Dari Politik Sampai Webinar
Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.
Mengurus dan aktif dalam Muhammadiyah saat ini makin berat dan kompleks dengan segala masalah dan tantangan. Di lingkungan sekitar masalah dan tantangan kehidupan keumatan dan kebangsaan, bahkan kemanusiaan semesta makin beragam. Termasuk dengan pandemi Covid-19 yang mengubah suasana kehidupan lokal, nasional, dan global sedemikian rupa. Terjadi banyak dampak masalah yang harus dihadapi semua golongan bangsa.
Muhammadiyah tidak lepas dari masalah-masalah yang berkembang dan terjadi di sekitarnya. Sementara itu kehadiran teknologi informasi yang begitu pesat telah mengubah kebiasaan dan cara hidup manusia dan masyarakat saat ini, salah satunya dalam berinteraksi secara digital atau daring. Media sosial dan dunia daring menjadi era baru dalam kehidupan manusia dan masyarakat saat ini, termasuk di lingkungan Muhammadiyah. Semuanya niscaya harus dihadapi dan dijalani.
Namun bersamaaan dengan itu urusan internal dan yang menjadi pekerjaan Muhammadiyah pun tidak kalah berat dan penting untuk dihadapi dan diurus sebagaimana mestinya. Lebih-lebih dengan pandemi Covid-19 yang multiaspek masalah dan dampaknya. Bagaimana nasib amal usaha Muhammadiyah saat ini dan setelah pandemi berlalu? Manakah yang perlu diprioritaskan? Agenda ini sangatlah berat dan jangan membuat kita lengah atau merasa tidak ada masalah menyangkut organisasi Muhammadiyah.
Semangat Politik
Di kala pandemi covid-19 publik masih kuat dengan isu-isu politik, termasuk atau mungkin lebih-lebih di kalangan umat Islam. Secara umum tentu masalah politik kebangsaan harus menjadi perhatian Muhammadiyah. Tetapi secara khusus perlu ada porsinya agar tidak terkuras oleh isu-isu politik, sekaligus tidak masuk terlalu jauh sehingga menjadi partisan dan aktivis politik praktis padahal kita bukanlah kader, anggota, dan pengurus partai politik atau gerakan politik. Apalagi isu-isu politik tersebut bersifat pengulangan dan semestinya bukan porsi Muhammadiyah untuk mengurusnya.
Jika mengikuti sebagian media sosial, tampak terdapat kader dan pimpinan Muhammadiyah begitu bergairah mengangkat isu-isu politik semata. Meskipun Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah mengeluarkan sikap dan pernyataan resmi tentang masalah kebangsaan seperti soal RUU HIP, Omnibus Law, dan lain-lain tetapi angggota seolah tidak ada habisnya membahas masalah tersebut. Tidak ada alih isu ke masalah-masalah strategis Muhammadiyah. Tampak jarang diangkat isu-isu keislaman baik pemikiran maupun aktual, lebih-lebih yang menyangkut masalah dan tantangan Muhammadiyah.
Kadang terbersit pertanyaan penasaran. Apakah kita ini lebih menempatkan diri sebagai aktivis dan pimpinan organisasi kemasyarakatan atau jadi aktivis dan pimpinan partai politik atau pergerakan politik? Ini bukan soal alergi politik atau bukan, pun bukan soal perhatian terhadap masalah kebangsaan atau tidak. Hal yang janggal kenapa anggota, kader, dan pimpinan organisasi kemasyarakatan dan dakwah malah yang sehari-hari diperbincangkan masalah politik melulu. Kenapa tidak sering bertanga, bagaimana memahamkan Islam di masyarakat secara lebih benar dan mencerahkan. Bagaimana memikirkan umat yang masih lemah secara ekonomi dan memerlukan langkah-langkah konkret untuk menjadikannya berdaya atau tangan di atas. Bagaimana membudayakan ilmu di masyarakat. Bagaimana dakwah di berbagai kelompok sosial yang semakin majemuk.
Belakangan malah melalui jejaring media sosial sebagian angkatan muda Muhammadiyah menggerakkan aksi politik soal RUU HIP, padahal PP Muhammadiyah sudah bersikap dengan tegas bahkan keras. Kenapa menjadi sejauh itu? Bagaimana dengan kondisi internal Angkatan Muda Muhammadiyah tersebut. Jika mau ke dunia politik malah kita dorong ke partai politik agar menjadi pemimpin politik sungguhan yang tentu bermanfaat untuk berjuang di pemerintahan, DPR, dan lembaga negara lainnya. Muhammadiyah cukup elegan untuk mendorong kadernya berkiprah di politik, tetapi tidak menjadikan institusi di tubuh Persyarikatan sebagai kendaraan dan melakukan aktivitas politik praktis atau para pimpinan Muhammadiyah setiap harinya hanya memperbincangkan politik.
