuhkan kecakapan abad 21 diantaranya kemampuan literasi,sains,informasi,finansial,budaya dan kewarganegaraan). Dengan kemampuan itu diharapkan kader dan warga Muhammadiyah dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan dinamika sosial dengan memaksimalkan potensi agar bisa menghasilakn kreatifitas dan inovasi. Makna tajdid diabad kedua selaras dengan hadist Rasulloh SAW. “Sesungguhnya pada setiap penghujung seratus tahun, Allah akan mengutus untuk umat ini orang yang akan memperbarui agama mereka (H.R. Abu Dawud no. 3740).

Exit mobile version