Suara Muhammadiyah dan Hari Pers Nasional
Oleh : M Muchlas Abror
KH AHMAD DAHLAN, pendiri Muhammadiyah, namanya telah dikenal secara luas. Persyarikatan ini berdiri 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan 18 November 1912 M. Beliau memahami dan mendalami Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Keduanya menjadi pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Beliau juga membenarkan pintu ijtihad dibuka. Kesemuanya dimaksudkan agar umat Islam dan bangsa Indonesia beralih menjadi dan mengalami kemajuan. Tidak lagi dalam ketertinggalan dan kemunduran.
Islam adalah agama ilmu. Sebagaimana kita maklumi , KH Ahmad Dahlan adalah seorang mufassir. Dalam pengajian-pengajian yang diselenggarakannya, baik sebelum maupun setelah Muhammadiyah berdiri, beliau sering memberi pengajian tafsir Al-Qur’an. Beliau pasti memahami bahwa wahyu pertama yang diterima Muhammad saw di gua Hira’ sudah memberi perintah kepada Rasul-Nya, “Iqra’ !” – “Bacalah !”. Perintah membaca membuka pintu untuk belajar. Nah, melalui wahyu pertama itu, Allah telah memerintahkan beliau untuk belajar sebelum perintah berdakwah.
KH Ahmad Dahlan tentu menyadari bahwa Muhammadiyah akan menempuh perjalanan panjang dan membawa misi besar. Maka, beliau mempunyai perhatian besar pada pendidikan. Beliau bekerja keras menyiapkan dan mendidik para kadernya untuk menjadi manusia beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Ini merupakan bekal penting dalam perjalanan. Dengan bekal itu menjadi semakin terasa. Allah yang tiada sekutu bagi-Nya dekat, senantiasa diingat, dan kepada-Nya beribadah dengan taat. Insya Allah, akan mendapat hidayah Allah dalam perjalanan serta sampai pada maksud dan tujuan.
Muhammadiyah lahir di zaman penjajahan Belanda. Kita dapat membayangkan betapa berat, derita, dan kesulitan yang dialami siapa pun hidup di zaman penjajahan. Namun, pendiri Muhammadiyah tetap bersemangat. Bahkan, beliau merasa terpacu mengedepankan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa. Beliau memberi pendidikan melalui sekolah, keluarga, masjid, dan di masyarakat. Masih ada lagi pendidikan di luar itu yang beliau lakukan ialah melalui majalah yang diterbitkan.
Majalah Suara Muhammadiyah (SM) terbit pertama kali bulan Syawal 1333 H atau Agustus 1915 M. Muhammadiyah baru berumur tiga tahun dapat menerbitkan SM. Terbitnya Majalah ini mempunyai arti dan nilai penting. Sebab, mendidik warga Muhammadiyah dan masyarakat untuk suka membaca, belajar, menambah ilmu, pembekalan diri, dan peneguhan jiwa. Sejak terbit pertama kali sampai sekarang, SM tetap terbit mengunjungi para pelanggan setianya. Semoga terus berkemajuan.
Majalah SM permulaan terbit berhuruf Jawa dan bahasa Jawa Kromo. Tahun 1920, SM terbit semuanya berhuruf Latin, tapi berbahasa Jawa. Tahun 1922, SM terbit separo menggunakan bahasa Melayu dan separonya lagi bahasa Jawa. Setelah masa itu SM terbit semua berbahasa Melayu. Sesudah Sumpah Pemuda tahun 1928, SM terbit menggunakan bahasa Indonesia. Tiap bulan SM terbit berapa kali? Pada masa awal, SM terbit sebulan sekali. Mulai tahun 1930, SM pernah terbit tiga kali sebulan. Kemudian, terbit lagi sebulan sekali. Mulai sekitar tahun 1970, SM dua kali terbit setiap bulan sampai sekarang. Bentuknya semakin indah, isinya pun berbobot, sesuai perkembangan zaman. SM kini telah berumur satu abad lebih (1915 – 2022).
Sejak awal SM terbit sampai sekarang, ada 13 warga Muhammadiyah pernah mendapat amanat menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) SM. Pemred SM pertama ialah H Fachrodin. Sedangkan Pemred SM sekarang ialah H Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah). Ada dua orang yang pernah menjadi Pemred SM masing-masing dua kali, yaitu : H Fachrodin dan HM Yunus Anis. Semasa hidup H Fachrodin gigih berjuang di zaman penjajahan Belanda. Pemerintah Indonesia memberi penghargaan kepadanya sebagai Pahlawan Nasional. Pemred SM lainnya lagi di antaranya HM Mawardi, KH Farid Ma’ruf, H Ahmad Basuni, Ajib Hamzah, H Syukriyanto AR.
Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2022. Peringatan HPN tahun ini tentu sederhana. Sebab pandemi Covid-19 belum berakhir. SM terimakasih kepada Panitia HPN 2018 telah memberi penghargaan kepada Majalah SM sebagai pelopor media dakwah perjuangan bangsa. Ucapan sama kepada SPS 2018 yang menyebut Majalah SM sebagai salahsatu majalah tertua di Indonesia. Terimakasih pula kepada Muri. Dalam Rekor Muri 2017, SM disebut sebagai Majalah Islam berkesinambungan terlama.
Dirgahayu Hari Pers Nasional 2022. Selamat pula kepada SM atas kemajuannya.
Sumber: Majalah SM No 3 Tahun 2022