Gerakan Kader Profetik: Sebuah Pidato Perpisahan

Kader Profetik

Gerakan Kader Profetik: Sebuah Pidato Perpisahan

Oleh: Syauqi Khaikal Zulkarnain

Ini adalah pidato terakhirku sebagai Ketua Umum Komisariat.

Di awal perlu disampaikan bahwa gerakan IMM mesti senantiasa selaras dengan gerakan Persyarikatan Muhammadiyah. Bukan saja memberikan amal nyata, melainkan juga membentuk paradigma berpikir maju, yang ilmiah, kritis, dan berdasarkan pada realita.

Gerakan Kader Profetik, menuju IMM sebagai organisasi Islam progresif. Sejak Maklumat Kader Profetik dipatenkan oleh IMM FSBK, maklumat tersebut lahir setelah proses yang cukup panjang, selama satu periode kepemimpinan, yang merupakan satu kesatuan utuh dari proses dialektika seluruh anggota IMM FSBK.

Menghimpun beberapa persoalan yang timbul-tenggelam dalam dinamika organisasi yang saya pikir tidak hanya terjadi di IMM FSBK saja, mulai dari persoalan kaderisasi hingga tradisi ilmu dan amal, serta progresifitas gerakan yang berpegang teguh pada prinsip transendensi, religiusitas.

IMM sebagai organisasi kaderisasi tentulah jadi suatu keniscayaan yang mutlak, kita bukan cuma sekadar kader umat dan kader bangsa, melainkan juga kader Persyarikatan Muhammadiyah. Maka paradigma dan gerakan kader profetik ini menjadi penting bagi setiap kader IMM, selain sebagai pengikat juga sebagai tuntutan lebih untuk membudayakan tradisi pengilmuan dan amal. Seperti yang disampaikan Djazman Al-Kindi: “Meski sekecil biji zarah ilmu yang kalian miliki, agama memaksa untuk mempertanggungjawabkannya”.

Kemudian daripada itu, mesti aku tegaskan lagi. Manusia dalam pandangan IMM adalah kader profetik. Memiliki kesadaran kenabian, bertransformasi sesuai kompetensi yang dimilikinya. Kader profetik mengaktualan perannya, memastikan bahwa sejatinya manusia senantiasa berupaya mewujudkan eksistensinya sebagai insan kamil. Himpunan manusia heterogen yang memiliki kesadaran yang sama ini akan semakin purna jika dikembalikan pada Ali Imran 104, “Dan hendaklah ada segolongan umat yang menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran”.

Muhammadiyah mengartikan segolongan umat ini sebagai pendirian organisasi modern. Maka menjadi keniscayaan bagi setiap kader profetik seperti yang disebutkan di atas untuk senantiasa menegaskan kesamaan maksud dan tujuan dalam bingkai kolektivisme gerakan. Begitulah secara sederhana seorang Pimpinan Komisariat bergerak di Ikatan dan atas nama Ikatan.

Menegaskan Ilmu dan Amal. IMM wajib untuk menggiatkan gerakan ilmu yang dimaksudkan untuk mewujudkan khoiru ummah. Gerakan khoiru ummah ditandai dengan masyarakat ilmu yang merupakan cerminan kader profetik dan kader ilmu amaliah amal ilmiah. IMM mesti menegaskan bahwa dari sekian banyak peran Muhammadiyah selama satu abad lebih mematenkan kiprahnya, yang sering terlewat untuk dibahas ialah: membentuk paradigma berpikir maju, kemenangan dialektika yang diraih oleh Muhammadiyah.

Liberasi menuju humanisasi. Jika Muhammadiyah hadir dalam ruang lingkup keumatan dan kebangsaan. Maka IMM mesti hadir dalam ruang akademisi dan kemahasiswaan. Bahwa bukan cuma ilmu dan amal yang mesti dibumikan, tapi juga diri sendiri. Berbaur ke masyarakat kampus dan sekitarnya. Bentuk basis gerakan, baik itu gerakan dakwah, gerakan ilmu, dan gerakan mahasiswa. Jadikan IMM sebagai harakah, harakah berpikir maju dan harakah amal dalam satu kesatuan yang utuh.

Demikianlah, biar tak banyak yang aku sampaikan, semoga cukup menerangkan keadaan. Maklumat Kader Profetik kini bertransformasi menjadi Gerakan Kader Profetik yang dimaksudkan untuk mewujudkan IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam progresif. Hentikan segala ungkapan retoris bahwa periode yang akan datang mesti lebih baik dari periode sebelumnya, sebab Kiai Dahlan menyebutkan bahwa dakwah terbaik merupakan dakwah yang dicontohkan.

Maka ketika ungkapan periode yang akan datang harus lebih baik dari periode sebelumnya, maka jadi keniscayaan bagi kita sekalian untuk meninggalkan (dalam tanda kutip) material yang mampu membangun rumah yang kokoh dan menaungi setiap orang yang tinggal. Bagiku, kaderisasi bukan soal siapa yang menanam dia yang akan menuai, sebab tak ada hukum demikian ihwal kerja-kerja mempersiapkan masa depan untuk generasi yang akan datang.

Tegasnya, jangan cuma asyik-masyuk mempersiapkan pimpinan, kerna yang lebih penting dari itu adalah membentuk dan membumikan gagasan.

Di akhir, izinkan saya sampaikan ungkapan guru kita, kiai kita, Kiai Dahlan. Beliau mengatakan, “Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu”. Billahi fi sabilil haq, fastabiqul khairat. IMM Jaya, Energi Profetik, Energi Perubahan.

Exit mobile version