Pedomani Prinsip, Kepribadian, dan Khittah
Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.
Muhammadiyah itu organisasi dan gerakan Islam yang besar dan memiliki sejarah yang panjang dalam lintasan perjalanan Indonesia. Kebesaran dan keberlangsungan Gerakan Islam yang didirikan Kyai Ahmad Dahlan 111/107 tahun lalu itu karena Prinsip, Kepribadian, dan Khittah-nya kokoh dan jelas sejak berdiri 107 atau 111 tahun silam.
Karenanya seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah bersama organisasi otonom, majelis, lembaga, amal usaha, serta institusi dari Pusat sampai Ranting harus benar-benar seksama dan berkomitmen tinggi dalam membawa kapal besar Persyarikatan yang membawa misi utama dakwah dan tajdid ini.
Dalam menghadapi kehidupan kebangsaan saat ini para warga, kader, dan elit Muhammadiyah jangan terbawa arus dengan aktuvitas atau gerakan-gerakan aksi politik yang muaranya politik praktis. Apakah memakai isu kebaangsaan maupun keagamaaan serta dibungkus pesan amar ma’ruf nahi munkar, semua aktivitas dan aksi getakan politik praktis berada di luar jalur dan koridor gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki cara sendiri sesuai prinsip, kepribadian, dan khittah yang dipedomani dalam menghadapi situasi kebangsaan dalam koridor organisasi dan bukan orang perorangan.
Keberadaan Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang besar dan tua telah teruji dalam melewati banyak tangangan dan situasi krusial dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan. Sejak kelahiran dan pertumbuhannya di masa penjajahan Belanda, pada titik kritis kemerdekaan tahun 1945, setelah Indonesia merdeka pada era Orde Lama dan Orde Baru, maupun setelah era reformasi.
Kehidupan kebangsaan dalam setiap fase dan rezim pemerintahan pun beragam masalah dan tantangannya. Masalah politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain ailih berganti dari yang ringan dan sedang sampai berat. Dinamika dan masalah kebangsaan itu biasanya kompleks alias tidak sederhana, yang tidak mudah dibaca dan disikapi secara hitam putih sebagaimana hukum muamalah pada umumnya yang bersifat duniawi.
Setiap pihak sering memiliki pandangan dan sikap sendiri dalam menghadapi keadaan, tergantung posisi, cara pandang, dan kepentingannya. Kita hargai pihak lain yang memiliki cara dengan aksi politik, tetapi Muhammadiyah tidak menempuh cara itu karena bukan gerakan politik dan bukan partai politik. Muhammadiyah itu bukan kelompok atau perhimpunan kecil yang dengan mudah meraksi keadaan secara spontan dan tanpa pertimbangan menyeluruh. Muhammadiyah itu organisasi besar dan memiliki gerbong luar biasa, sehingga segala sesuatu harus seksama dan tidak boleh dipertaruhkan oleh orang perorang. Jika kondisi gawat sekalipun Muhammadiyah memiliki koridor secara organisasi.
Seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammdiyah di berbagai tingkatan, komponen, dan amal usaha harus memahami posisi Muhammadiyah sekaligus memiliki kebanggaan akan organisasi ini. Tumbuhkan kebanggaan bermuhammadiyah, karena dengan itu semua akan memiliki komitmen yang kuat, sehingga lahir ghirah dan militansi gerakan. Organisasi tanpa rasa bangga namanya kerumunan sosial.
Karenanya posisikan dan perankan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki tradisi besar sekaligus sebagai gerbong besar dengan seksama dan tidak boleh gegabah. Muhammadiyah sudah kenyang pengalaman dalam menghadapi situasi pelik dan krusial dalam dinamika keumatan dan kebangsaan, sehingga tetap mampu melewatinya dengan tetap kokoh pada prinsip gerakan yang melekat dengan paham agama, ideologi, dan sistem organisasinya. Karenanya jangan mudah gamang dan terbawa arus dalam memghadapi situasi apapun dalam kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan saat ini.
