YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Rektor Universitas Darussalam Gontor, Hamid Fahmi Zarkasyi berkesempatan untuk berkunjung ke Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (PERSADA) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Sekaligus beliau menjadi narasumber dalam acara Seminar Nasional Pendidikan yang diadakan oleh PERSADA secara offline dan online via Zoom Meeting dan live streaming di Channel Youtube “Persada UAD TV” pada Senin (10/1).
Seminar nasional pendidikan ini bertemakan “Meneguhkan Peta Jalan Pendidikan Islam di Indonesia”. Dalam acara tersebut Hamid Fahmi Zarkasyi menyampaikan bahwa peta pendidikan di Indonesia itu sulit untuk diketahui dan ditelaah. Ketika ditanya secara ideologis, maka akan sulit untuk digambarkan. Setiap kali negara ini berganti Menteri, maka berganti pula kebijakan yang ada di dalamnya, tanpa terkecuali Menteri Pendidikan.
Menurutnya, ilmu itu harus dimulai dari basic believe atau world view. Bangsa ini telah memiliki ideologi; Pancasila. Pancasila harus dijadikan asas dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pancasila harus dijadikan asas dan asumsi dasar dalam hal ilmu pengetahuan di negeri ini. Bangsa ini adalah bangsa berketuhanan. Terbukti dengan adanya sila pertama dalam Pancasila. Maka, segala hal harus diyakini ada keterikatan dengan tuhan. Problematikanya saat ini terjadi sekularisasi ilmu. Tuhan tidak dikaitkan dengan ilmu Fisika, Sosiologi, dan ilmu lainnya. Justru ilmu-ilmu tersebut lebih didasarkan pada kultur. Padahal karakter kultur itu selalu berubah.
Bagaimana pendidikan di Indonesia? Menurut Hamid telah terjadi dikotomi antara lembaga pendidikan yang berlabelkan Islam dengan non Islam. Terjadi juga dikotomi antara pendidikan di negeri dan pendidikan di swasta. Seakan-akan menganggap unggul pendidikan di negeri dibandingkan dengan pendidikan di swasta. Itulah yang tertanam kuat dibenak masyarakat bangsa ini.
Fakta di lapangan, 90% sekolah menengah terbaik di Indonesia adalah milik non Muslim, serta universitas-universitas terbaik masih didominasi oleh universitas negeri. Hamid menyampaikan bahwa tempat pendidikan itu tidak terlalu penting yang terpenting adalah bagaimana cara anda dalam belajar. Oleh sebab itu, memiliki impian atau obsesi mau jadi apa ke depan adalah penting. Obsesi tersebut akan menjadi pendorong.
Ada tips untuk bisa menjadi sukses yang disampaikan Hamid Fahmi Zarkasyi di tengah-tengah acara seminar. Sebelum itu, beliau menyiapkan beberapa quotes tentang kesuksesan. Berikut quotes-quotes tersebut:
Pertama, “The key to success is to focus on goals, not obstacles”. Kunci dari kesuksesan itu adalah fokus pada tujuan atau obsesi. Jangan sibuk dengan halangan-halangan. Ada halangan maka selesaikan. Seberapa banyak halangan yang anda selesaikan di situlah tanda kedewasaan anda.
Kedua, “Great things never come from comfort zones”. Orang yang selalu hidupnya enak itu sebenarnya bukan kunci kesuksesan. Analoginya, ada satu cerita tentang “kepompong”. Kepompong itu kalau mau jadi kupu-kupu ia akan berusaha keras untuk menjebol kepompongnya itu. Suatu ketika ada orang mencoba agar kepompong itu tidak mengalami kesulitan maka disobeklah kepompong itu, sehingga ia mudah keluar. Lalu, diuji antara kupu-kupu yang bersusah payah dengan yang disobek tadi. Ternyata kupu-kupu yang dibantu dengan disobek itu mati lebih dahulu dibandingkan kupu-kupu yang keluar dengan sendirinya.
Ketiga, “If you don’t like something, change it. If you can’t change it, change your attitude”. Kalau anda tidak suka dengan sebuah proses, maka harus anda ubah. Kalau anda tidak bisa mengubahnya, maka anda yang harus berubah.
Keempat, “Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful”. Belum tentu orang yang sukses itu happy. Biasanya kalau orang matre itu menganggap kesuksesan adalah pendidikannya bagus, lulus dengan baik, bisa menikah, dapat family yang baik itu adalah happiness. Padahal belum tentu orang tersebut happy, belum tentu pasangannya happy, dan belum tentu dosennya suka sama dia, tetapi dibalik itu hidup harus dibuat happy saja. Nanti dengan happiness itu akan muncul sekian banyak perasaan positive thinking. Positive thinking itulah yang menjadikan anda sukses.
Kelima, “Kesuksesan adalah kemampuan seseorang dalam menemukan potensi diri yang sesungguhnya ia miliki. Untuk menemukan potensi itu memerlukan proses belajar secara sistematis, terstruktur, dan terukur”. Kesuksesan itu adalah seseorang berhasil menemukan dirinya sesuai dengan pekerjaannya. Itulah sebenarnya yang dimaksud dengan fitrah. Syed Muhammad Naquib al-Atas dalam menerjemahkan kata happiness adalah orang itu happy jikalau ia melakukan sesuatu sesuai dengan fitrahnya. Itu adalah happy.
Keenam, “Successful and unsuccessful people do not vary greatly in their abilities. They vary in their desires to reach their potential”. Orang yang sukses dengan yang tidak sukses sebenarnya tidak ada bedanya. Bedanya adalah di mana obsesinya tadi itu. Orang sukses itu adalah seseorang yang obsesinya tidak habis-habis. Ketika gagal, maka ia akan melakukan hal lainnya (mencoba kembali).
Adapun tips (langkah-langkah) untuk menggapai kesukesan yang disampaikan Hamid Fahmi Zarkasyi ada tiga; pertama, kerjakan sesuatu yang belum dikerjakan oleh orang lain; kedua, bekerjalah dan berprestasilah di atas prestasi orang lain; Ketiga, prestasi dan sukses belajar bukan karena tempat, tetapi karena semangat dan keyakinan yang ada dalam diri anda.
Di penghujung penyampaian materi beliau menyampaikan sepuluh kriteria skill yang diperlukan (harus dipersiapkan untuk bekal di masa depan); pertama, problem solving (kemampuan untuk menyelesaikan masalah); kedua, critical thinking (kemampuan berpikir kritik); ketiga, creativity (memiliki kreatifitas); keempat, people management (kemampuan bisa mengatur orang lain); kelima, coordinating with others (selalu berkoordinasi dengan orang lain)
Kemudian, keenam, emotional intelligence (memiliki kecerdasan emosi); ketujuh, Judgment and decision making (kemampuan untuk menentukan sesuatu/mengambil keputusan); kedelapan, service orientation (membiasakan diri untuk berkhidmah (memberi bantuan) kepada siapa pun tanpa mengharapkan materi); kesembilan, negotiation (kemampuan untuk melakukan negosiasi dengan siapa pun); kesepuluh, cognitive flexibility (memiliki kognisi yang fleksibel). (Jurnalis Persada)