Peningkatan Mutu Guru MI Muhammadiyah
Oleh: Isnawati Miladiyah
Efek dari pendemi covid-19 adalah sangat dirasakan oleh masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya. Dengan adanya BDR (Belajar Dari Rumah) tidak menjamin apakah anak belajar sendiri atau malah orang tuanya yang menyelesaikan seluruh tugas peserta didik di rumah.
Oleh karena itu seorang guru sedang dipertaruhkan kredibilitasnya di hadapan masyarakat juga stakeholder lainnya. Terutama setingkat sekolah dasar, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah contohnya.
Guru sering diuraikan menjadi “digugu lan ditiru”, setiap omongan guru dan tingkah lakunya dipercaya oleh murid-muridnya, bahkan ada yang meniru bagaimana menjadi guru, walau pun baru tahap bermain guru-guruan. Ada beberapa anak juga yang ditanya cita-citanya apa, dia menjawab ingin menjadi guru.
Demikian cerita tentang guru, walau pun pendapatan para guru banyak yang tidak sebanding dengan profesi yang lain, atau katakanlah masih di bawah standar, ternyata perguruan tinggi yang membuka jurusan keguruan masih banyak peminatnya.
Permasalahannya sekarang adalah apakah guru sudah dapat mendampingi murid-muridnya untuk menguasai IT, menjadi filter bagi murid-muridnya dalam rangka berbuat bijak terhadap perkembangan dunia? Tentunya ini membutuhkan guru-guru yang berkualitas tinggi.
Sebagaimana yang sering disampaikan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu: paedagogis, kepribadian, sosial dan profesional.
Guru MI Muhammadiyah juga sebagai ujung tombak dari perkembangan AUM milik Ranting Muhammadiyah. Agar madrasah itu tetap eksis salah satunya adalah dengan meningkatkan mutu guru-gurunya.
Kebetulan penulis menjadi salah satu guru di MI Muhammadiyah Karanglewas Kidul. Kami mengikuti beberapa kegiatan baik yang diadakan oleh Kementerian Agama maupun Dinas Pendidikan.
Di tahun 2012, penulis pernah mengikuti Lomba Guru Berprestasi SD/MI yang diadakan oleh Dinas Pendidikan, dan alhamdulillah menang menjadi Juara 1, tentunya ini mengagetkan bagi penulis sendiri, karena saat pengumuman penulis dinyatakan menjadi juara 1 di antara guru-guru SD/MI se-kabupaten Banyumas.
Saya hanya ingin bercerita bahwa pengalaman-pengalaman ini akan saya tuangkan ke dalam tulisan agar bisa dikenang dan menjadi motivasi bagi yang lain. Untuk itu perlulah kiranya kita mengumpulkan berkas-berkas yang terserak. Untuk dijadikan satu menjadi buku. Dan saya sudah mulai itu dengan mengumpulkan data-data saat lomba kemudian menjadi sebuah buku, juga saat perjalanan haji dan saat-saat menjadi pengurus organisasi.
Peningkatan guru MIM juga sudah saatnya dilaksanakan, dengan menambah keilmuan formal maupun nonformal. Sudah banyak guru-guru MI yang menempuh Strata 2, bahkan ada yang sedang menempuh S3. Tetapi, cara menempuh ilmu juga dapat dicari dengan kegiatan non formal, misalkan mengikuti komunitas-komunitas menulis dan dapat menghasilkan buku.
Di kabupaten Banyumas, baru-baru ini juga diadakan MOU antara Kementerian Agama kabupaten Banyumas, Majelis Dikdasmen PDM Banyumas, LP Al Ma’arif kabupaten Banyumas dengan Penerbit Wawasan Ilmu.
Sebenarnya menurut penulis, sudah saatnya para penulis-penulis Muhammadiyah untuk diberi tempat dalam Suara Muhammadiyah dan dapat diterbitkan buku-bukunya di Suara Muhammadiyah dengan harga terjangkau, sehingga ada simbiosis mutualisme bagi guru-guru MIM dan Suara Muhammadiyah sendiri.
