Tausiyah Ketua PCM Syah Kuala di Dayah Arun Bahas Keutamaan Ilmu Syar’i

Ilmu Syar'i

Tausiyah Ketua PCM Syah Kuala di Dayah Arun Bahas Keutamaan Ilmu Syar’i

LHOKSEUMAWE, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Cabang (PC) Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA mengisi pengajian Shubuh di Dayah Moderen Arun (Damora) Lhokseumawe pada hari Ahad lalu (16/1).

Dalam ceramahnya pada pengajian Shubuh di Dayah Modern Arun, ustaz Yusran yang juga Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh jebolan International Islamic University Malaysia (IIUM) menjelaskan urgensi dan keutamaan mempelajari ilmu syar’i.

Terdapat dua alasan tentang mengapa mengangkat topik ini. Pertama, ceramah disampaikan di hadapan para santri/santriwati dan para ustaz/ustazah serta pimpinan dayah. Tujuannya untuk memberi motivasi dan semangat dalam dalam belajar ilmu syar’i. Kedua untuk merespon dan memberi solusi terhadap persoalan umat terkait dengan ilmu syar’i.

Selama ini banyak umat Islam lebih mengutamakan ilmu dunia dari pada ilmu syar’i. Bahkan mereka berlomba-lomba mempelajari ilmu dunia, namun sayang tidak memprioritaskan mempelajari ilmu syar’i.

“Ilmu syar’i adalah ilmu berupa keterangan dan petunjuk untuk memahami syariat Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yang termasuk ilmu syar’i yaitu ilmu Tauhid, Aqidah, Akhlak, Tajwid, Ulumul Qur’an, Ulumul Hadits, Ushul Fiqh, Fiqh, Maqashid syariah, Bahasa Arab, dan lainnya. Ilmu-ilmu inilah yang mendapat pujian dan sanjungan dari Allah swt dan Rasul-Nya saw bagi orang yang mempelajarinya,” ungkap ustaz Yusran.

“Mempelajari ilmu syar’i itu hukumnya wajib, berdasarkan Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 122 dan hadits Nabi saw, “Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

“Mengenai kewajiban ini, para ulama membagi ilmu syar’i itu kepada dua bagian. Pertama; wajib ‘ain yaitu ilmu Tauhid, Aqidah, Fiqh Ibadah, Tajwid, dan Akhlak. Maknanya, setiap muslim wajib belajar ilmu-ilmu ini. Jika tidak belajar, maka ia berdosa. Kedua: wajib kifayah yaitu ilmu syar’i selain ilmu-ilmu fardhu ‘ain. Maknanya harus ada beberapa orang di suatu kampung yang belajar ilmu-ilmu ini. Jika tidak, maka berdosa semua penduduk kampung tersebut,” ujar dosen Fiqh dan Ushul Pascasarjana UIN Ar-Raniry ini.

Selanjutnya, ustaz Yusran menjelaskan pentingnya ilmu syar’i dalam kehidupan. “Dengan ilmu syar’i, seseorang akan mengetahui kewajiban kepada Allah swt yaitu mentauhidkan-Nya, beribadah kepada-Nya, mematuhi-Nya, mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, takut kepada-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, berharap kepada-Nya, dan sebagainya. Begitu pula, mengetahui hal-hal yang diharamkan terhadap Allah swt yaitu kufur, syirik, nifak, khurafat, tahayul, bid’ah, berbuat maksiat, dan sebagainya,” ujarnya.

Dengan ilmu syar’i, seseorang mengetahui kewajiban kepada Rasul saw yaitu mematuhinya, mencintainya, memuliakannya, membelanya, bershalawat kepada-nya dan sebagainya. Begitu pula mengetahui hal-hal diharamkan terhadap Rasulullah yaitu meleceh Rasul, ahlul baitnya dan sahabatnya, membuat dan mengamalkan hadits palsu, mengamalkan dan meyebarkan bid’ah, mendurhakainnya, dan sebagainya.

