Wisuda SWA Online: Jangan Merasa Besar Tanpa Kolaborasi
KUDUS, Suara Muhammadiyah – Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA) tahun 2022 merupakan kegiatan SWA Online yang diselenggarakan oleh Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Provinsi Jawa Tengah menyelesaikan seluruh tahapan yang dilaluinya dengan pelaksanaan wisuda pada hari Sabtu, 4 Rajab 1443 H yang bertepatan dengan 5 Februari 2022 M.
Sebagai SWA kedua yang diadakan oleh MEK PDA Kabupaten Kudus, setelah pelaksanaan pertamanya di tahun 2020, wisuda secara khidmat diikuti oleh 14 peserta dari kelas keterampilan rajut dan 14 peserta kelas membuat jahe instan secara tatap muka (luring) di aula Panti Asuhan ‘Aisyiyah Kudus yang juga dihadiri oleh MEK PWA Jawa Tengah.
Ketua PDA Kudus, Khosifah dalam sambutannya menyampaikan bahwa 28 peserta tersebut merupakan orang pilihan utusan dari 12 PCA se Kabupaten Kudus dan perwakilan PD NA Kudus. Kegiatan ini dapat berlangsung dengan lancar, selain partisipasi peserta berupa keaktifan dan iuran peserta, juga didukung dengan bantuan dana oleh Rumah Sakit ‘Aisyiyah Kudus, LazisMu Kudus, dan Endang Kursistiyani selaku ketua Fraksi PAN DPRD Kabupaten Kudus.
Sambutan berikutnya oleh ketua MEK PWA Jawa Tengah, Eny Winaryati yang juga dekan FMIPA Universitas Muhammadiyah Semarang, bahwa dengan dilakukannya SWA sebanyak 2 kali, diharapkan ‘Aisyiyah Kudus sudah mandiri, sehingga memenuhi 4 karakter: critical thinking, creative, collaborative, dan communicative.
Janganlah kita merasa sudah besar, lakukanlah kolaborasi sehingga beban kita akan menjadi lebih ringan. Kegiatan pertama ‘Aisyiyah adalah kegiatan di bidang sosial, lalu berkembang ke bidang pendidikan yaitu tahun 1917 dengan berdirinya TK ABA pertama di Indonesia, dan tahun 1930-an bidang kesehatan dengan menyelenggarakan lomba balita.
Setelah wisuda hari ini, bukan berarti telah selesai tugas, tetapi perlu diikuti dengan kegiatan lanjutan yaitu pertama, Klinik Usaha Keluarga ‘Aisyiyah (KUKA). ‘Aisyiyah bekerja sama dengan PTM membuka klinik untuk membantu ibu-ibu yang memiliki usaha dan tengah bermasalah dalam usahanya.
Kedua, Pengajian Ekonomi; merupakan pengajian yang dilakukan dengan dasar untuk berdakwah.
Ketiga, Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA) yang dilakukan melalui strategi pemberdayaan dan pendampingan yang dilakukan secara berkleompok.
Keempat, Ikatan Pengusaha ‘Aisyiyah (IPAS) agar kaum perempuan dapat fokus dalam membangun dan mengembangkan kekuatan ekonomi secara bersama. (Wakhidah Noor Agustina).