GSM Urai Perjalanan Bisnis Nabi Muhammad SAW
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat menyelenggarakan kembali kegiatan rutin Gerakan Subuh Mengaji (GSM) secara daring pada Selasa 18 Januari 2022.
Dilansir dari TvMu, mengusung tema “Perjalanan Bisnis Nabi Muhammad SAW”, GSM kali ini dihadiri lebih dari 976 mustamik lokal Jawa Barat dan lintas provinsi dari seluruh Indonesia.
Kemudian diskusi dibagi ke dalam empat sesi, yaitu (1) perjalanan bisnis sebelum diangkat menjadi rasulullah, (2) perjalanan bisnis setelah nabi dan rasul, (3) pewarisan nilai bisnis kepada sahabat, dan (4) bisnis dalam Islam.
Bertindak sebagai narasumber yakni Founder Monday Media Group sekaligus Penasihat Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat Muhammad Muchlas Rowi. Beliau termasuk orang yang konsisten karena telah mengikuti GSM sebanyak 531 sesi.
Muchlas mengetuk pintu hati audiens dengan merefleksikan kesempatan waktu subuh sebagai keberuntungan yang sangat berharga. Yakni bagi siapa saja yang istikamah berada di jalan Allah, salah satunya rutin mengikuti pengajian di kegiatan GSM ini.
”Urusan hidayah itu merupakan hak prerogatif Allah SWT,” ujarnya.
Muchlas menerangkan perjalanan bisnis sebelum diangkat sebagai nabi & rasul. Berangkat dari doa Nabi Ibrahim yang termaktub dalam QS Ibrahim (14):
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Muchlas menuturkan bahwa ayat tersebut memberikan gambaran mengenai fenomena khusus perniagaan di jazirah Arab.
Di antaranya adalah kondisi kawasan Arab yang kering, berbatu, berpasir, tidak ada hasil pertanian yang dapat dipetik. Kemudian hanya kaum Quraisy yang memiliki akses khusus untuk membuka perdagangan di Makkah karena mereka penjaga ka’bah.
Selain itu, Muchlas merunutkan silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW yang merupakan keturunan pedagang masyhur dengan masing-masing capaian yang dimilikinya.
Seperti Qushai ibnu Kilab yang meruapakan tokoh yang membuka jalur perdagangan di Makkah. Ada juga Hasyim ibnu Mannaf yang merupakan kakek buyut dari Nabi Muhammad SAW.
Soal silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW, Muchlas menjelaskan karakter dermawan yang dimiliki oleh Hasyim ibnu Manaf.
“Hasyim dalam kisahnya memiliki karakter dermawan. Dalam sebuah kisah diceritakan saat musim paceklik hingga terjadi kelaparan, dia pergi menuju Syam. Sepulangnya dari Syam dan tiba di Makkah (dengan membawa gandum), Hasyim tidak menjual gandum tersebut. Namun, membagikan gandum yang telah diolah menjadi roti dan (membagikan) sekian banyak sembelihan kepada masyarakat,” tuturnya.
Di samping silsilah, Muchlas mengajak audiens merekam ulang fase perjalanan Nabi Muhammad SAW yang terbagi menjadi beberapa fase. Di antaranya ketika nabi berusai 8 – 12 tahun sebagai pengembala, 12 – 39 tahun berdagang, dan 40 – 63 tahun sebagai fase kenabian.
Muchlas memandang kemandirian Nabi Muhammad SAW (termasuk dalam berbisnis) terbangun sejak dia tidak lagi dirawat oleh kedua orang tua dan kakeknya.
“Bayangkan, sejak itu para saudaranya di tempat ia dirawat tidaklah sedikit. Nabi Muhammad SAW saat itu merasa sungkan ketika makanan yang dipotong menjadi beberapa bagian yang terkadang tidak mampu mencukupi untuk dimakan bersama-sama,” jelas Muchlas.
“Didorong oleh kondisi tersebut, di situlah Nabi Muhammad memutuskan untuk mengembala dan mengikuti jejak pamannya untuk berdagang,” lanjutnya.
Muchlas melanjutkan diskusi dengan sebuah pertanyaan bahwa lantas dari mana modal Nabi Muhammad SAW untuk berdagang?
Ia menjelaskan bahwa modal integritaslah yang membawa Nabi Muhammad SAW menjadi pedagang yang ulung.
“Selain tentu saja integritas, kecakapan, dan keberanian untuk bergaul dengan para pedagang masyhur yang menjadikan ia memiliki bekal pembelajaran tentang konsep berdagang para saudagar. Salah satu tokoh pebisnis yang dicari dan diajak berbicara adalah Hayyan,” ucap Muchlas.
Core values yang dikenal sebagai konsep bisnis pada masa modern tampaknya telah melekat dan diimplementasikan lebih dulu pada perilaku bisnis yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW, terutama dalam sisi safety & morality.
Dalam kesempatan tersebut, Wawan Sugiarto memberikan tanggapan atas materi yang disampaikan Muchlas dengan mengatakan, “Sudah menarik dan mendapat gambaran yang jelas, terutama dari segi kultur dan lingkungan yang membentuk jiwa berdagang Rasulullah SAW.”
Melalui pernyataan Wawan tersebut, Muchlas memberi tanggapan. “Memang jika meminjam berbagai istilah dalam buku 7 Habit karya Stephen Covey, di sana kita akan menemukan relevansi mengapa kultur dan lingkungan menjadi bagian yang membentuk jiwa seseorang,” tambah Muchlas.
Apresiasi
Pada kesempatan yang sama, Ketua PW Aisyiyah Jawa Barat, Ia Kurniati, mengapresiasi dedikasi Muchlas Rowi yang telah berkenan terlibat langsung dalam gerakan GSM PWA Aisyiyah Jawa Barat.
“Bapak dan ibu, Kang Muchlas ini merupakan penasihat GSM yang memberikan motivasi serta dukungan kegiatan yang hari ini memasuki tahun ke-2,” ucap Ia Kurniati.
“Mental berwirausaha ini perlu diiringi dengan spirit untuk memiliki wawasan yang luas. Salah satu universitas Muhammadiyah di Bandung yakni UM Bandung hari ini mengusung visi technopreneur dalam mendidik para mahasiswanya. Mudah-mudahan apa yang disampaikan Kang Muchlas memberi kita keyakinan bahwa mental berwirausaha itu perlu dibangun, terutama untuk generasi yang akan datang,” ujar Ia Kurniati.
Sementara itu Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Suhada, pun turut memberi prakata dalam kegiatan GSM ini.
“Materi Kang Muchlas yang mengupas nilai-nilai substansi dari perjalanan bisnis Nabi Muhammad SAW ternyata sangat erat dengan teori Islam berkemajuan. Atas nama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, tentu kami merasa senang. Pikiran-pikiran ini dapat kembali digulirkan dan dikuatkan. Insyaallah besok akan menjadi kultur sekaligus perilaku hidup kita sebagai kunci menapaki peradaban baru,” tutur Suhada.
Sebagai closing statement, Muchlas memberikan pesan bahwa substansi dalam sesi diskusi pagi ini adalah mendalami fakta bahwa Rasulullah SAW memiliki jiwa berdagang yang tidak terlepas dari gen silsilah keluarganya.
“Kemudian penanaman nilai historis Nabi Muhammad SAW dalam dunia pendidikan menengah perlu disempurnakan dengan menggunakan metode listen learn yang lebih meluas kepada kisah nabi secara umum, tidak terbatas kepada fenomena kenabian saja,” pungkas Muchlas.