Majelis Pustaka dan Informasi

Majelis Pustaka dan Informasi

Majelis Pustaka dan Informasi

Majelis Pustaka pada awal didirikan bernama Bahagian Poestaka, pada saat Muhammadiyah dipimpin oleh KH Ahmad Dahlan. Berdirinya bagian ini bersamaan dengan berdirinya Bahagian Sekolahan, Bahagian Tabligh dan Bahagian Penolong Kesengsaraan Oemeom (PKO).  Pendirian bahagian-bahagian itu berawal dari rapat Muhammadiyah pada tanggal 17 Juni 1920, yang dihadiri sekitar 200 orang anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Rapat yang dipimpin oleh KH Ahmad Dahlan itu memutuskan kepengurusan untuk beberapa bahagian dalam Muhammadiyah, yaitu: 1) Pengurus Muhammadiyah bahagian Sekolahan dengan ketuanya HM Hisyam; 2) Pengurus Muhammadiyah bahagian Tabligh dengan ketuanya HM Fachroddin; 3) Pengurus Muhammadiyah bahagian PKO dengan ketuanya HM Syuja’; 4) Pengurus Muhammadiyah bahagian Taman Poestaka dengan ketuanya HM Muchtar.

Pada tahun 1915, Bahagian Taman Poestaka telah menerbitkan majalah bulanan bernama Swara Moehammadijah dengan pemimpin Redaksinya KH Fachruddin, yang selanjutnya digantikan oleh HA Hanie. Saat itu majalah Swara Moehammadijah telah terbit sebanyak 1000 eksemplar tiap bulannya. Di samping itu, bahagian Taman Poestaka saat itu juga menerbitkan buku-buku dan selebaran-selebaran. Buku-buku dan selebaran-selebaran itu, ada yang dijual dan ada yang dibagikan secara cuma-cuma. Sampai akhir tahun 1929 Bahagian Taman Poestaka telah memiliki 992 buku. Bagian ini juga mendirikan perpustakaan, menyelenggarakan penerbitan buku dan selebaran.

Foto Bibliotieek Muhammadiyah 1927 (Dok. Pusdalitbang SM)

Dalam perkembangan selanjutnya pada Kongres Muhammadiyah ke-18 di Solo tahun 1929, diputuskan untuk mendirikan Uitgeefster My, yakni suatu badan yang mengusahakan penerbitan buku-buku sekolah Muhammadiyah yang diurus oleh Hoofdbestuur/HB (Pengurus Besar) Muhammadiyah Bahagian Majelis Pustaka. Pada tahun itu juga, bagian ini telah menerbitkan buku karya KH Ahmad Dahlan yang berjudul: Al-Islam, Al-Qur’an, Al-Manar (Pepadanging Bawana). Keberadaan majelis ini memang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan Muhammadiyah, terutama dalam rangka amar makruf nahi munkar. Sebab, dalam perkembangannya Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari penerbitan dan perbukuan. Pada Kongres Muhammadiyah tahun 1929 yang dihadiri 19.000 peserta dari seluruh Indonesia (kecuali Kalimantan) telah diterbitkan 700.00 buku dan brosur.

Majelis ini merupakan Badan Pembantu Persyarikatan yang dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab kepada Pimpinan Persyarikatan di masing-masing tingkat. Majelis ini mempunyai tugas untuk melaksanakan dakwah Islam di bidang perpustakaan, penerbitan, penyusunan dokumentasi dan sejarah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Majelis Pustaka berfungsi; menyelenggarakan kegiatan dalam bidang perpustakaan, penerbitan dan publikasi, penyusunan dokumentasi dan sejarah, dalam rangka penulisan sejarah Persyarikatan.

Sebelum menjadi Majelis Pustaka dan Informasi, pernah beberapa kali berganti nama, tahun 1995 bernama Lembaga Pustaka dan Dokumentasi PP Muhammadiyah. Bahkan periode Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta, tahun 2000, Majelis ini ditiadakan dalam kepengurusan Persyarikatan Muhammadiyah. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang, tahun 2005, bagian ini dimunculkan kembali dengan nama Lembaga Pustaka dan Informasi. Terakhir, Muktamar Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta, yang dikenal dengan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, dirubah kembali menjadi Majelis Pustaka dan Informasi. Penambahan kata Informasi dalam Majelis ini dengan pertimbangan, perkembangan di bidang teknologi informasi yang sangat masif, menuntut Muhammadiyah untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam memperluas bidang dakwahnya.(Imron Nasri)

Sumber: Majalah SM Edisi 6 Tahun 2021

Exit mobile version