Muhammadiyah memang harus memikirkan masalah kebangsaan. Namun semua ada porsinya. Selain itu, pemikiran tersebut perlu disusun dan didialogkan serta dimusyawarahkam di internal Muhammadiyah agar tersistem dan bukan kemauan dan pikiran orang perorang. Meskipun atasnama amar makruf nahi munkar tetapi kandungan isi, cara, dan langkahnya harus bersifat resmi organisasi melalui proses yang berlaku di tubuh Persyarikatan. Jangan memaksakan pemikiran sendiri untuk menjadi pemikiran organisasi tanpa dialog dan musyawarah. Apalagi terbiasa melakukan langkah sendiri atasnama organisasi. Sebab Muhammadiyah itu merupakan organisasi besar yang sudah berusia panjang. Dalam istilah Kepribadian, jangan mengurus Muhammadiyah ala organisasi dan cara-cara politik praktis.
Semangat Webinar
Di kala pandemi covid-19 dan era revolusi 4.0 orang semakin akrab dengan dunia digital, teknologi informasi, dan media sosial. Salah satunya kebiasaan baru berseminar melalui situs web atau Webinar. Webinar ialah kegiatan seminar yang dilakukan melalui situs web atau aplikasi berbasis internet. Orang saat ini makin gemar berwebinar, malah mulai keranjingan. Webinar menjadi kebiasaan baru yang meluas. Tiada hari tanpa webinar.
Kebiasaan baru webinar tentu positif. Orang kian aktif dan semangat bertukar ilmu dan informasi sehingg pikiran makin kaya dan maju. Webinar dalam dunia bisnis dapat menjadi media pemasaran bagi penyelenggara untuk menambah leads, yakni orang yang terindikasi tertarik dengan produk atau layanan atau pesan yang dibawa. Semakin sering orang atau lembaga menyelenggarakan webinar, makin tinggi harapannya untuk memperoleh leads. Webinar menjadi media efektif untuk promosi diri atau produk, termasuk produk isu ke ruang publik. Webinar dapat pula menjadi media menggerakkan massa atau orang banyak sesuai dengan kepentingan subjek melalui sosialisasi ide dan gagasan yang sudah dikemas sedemikian rupa. Banyak manfaat dan fungsi webinar secara ekonomi, politik, budaya, keagamaan, ideologi, dan kepentingan lainnya tergantung subjek penyelenggara.
Era dunia teknologi informasi memang niscaya untuk dihadapi sebagai dunia baru manusia dan masyarakat di zaman modern abad ke-21 saat ini. Karena itu dalam menghadapinya meniscayakan penguasaan dan bekal ilmu pengetahuan, teknologi, dan skill yang mencukupi. Penting juga kematangan kesadaran dan mentalitas agar pelaku tetap menjadi subjek yang produktif, bukan menjadi konsumen. Kalaupun menjadi konsumen, jadilah konsumen webinar yang kritis dan mau mengambil nilai positid. Bukan webinar untuk sesuatu yang bersifat konsumeristik, kesenangan, dan kegemaran minus makna. Bukan keranjingan webinat seperti orang senang mainan baru. Bukan pula webinar untuk webinar, lebih-lebih menjadi kecanduan webinar sambil lupa tugas lainnya.
Webinar dapat dijadikan media pengembangan diri dan lingkungan sosial yang positif dan konstruktif. Bagaimana masyarakat makin gemar berilmu, memperoleh pengetahuan dan informasi yang benar, serta pemahaman dunia yang mencerdaskan, memajukan, dan mencerahkan. Dari webinar lahir masyarakat ilmu yang berbudaya iqra. Lebih dari itu, webinar penting menumbuhkan produktivitas. Sesuatu yang menghasilkan makna dan manfaat positif untuk kemajuan hidup diri dan masyarakat luas. Webinar bagi kemajuan kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta yang rahmatan lil-‘alamin.
Bagi warga Muhammadiyah webinar penting untuk menjadi media memajukan Persyarikatan dalam segala bidang geraknya. Webinar sebagai wahana untuk memajukan kehidupan keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan kegiatan dakwah hingga ke bawah. Webinar menjadi alat penggerak Persyarikatan. Bukan webinar untuk sebagai kegemaran tanpa implikasi pada kemajuan Muhammadiyah. Kita diingatkan Allah dalam Al-Quran yang artinya, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS Ash-Shaff: 3).
Apa pengaruh webinar untuk kemajuan seluruh lingkungan Persyarikatan? Lebih khusus lagi, karena webinar jangan melalaikan pekerjaan dan tugas utama setiap anggota dan pimpinan dalam Perayarikatan. Apakah program-program Muhammadiyah, Aisyiyah, organisasi otonom lainnya, majelis, lembaga,amal usaha, dan kegiatan internal Persyarikatan dibicarakan dan dilaksanakan sehingga Muhammadiyah tetap bergerak meskipun di saat kondisi pandemi Covid-19. Sama halnya ketika di antara kita sangat peduli pada isu-isu politik, apakah perhatian terhadap pekerjaan rumah Muhammadiyah tetap diutamakan sehingga tanggungjawab berorganisasi tertunaikan sebagaimana mestinya. Semua memerlukan komitmen yang terfokus dalam mengurus Persyarikatan Muhammadiyah!
Sumber: Majalah SM Edisi 15 Tahun 2020