“Dengan ilmu syar’i, seseorang seseorang akan mengetahui mana yang benar dan mana salah, mana yang petunjuk dan mana yang sesat, mana yang wajib dilakukan dan mana yang haram, serta mana yang halal dikonsumsi dan mana yang haram,” tuturnya.

“Dengan ilmu tauhid, seseorang akan mengetahui kewajiban bertauhid yang benar yaitu sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang wajib dilakukan dan mengetahui hal-hal yang dapat merusak dan membatalkan tauhid yaitu kufur, syirik, nifak, dan sebagainya agar dia menjauhinya,” ungkap anggota dewan Pakar Parmusi Provinsi Aceh ini.

“Dengan ilmu Aqidah, maka seseorang akan mengetahui aqidah yang benar yaitu aqidah yang berdasarkan Al-Qur’an As-Sunnah yang dinamakan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Begitu pula mengetahui aqidah yang sesat yaitu aqidah yang bertentangan dengan aqidah Alquran dan As-Sunnah (Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah) seperti paham sesat Khawarij, Syi’ah, Mu’tazilah, Jabariah, Qadariah, Jahmiah, Wihdatul Wujud (Al-Hulul/Al-Itihad), Bathiniah, Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme, Feminisme/Genderisme, dan lainnya,” paparnya.

Dengan ilmu Fiqh Ibadah, seseorang dapat mengetahui cara beribadah yang benar yaitu sesuai dengan petunjuk Nabi saw dan mengetahui rukun dan syarat dalam ibadah yang wajib dilakukan agar ibadahnya diterima Allah swt. Begitu pula mengetahui hal-hal yg dilarang dalam ibadah seperti bid’ah dan hal-hal membatalkan ibadah sehingga wajib ditinggalkan dan dijauhi.

“Dengan ilmu akhlak, maka seseorang mengetahui akhlak yang baik/terpuji yang wajib dilakukan agar dia bisa masuk surga, karena akhlak baik/terpuji penyebab masuk surga sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,. Begitu pula mengetahui akhlak buruk/tercela yang wajib ditinggalkan agar dia tidak masuk neraka. Karena, penyebab masuk neraka adalah akhlak buruk/tercela sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,” lanjutnya.

Dengan ilmu bahasa Arab seperti nahwu, sharaf dan lainnya, maka seseorang dapat memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup seorang muslim yang wajib diamallkan. Selain itu juga mengetahui dan memahami ilmu-ilmu syar’i yang ditulis oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka dengan bahasa Arab. Al-Qur’an dan As-Sunnah serta kitab-kitab para ulama yang menjelaskan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber ilmu Islam yang berbahasa Arab. Nabi kita dan para sahabatnya juga orang Arab yang berbicara dan menyampaikan ajaran Islam dengan bahasa Arab. Maka kita wajib mencintai bahasa Arab dan memprioritaskannya dari bahasa lainnya. Membenci bahasa Arab sama saja membenci Alquran dan As-Sunnah. Membenci orang Arab sama saja membenci Nabi saw, ahlul bait dan para sahabat Nabi saw, serta para ulama salaf. Mereka semua orang Arab.

Selanjutnya, ustaz yusran yang juga anggota Ikatan dan Da’i Asia Tenggara menjelaskan dan memperingatkan bahaya kebodohan umat akibat tidak menuntut dan belajar ilmu syar’i.

“Jika umat tidak paham agama atau tidak berilmu agama, maka akan terjadi banyak kemaksiatan seperti paham sesat, syirik, khurafat, tahayul, bid’ah, pembunuhan, pemerkosaan, perzinaan, pacaran (khalwat), pencurian, praktek dukun/paranormal, mendatangi dan percaya dukun/paranormal, mabuk-mabukkan, pelecehan agama, kezhaliman, manipulasi, korupsi, menghina, mencaci, mengfitnah, membenci, dengki, dan perbuatan atau perkataan lainnya yang diharamkan dalam agama,” paparnya,

Seseorang da’i yang berdakwah tanpa ilmu syar’i, sama saja mengajak orang lain kepada kesesatan dan menyebarkannya dalam masyarakat.

