Ketua MPK PDM Surabaya Apresiasi Binaan Rumah Pintar Matahari
SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Surabaya mengapresiasi konsistensi Rumah Pintar Matahari (RPM) yang merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dibawah naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan dalam membina anak-anak binaan di musholla Al-Amin Kampung 1001 malam.
Hal tersebut disampaikan Andi Hariyadi selaku Ketua Majelis Pendidikan Kader PDM kota Surabaya ketika melakukan kunjungan ke kampung 1001 malam sekitar pukul 16.00 WIB, Sabtu (05/01/2022).
“Sore ini saya sengaja berkunjung ke kampung 1001 malam untuk mengapresiasi para pengurus RPM dalam melakukan pembinaan rutin setiap Sabtu kepada anak-anak binaan di musholla Al-Amin Kampung 1001 malam dimana saya beberapa kali mendengar rutinitas kegiatan pembinaan hafalan surat-surat pendek juz 30 setiap pekan sekali”, papar Andi Hariyadi.
Andi Hariyadi berharap agar konsistensi pembinaan, pendampingan, pemberdayaan dan perjuangan RPM di kampung 1001 malam terus dimaksimalkan dengan memperluas akses untuk perbaikan kawasan yang lebih baik dalam berdakwah dimana rata-rata warga kampung tersebut masih banyak yang belum bisa membaca apalagi mengaji.
Meski dalam waktu yang singkat, Andi bisa berinteraksi dengan para santri memberikan motivasi dan wawasan serta kisah teladan untuk menginspirasi para santri mewujudkan cita cita yang diharapkan dengan mempelajari Al-Qur’an. Saat dialog menanyakan apa yang dicita-citakan, para santri menjawab ingin jadi polisi, tentara, dokter dan guru.
“Meski dengan keterbatasan yang ada, ternyata para santri mampu mengungkapkan mimpi yang dicita-citakan, dan para ustadz dan ustadzah dari RPM akan berusaha membantunya,” tambah Andi Hariyadi.
Ditempat yang sama, Wakil Kepala RPM Warsono sangat menyambut baik dan berterima kasih atas kunjungan ketua majelis kader PDM kota Surabaya ke salah satu selter binaan dimusholla Al-Amin kampung 1001 malam.
“Alhamdulillah, sore ini Rumah Pintar Matahari dikunjungi ustadz Andi Hariyadi sekaligus membantu pembinaan hafalan surat-surat pendek juz 30 anak-anak binaan kami,” terang Warsono.
Masih dengan Warsono, setelah pembinaan hafalan surat-surat pendek, ustadz Andi juga sempat memberikan sedikit tausiah kepada anak-anak dengan materi keteladanan para sahabat Nabi.
“Mudah-mudahan dengan sedikit tausiah dari ustadz Andi dapat memberikan suri tauladan bagi anak-anak binaan di kampung 1001 malam”, harap Warsono.
Lanjut Warsono menjelaskan, selain anak-anak binaan Rumah Pintar Matahari di kampung 1001 malam, juga terdapat sekitar 250 anak yatim, dhuafa, jalanan, dan telantar yang tersebar di beberapa selter diantaranya makam karang tembok, kampung seng, seputaran jalan sasak ampel, jembatan merah, kemayoran, dan sidotopo.
Sekedar diketahui bahwa Kisah Negeri 1001 malam ini bukan hanya ada di dalam dongeng Aladin dan Lampu Ajaib. Gemerlap keajaiban dari tanah Persia tersebut menjadi latar belakang fiksi yang digemari.
Nama 1001 malam, ternyata juga ditemui di Kota Surabaya. Bedanya, warga disana menanti ‘keajaiban’ mendapat perhatian dari Pemerintah kota Surabaya.
Bagaimana kehidupan mereka saat ini?
Di kolong jalan tol daerah Dupak yang menghubungkan Surabaya Gresik terdapat sebuah kampung yang dinamakan kampung 1001 malam.
Kampung ini berada di sebuah lahan yang terisolir, tepatnya di pinggiran sungai Kali Anak Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan Surabaya, karena aksesnya terputus akibat adanya jalan tol tersebut.
Entah siapa yang pertama kali babat alas dan menempati lahan tersebut. Menurut cerita orang yang dianggap sesepuh kampung ini bernama Sudarjo (70-an tahun), hingga saat ini dia dipanggil Mbah Jo. Dialah yang mencetuskan nama 1001 malam dan orang yang pertama kalinya mendirikan sepetak rumah di lahan tersebut.
Sampai saat ini, sudah terdapat kurang lebih 175 Kepala Keluarga yang menetap di kampung ini, juga sudah didirikan posyandu, ponten umum, dan tempat peribadatan.
Jumlah jiwa yang berada di kampung ini 400 an jiwa.
Jumlah anak usia sekolah 150 an, usia Paud sampai SD 95 an anak, selebihnya usia SMP dan SLTA. Tidak semua anak bisa bersekolah, bahkan masih ada yang buta huruf.
Rata-rata mata pencahariannya sehari-hari warga Kampung 1001 malam sebagai pemulung, pengemis, pengamen, kuli bangunan, tukang becak, dan buruh kasar. (Yuda)