Pedoman Muhammadiyah
Muhammadiyah memiliki pandangan dan sikap dalam menghadapi masalah kebangsaan sebagaimana dalam berbagai pernyataan resminya. Muhammadiyah menghargai setiap orang atau pihak yang memiliki beragam pandangan dan sikap terhadap kondisi kebangsaan dari yang bercorak moral-sosial sampai yang berorientasi dan gerakan politik. Pihak lain pun tentu perlu menghargai posisi dan sikap Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan non politik praktis. Muhammadiyah bukanlah organisasi politik dan bukan gerakan politik, sebagaimana karakter Gerakan Islam ini sejak berdirinya.
Muhammadiyah saat menghadapi tantangan berat di tengah dinamika kehidupan masyarakat di tingkat lokal, bangsa dalam skala nasional, maupun di ranah global tidak boleh bersifat perorangan. Semua memerlukan pandangan kolektif dan mujahadah seluruh anggota, kader, dan lebih-lebih pimpinan dalam membawa Gerakan Islam yang besar ini secaras tersistem dan terorganisasi dalam sistem gerakan yang solid dan kokoh. Muhammadiyah itu Persyarikatan dan bukan kerumunan sosial. Dalam bergerak jangan sendiri-sendiri tetapi harus melalui sistem organisasi, sebagaimana poin keenam Muqaddimah AD Muhammadiyah: “Perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan berorganisasi.”.
Gerakan ini berfondasikan dan berbingkai Islam sebagaimana dipedomani Muhammadiyah dalam nalar bayani, burhani, dan irfani yang kokoh dan berkemajuan. Muhammadiyah memiliki prinsip gerakan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup Islami, dan berbagai pikiran resmi lainnya yang kokoh sesuai dengan konteks dan tantangan keadaan. Itulah ruh, prinsip, dan karakter Muhammadiyah yang harus dipedomani dan menjadi dasar dan bingkai dalam berhammadiyah. Termasuk dalam menghadapi keadaan kehidupan kebangsaan saat ini.
Dalam beramar-makruf nahi munkar terhadap keadaan Muhammadiyah didasarkan pada pandangan keislaman sesuai manhaj yang dipedomaninya dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani. Selain itu amar makruf nahi munkar juga dijalankan aecara organisasi di atas prinsip musyawarah dan cara yang sejalan Kepeibadian dan Khittah. Jangan menggunakan tolok ukur sendiri, yang kemudian membawa atau menarik-narik Muhammadiyah maupun orang-orang Muhammadiyah ke kancah pergerakan politik praktis yang berbeda dengan haluan Muhammadiyah.
Pedomani hal-hal prinsip dalam Muhammdiyah ketika membaca dan menyikapi keadaan berdasarkan pandangan resmi Muhammadiyah, bukan mengikuti pendapat dan sikap perorangan. Dalam menghadapi dan menyikapi keadaan keumatan dan kebangsaan dengan prinsip mengikuti keputusan organisasi, pedomani Kepribadian Muhammadiyah sebagai berikut: (1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan; (2) Memberbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah; (3) Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam; (4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; (5) Mengindahkan segala hukum, perundang-undangan, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah; (6) Amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik; (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam; (8) Kerjasama dengan semua golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingan; (9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT; (10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.”. Sedangkan Khittah menggariskan agar Muhammadiyah tidak boleh masuk ke ranah gerakan politik praktis serta tetap memposisikann dan memerankan diri sebagai organisasi kemasyarakatan. Baik gerakan politik yang dilakukan resmi oleh partai politik maupun gerakan-gerakan politik yang diperankan kelompok-kelompok non-parpol.
Karenanya seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting penting mengindahkan dasar pandangan dan sikap Muhammadiyah dalam menghadapi kehidupan kebangsaan tersebut sesuai prinsip, Kepribadian, Khittah, dan koridor organisasi yang harus dipedomani secara kolektif dalam satu barisan yang kokoh sebagaimana perintah Allah dalam Al-Quran yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash-Shaff: 4). Jika Muhammadiyah dibawa oleh kehendak orang-perorang dan mudah mengikuti arus gerakan lain maka yang akan menjadi pertaruhan adalah masa depan persyarikatan.
Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2020