Tapak Suci adalah Putera Muhammadiyah
Lahirnya Tapak Suci di Kauman sebagai wadah integrasi perguruan pencak serumpun ilmu, membawa atmosfer dan semangat ukhuwah di kalangan pendekar Muhammadiyah. Hal ini mendorong semakin tingginya minat anak muda untuk bergabung dengan Tapak Suci.
Fenomena ini membuat Kyai Achmad Badawi selaku Ketua PP Muhammadiyah menaruh perhatian kepada Tapak Suci. Dengan pengalamannya sebagai ulama senior Kyai Badawi menilai Tapak Suci dapat diharapkan menjadi wahana pembinaan kader Muhammadiyah. Maka perkembangan selanjutnya perguruan ini dijadikan sebagai organisasi otonom Muhammadiyah.
Nama perguruan yang ketika dilahirkan adalah Tapak Suci, kemudian diubah menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Demikian pula lambang perguruan ditambahi sinar matahari, yang identik dengan Persyarikatan Muhammadiyah.
Bernaung di bawah bendera Muhammadiyah, membawa konsekuensi perguruan ini untuk merumuskan kurikulum ilmu pencak ala Muhammadiyah yang bebas dari syirik serta harus rasional. Tentu mudah saja bagi Pak Barie Irsjad untuk mentaati misi Muhammadiyah, karena beliau memang pendekar asli Kauman yang sejak bayi ideologinya Muhammadiyah.
Apalagi Pak Barie Irsjad memang rasional, beliau sejak awal mengusung jargon ilmu pencak Tapak Suci itu metodis dan dinamis. Sebagai ortom-nya Muhammadiyah, semua kebijakan persyarikatan adalah hal yang wajib ditaati oleh Tapak Suci. Dalam hal keilmuan ragawi pencak tidak boleh mengandung unsur syirik, demikian pula kurikulum ruhani Tapak Suci juga berupa Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
Tidak hanya urusan kurikulum pembinaan anggota, tentu saja semua kebijakan Muhammadiyah wajib dirujuk oleh Tapak Suci. Namun demikian hingga perguruan ini berusia 58 tahun belum semua anggota Tapak Suci bisa menerima kenyataan bahwa dirinya adalah bagian dari Muhammadiyah. Menjadi tantangan besar bagi pimpinan Tapak Suci di semua tingkatan untuk dapat mendidik angggotanya agar tidak gemar berselisih dengan kebijakan Muhammadiyah.
Masih ada yang beratraksi kekebalan
Muhammadiyah sangat melarang warganya untuk mendekati praktik syirik dalam bentuk apapun. Memiliki ortom Tapak Suci adalah salah satu strategi Muhammadiyah dalam berdakwah memurnikan aqidah Islam. Kita tentu paham arus besar budaya pencak silat di Indonesia pada zaman dahulu banyak mempraktikkan ilmu-ilmu kebal yang rentan dengan aroma syirik.
Maka sejak awal Tapak Suci mengusung jargon keilmuan pencaknya metodis, dinamis, dan tidak berbau syirik. Ilmu pencak Tapak Suci rasional dan berbasis aktivitas latihan fisik yang terukur. Ketangkasan, kecepatan, dan ketrampilan teknik pencak dipadu kekuatan dan ketahanan fisik yang prima adalah hasil latihan ragawi Tapak Suci.
Maka sangat disayangkan, masih saja ada segelintir anggota Tapak Suci yang gemar dengan atraksi kebal senjata tajam, bahkan rekamannya dipublikasi di youtube. Praktik seperti ini jelas tidak sesuai dengan tujuan beladiri Tapak Suci serta rekomendasi Muhammadiyah. Selain rentan dengan perbuatan syirik, atraksi kekebalan juga mengandung unsur kesombongan yang seharusnya dihindari.
Atraksi pencak Tapak Suci yang benar adalah menampilkan ketangkasan dan ketrampilan jurus serta seni. Untuk menunjang keindahan bisa dipadu dengan iringan alat musik tradisional. Tampilkanlah Tapak Suci sebagai seni beladiri yang rasional, indah, dan bebas dari praktik syirik.
Berselisih dengan tuntunan dari Majelis Tarjih
Setiap menjelang idul fitri dan idul adha selalu dipublikasikan tuntunan ibadah dari Majelis Tarjih Muhammadiyah. Tentu yang paling seru dan klasik ketika terjadi perbedaan dalam penentuan tanggal pelaksanaan sholat ied antara Muhammadiyah dengan pemerintah maupun pihak lain.
Dalam mensikapi hal ini, di usia Tapak Suci yang telah menginjak 58 tahun masih saja ada anggotanya yang terbilang senior kurang yakin dengan metode yang digunakan Muhammadiyah. Barangkali ada 2 sebab bisa karena jarang ngaji, atau silatnya ikut Tapak Suci tapi ngajinya tidak di Muhammadiyah.
Tentu menjadi ironi ketika anggota Tapak Suci sudah sabuk biru bahkan sabuk hitam kok persepsi Al Islam-nya belum selaras dengan Muhammadiyah. Artinya pembinaan ragawinya saja yang sukses wong latihan silat sampai tingkat pendekar, tapi pembinaan ruhani Al Islam dan Kemuhammadiyahan-nya perlu ditinjau lagi.
Tentu praktik selain urusan sholat ied masih banyak, tapi dalam hal sholat ied pasti akan disorot masyarakat jika seorang anggota senior Tapak Suci tidak taat dengan Muhammadiyah. Tapak Suci tidak boleh memandang sepele fenomena seperti ini, ketika gagal menginternalisasi Al Islam dan Kemuhammadiyahan maka bisa jadi juga tidak loyal dengan Tapak Suci.
Harus diakui dan disyukuri bahwa perekat Tapak Suci adalah Muhammadiyah, sudah banyak perguruan pencak silat yang lebih tua dari Tapak Suci mengalami perpecahan lalu bubar atau setidaknya dualisme kepengurusan. Maka jika masih ada anggotanya yang tidak taat dengan Muhammadiyah, bisa menjadi tanda bahaya bagi eksistensi dan kekompakan di tubuh Tapak Suci. Maka semua jajaran pimpinan perguruan harus memastikan bahwa kurikulum pembinaan ruhani Al Islam dan Kemuhammadiyahan wajib dilaksanakan dengan baik. Nuwun.
Yudha Kurniawan, Kader Tapak Suci Bantul