Sebagai seorang guru yang pernah menjadi kepala madrasah di MI Muhammadiyah Karanglewas Kidul dan sempat mutasi ke MI Muhammadiyah Sidabowa, ada sedikit banyak pengalaman yang penulis dapatkan, di antaranya adalah: saat di MIM Karanglewas Kidul, penulis mulai kuliah Pascasarjana S2 dan selesai saat penulis mengajar di MIM Sidabowa. Saat menjadi kepala madrasah sedang saya tuliskan ke dalam sebuah buku. Dan awal menjadi kepala madrasah, juga penulis sebagai Ketua Umum PDNA (Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah) Banyumas.
Di MIM Sidabowa pada awalnya penulis ditugasi untuk mengajar kelas 3, hanya 3 bulan, selanjutnya penulis ditugasi mengajar kelas 6 karena guru kelas 6-nya Desy Istari menjadi kepala MIM Sidabowa. Penulis di MIM Sidabowa sampai tiga tahun lamanya, dan akhirnya kembali ke MIM Karanglewas Kidul sampai sekarang.
Ada berbagai kegiatan yang saya praktikkan di MIM Sidabowa, di antaranya adalah: pemberian kosa-kata bahasa Arab setiap pagi di halaman madrasah, mengikuti pelatihan-pelatihan, melatih siswa-siswi pidato Bahasa Arab, melatih voli putri, mengantarkan siswa-siswi kelas 6 ujian dengan tambahan les dan pengayaan, mengikutsertakan siswa-siswi kelas 6 untuk olimpiade matematika di Bobotsari Purbalingga, UMP, Try out di SMP Muhammadiyah, dan sebagainya.
Dan akhirnya penulis bisa melaksanakan haji dan juga menyelesaikan S2 tahun 2017, dan setelah selesai S2 penulis mendapat info ada Workshop Menulis Artikel Jurnal Internasional dengan pembicara Zakiyyudin Baidawi dari IAIN Salatiga, yang ternyata adalah senior kami saat IMM dahulu. Penulis mengikuti kegiatan itu sampai selesai.
Setelah ada kegiatan tersebut kemudian kampus kami mengadakan kegiatan ICMS (International Conference On Moslem Society) di Malaysia. Saat itu kepala madrasah sedang cuti melahirkan, sehingga perijinan dan sebgainya kepda Plt MIM Sidabowa, yaitu Arif Pujiarto yang sekarang kepala MIM Sidabowa.
Dan saya tuliskan paper saya yang berjudul “Transforming Leadership on MIM Wangon in Banyumas Regency” dan dipresentasikan di IIUM (International Islamic University Malaysia). Dan penulis adalah guru MI sendiri, kebanyakan adalah para dosen, kebetulan saat di Malaysia penulis dapat sekamar dengan Dosen UMM (Universitas Muhammadiyah Magelang), yaitu Dyah Adriantini Sinta Dewi, penulis banyak mendapatkan ilmu juga dari beliau, yang ternyata adalah dekan Fakultas Hukum UMM. Saya bersyukur sekali dapat mengikuti kegiatan tersebut. “Tidak ada kegiatan yang sia-sia, selalu ada hikmahnya”.
Kini saya telah kembali ke MIM Karanglewas Kidul, almamater saya. Saya ingin mengulang sejarah itu, yaitu sejarah guru MIM yang bermutu, yang dapat menjadi contoh bagi guru-guru lainnya dan juga siswa, sehingga saya aplikasikan tulisan-tulisan saya karya artikel ilmiah populer di Jateng Pos, membuat buku-buku baik tunggal maupun antologi, membuat best practice, mengikuti Lomba dan lain sebagainya.
Saya juga menuliskan tentang judul “Guru Maju, Siswa Tergerak, Madrasah Pun Bermartabat”, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu guru MIM. Banyak sekali cara untuk meningkatkan mutu guru. Dan masing-masing guru memiliki potensi yang berbeda-beda dan saling melengkapi.
Hj. Isnawati Miladiyah, S.Ag., M.Pd. pengajar MI Muhammadiyah Karanglewas Kidul