Tercerabut dari Akar Paradigma, IMM Sultra Perlu Perubahan

Tercerabut dari Akar Paradigma, IMM Sultra Perlu Perubahan

Tercerabut dari Akar Paradigma, IMM Sultra Perlu Perubahan

Oleh: Asman

Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM) merupakan, organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah yang mendeklarasikan dirinya sebagai eksponen dari Muhammadiyah (enam penegasan IMM). Tentunya hal demikian menjadi konsekuensi tersendiri bagi IMM yang menjadi basis dari terbentuknya angkatan muda muhamamdiyah. Kian waktu berlalu, perkembangan IMM telah sampai pada lapisan seluruh masyarakat di Indonesia. sebanyak 34 Provinsi dan ratusan cabang telah berdiri kokoh dengan segala sumber daya yang ada.

Tak terkecuali dengan IMM Sultra, keberadaan IMM di Sultra memberikan sebuah harapan kepada Muhammadiyah secara umum bahwa tegaknya ideologi dan cita-cita dalam mewujudkan masyarakat Islam dengan sebenar-benarnya tentunya menajdi angin segar. Gerakan yang dilakukan oleh anak-anak muda yang masih mencari jati diri tentunya menjajikan bagi sebuah organisasi yang begitu besar.

IMM yang dibentuk dengan alasan untuk melancarkan ekspansi dakwah Muhammadiyah, sepertinya hanya berada pada generasi awal dan di era 2000 an yang begitu progresif dan konsisten dalam gerakannya. Hal demikian dapatkan kita buktikan, hari ini yang menjadi penggerak di amal usaha muhamamdiyah dan pada lingkungan masyarakat adalah mereka kader IMM yang berada pada era tersebut. Di dukung dengan basis intelektual yang tinggi, pemahaman keagamaan yang kuat, serta kegigihan sosial yang di tunjukkan dengan berbagai kegiatan, menunjukkan bagaimana kualitas diri akder di era tersebut.

IMM Sultra setidaknya telah tercerabut dari akar paradigma, pemahaman intelektual yang belum paripurna, ideologi Muhammadiyah yang belum sepenuhnya dipraktekkan, menjadikan kader IMM Sultra sebagai basis tumbuh dan berkembangnya ideologi Muhamamdiyah menjadi sebuah keniscayaan. Hal demikian bis akita buktikan dengan melihat realiatas yang ada, misalnya kader IMM Sultra terjebak pada debat kusir yang yang berkepanjangan, kurangnnya karya ilmiah dan pemahaman intelektual yang kokoh menjadikan kader IMM Sul;tra menjadi labil. Di setiap momen pengkaderan, dilaksanakannya proses screaning peserta, banyak menunjukkan kader IMM Sultra masih banyak yang belum menjadi Muhammadiyah.

Sebagai organisasi yang memiliki induk ideologis, IMM khususnya di Sultra harus mampu menunjukkan keberpihakan kepada induknya tersebut, dengan menjadikan setiap Tindakan sesuai dengan fatwa himpunan putusan tarjih sebagai konsekuensi dari ideologi. Namun keadaan itu, benar-benar jauh dari harapan yang di inginkan.

Dalam proses pelaksanaan musyawarah di setiap level pimpinan, acap kali kader-kader IMM Sultra terjebak pada retorika yang membuat kader IMM Sultra berhalusinasi tinggi. Karena tidak di dukung dengan kekuatan intelektual yang memadai akhirnya musyawarah hanya berakhir pada telunjuk senior yang memiliki kepentingan.

Jika demikian terus terjadi, IMM Sultra yang mencita-citakan menjadi basis ideologi, sebagai pelengkap dan penyempurna persyerikatan hanya akan menjadi sebuah keniscayaan yang berkepanjangan. Sebagai organisasi intelektual, IMM seharusnya lebih banyak bersikap layaknya seorang intelektual yang bukan hanya terkungkung dalam dinamika internal yang tak berkesudahan itu. sebagaimana yang dikatakan oleh Rifma Ghulam DZ seorang senior IMM bahwa melihat konteks sejarahnya, IMM seharusnya mampu melahirkan banyak intelektual di zamannya, kaum yang selalu bergerak pada perubahan dan pembaharuan. Namun hal demikian akan menajdi sulit jika, IMM Sultra masih terkoptasi dengan agenda-agenda yang tidak terstruktur.

Perlunya Pembinaan Intelektual

Keberadaan IMM di Sultra, merupakan salah satu jalan keluar dari eksklusivitas menuju progresifitas. Hal demikian tentunya IMM yang mendeklarasikan diri sebagai organisasi yang focus membina intelektual. Besarnya kuantitas ternyata tidak selamanya menguntungkan, sebab akan banyak masalah yang timbul dari banyaknya anggota yang sudah memiliki pengetahuan organisasi. Namun kuantitas itu tidak aka nada artinya jika tidak di imbangi dengan kualitas kader. IMM Sultra semakin besar namun tidak popular di kalangan mahasiswa, dan ini merupakan masalah yang begitu besar.

Pada setiap musyawarah, baik tingkatan pusat sampai pada komisariat, banyak keputusan yang telah diambil dalam rangka pemajuan organisasi. Keputusan-keputusan itu, yang diambil secara musyawarah hanya menjadi dokumen using yang tidak bisa direalisasikan. Kurangnya strategi menjadikan Gerakan IMM Sultra menjadi absur. Setidaknya IMM Sultra kedepan harus melakukan terobosan yang baru dengan focus sebagai basis intelektual. Sebab seorang intelektual kata Edwar Said harus mampu menghadirkan diri di tengah masyarakat yang sedang tersesat.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan IMM Sultra yaitu IMM Sultra harus mampu memahami dirinya dengan menampilkan paradigma yang terbangun, serta menafsirkan paradigma tersebut dalam realitas objektif sehingga mampu berimplikasi kepada realitas sosial atau ditengah masyarakat. Selanjutnya IMM Sultra harus mampu menerobos sekat-sekat ekslusivisme yang semakin kokoh dalam setiap pemikiran kader-kadernya.

Selain itu, IMM Sultra setidaknya harus menyiapkan wadah intelektual bagi seluruh kader IMM Sultra melalui keputusan-keputusan yang di ambil di pimpinan agar mampu mengelolah kader yang begitu banyak. Sudah saatnya kelompok diskusi baik di warkop maupun di secretariat atau sebagainya di isi dengan basis keilmuan. Bukan malah sebaliknya. Kita perlu membangun citra, menjadikan masing-masing pimpinan sebagai contoh untuk berbuat, sehingga kader-kader yang lain mampu tertarik tanpa adanya paksaan. Tentunya dengan paradigma IMM yang selama ini ada akan menajdi basis pembinaan, sehingga paradigma IMM tidak hanya di tefsirkan secara personal oleh setiap kader.

Paradigma yang dimaksud ialah, bagaimana enam penegasan dan tri kompetensi dasar betul-betul di pahami dan ilhami menajdi sebuah gerakan yang progresif yang berdasarkan basis intelektual. Paradigma inilah yang kemudian harus benar-benar tertanam dalam setiap kader, guna meningkatkan kapasitas intelektual sehingga cita-cita Djazman Al-Kindi untuk melahirkan “muslim intelektual” mampu terjawab, setidaknya IMM Sultra mampu menjadi patron bagi IMM yang lainnya di seluruh Indonesia.

Asman, Kader IMM Sultra/ Ketua Cabang IMM Kota Kendari 2019-2020

Exit mobile version