Muhadarah Empat Bahasa
Oleh : Mushlihin
IPM MTsM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah) Takerharjo Solokuro Lamongan melayangkan surat permohonan kepada saya. Kurirnya adalah Qoshid Azzahid, ketua bidang kajian dakwah Islam (KDI). Anggota Pimpinan Ranting IPM tersebut berharap saya bersedia memberikan sambutan pada muhadarah. Pencurahan pikiran dan perasaan ini agar selalu ingat kepada Allah atau disebut kuliah. Saya berucap insyaallah.
Selasa bakda asar saya ke musala Al-Basyir yang berdiri tahun 1920-an. Muhadarah yang dilakukan sepekan sekali ini dimulai. Pimpinan berjas kuning dan anggota mengenakan batik. Peserta dikelompokkan menjadi empat. Yakni kelompok Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Setiap kelompok menyuarakan yel-yel. Isinya bertekad sebagai pelajar yang berkata benar, pemberani, dermawan dan cerdas. Mereka membetuk leter U. Mereka duduk bersila menghadap barat, timur, utara dan selatan. Mereka dilarang membawa HP, kecuali seksi dokumentasi. Peserta yang gaduh atau melanggar aturan diperingatkan oleh pembina.
Selanjutnya saya menyimak dengan seksama. Saya mengapresiasi setinggi-tingginya muhadarah yang menggunakan empat bahasa. MC berduet menggunakan dua bahasa Arab Indonesia secara bergantian. Mereka sesekali berbahasa Inggris dan Jawa. Qariah atau pembaca Alquran perempuan juga sangat mahir dalam seni baca Alquran.
Saya semakin kagum. Diregen memimpin Mars IPM. Paduan suara menggema dan membahana dengan merdunya. Seluruh hadirin berdiri memberikan tepuk tangan yang meriah.
Saya kian lama kian terpana. Kelompok Abu Bakar berpidato menggunakan bahasa Indonesia. Temanya tentang Puasa. Adapula yang menasihati agar saling mencintai dengan memberikan hadiah. Puisi ditampilkan oleh kelompok Umar. Kisah penuh pesan moral yang berharga dipentaskan kelompok Usman. Pidato bahasa Jawa dan pidato bahasa Arab diperankan oleh kelompok Ali.
Mushlihin, Wali murid MTs Muhammadiyah Takerharjo Solokuro Lamongan