Begitu pula seseorang yang berbicara mengenai agama atau berfatwa dengan tanpa ilmu maka ia menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu begitu saja, namun mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Maka jika tidak ada seorangpun orang yang berilmu tinggal, maka orang-orangpun menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, maka ia telah tersesat dan menyesatkan orang lain.” (HR. Muslim)

Selanjutnya Yusran menjelaskan keutamaan ilmu syar’i beserta dalilnya dari Alquran dan As-Sunnah.

“Sungguh beruntung orang yang mempelajari ilmu syar’i. Banyak sekali keutamaan bagi orang yang mempelajari ilmu syar’i, di antaranya: Pertama, pahalanya sama seperti jihad fi sabilillah (lihat At-Taubah: 122). Kedua: Allah swt memerintahkan Rasul-Nya untuk menuntut ilmu dan memohon kepada Allah tambahan ilmu (lihat Thaha: 114). Ketiga, tidak sama kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu (orang bodoh) (lihat Az-Zumar: 9), Keempat, Allah swr meninggikan derajat orang yang berilmu (Lihat Al-Mujadalah: 11). Kelima, orang yang berilmu memiliki sifat khusyah (takut kepada Allah swt) sebagai ciri orang bertaqwa dan penghuni surga (lihat Fathir: 28) dan lainnya”.

Adapun keutamaan lainnya berdasarkan hadits-hadits Nabi saw juga banyak, di antaranya: Pertama, diberikan kebaikan oleh Allah swt. (Muttafaq ‘alaih). Kedua, berdakwah dengan ilmu lebih baik nilainya dari barang yang paling mewah (Muttafaq ‘alaih). Ketiga, berdakwah kepada akan mendapat pahala seperti orang yang mengikuti dakwahnya (HR. Muslim). Keempat, dimudahkan jalan menuju surga (HR. Muslim). Kelima, pahalanya sama dengan berjihad (HR. Muslim). Mendapat pahala yang secara terus menerus walaupun sudah meninggal (HR. Muslim). Dan lainnya.

Sebagai penutup ceramahnya, ustaz Yusran mengajak umat Islam khususnya para peserta pengajian agar semangat dalam menuntut ilmu syar’i dan lebih memprioritaskannya.

“Mari kita semangat menuntut ilmu syar’i dan lebih memprioritaskannya dari ilmu dunia. Berbagai keutamaan menuntut ilmu syar’i sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua untuk semangat menuntut ilmu syar’i dan memprioritasnya. Semoga kita diberi taufik dan dimudahkan oleh Allah swt dalam menuntut ilmu dan semoga kita mendapatkan berbagai keutamaan ilmu syar’i,” pungkas ustaz Yusran mengakhiri ceramahnya.

Menurut kepala pengasuhan dayah ustaz Mulyadi, MA., para peserta pengajian sangat ramai sampai memenuhi mushalla dayah yang menampung kapasitas 800 orang dan sangat antusias serta serius mengikuti pengajian selama kurang lebih 1 jam.

“Alhamdulilah peserta yang mengikuti pengajian Shubuh ini sangat ramai dan sangat antusias. Meskipun pengajian berlangsung sekita 1 jam, namun mereka tetap serius mendengarkan pengajian. Jumlah jama’ah pengajian sekitar 750 orang. Terdiri dari para santri dan satriwati, ustaz dan ustazah, dan para pimpinan dayah,” ujar ustaz Mulyadi.

“Pengajian Shubuh ini dihadiri para pimpinan Damora di antaranya yaitu ketua Yapena Jarnawi Syamsuddin, ST, MT, wakil ketua Yapena Efendi AR, ST, sekretaris Yapena Anwar M.Yacob SE, MSM, Direkrur Pendidikan Yapena Bakhtiar Yusuf, M.Pd, kepala pengasuhan dayah Ustaz Mulyadi, MA, dan lainnya” tambahnya.

Exit mobile version