Penulis ‘IMM Autentik’ Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
DEPOK, Suara Muhammadiyah – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ibnu Rusyd UINSA Surabaya menggelar kajian online “Cerdas Berliterasi, Cakap Berkreasi, Agar Ikatan tak Mati”, Ahad (14/2). Kegiatan yang digelar secara daring via Google Meet ini berisi pelatihan menulis. Kegiatan ini menghadirkan Ahmad Soleh, penulis buku IMM Autentik dan founder Penerbit Irfani, sebagai narasumber.
Dalam kesempatan itu, Soleh yang juga produktif menulis puisi dan esai ini membagikan tips dan pengalaman dalam proses menulis. Dia berpandangan, menulis membutuhkan tujuan yang jelas. Sebab, bila tidak demikian, proses menulis akan terhambat.
“Mula-mula kita harus tahu dulu, kita menulis itu untuk apa, tujuannya apa? Kalau sudah tahu tujuannya, kita bisa dengan mudah menuangkan ide kita dalam tulisan. Jangan sampai orang yang baca tulisan kita malah tersesat karena kita tidak punya tujuan yang jelas,” ujarnya.
Bagi penulis pemula, Soleh menyarankan agar dapat memperhatikan langkah-langkah dalam menulis. Misalnya, kata dia, dalam menulis opini untuk media massa atau artikel umum, penulis mesti membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan itu berfungsi untuk membantu agar penyusunan tulisan lebih mudah, terarah, dan tidak melenceng dari tujuan di awal.
Meskipun begitu, Soleh berpendapat bahwa membuat kerangka tidak harus selalu ditulis dalam bentuk poin-poin. “Kalau sudah terbiasa, tak perlu ditulis pun kerangkanya, tidak masalah. Karena kerangka itu bisa jadi sudah ada di dalam kepala kita, maka perihal menulis ini perlu sekali pembiasaan, perlu latihan,” ujar Soleh.
Menurut direktur Penerbit Irfani ini, bila bersungguh-sungguh ingin menjadi penulis, seseorang harus menyiapkan waktu setiap harinya untuk latihan menulis. “Jadi, dalam sehari minimal 15-30 menit kita khususkan untuk menulis. Menulis apa pun. Karena dengan begitu, kita belajar untuk terbiasa dan dengan jadwal menulis kita juga belajar untuk disiplin,” ungkapnya.
Selain itu, Soleh juga memberikan tips bagaimana menghadapi kebuntuan dalam menulis atau writer’s block. Menurut Alaa Al Aswany, kata dia, persoalannya ada pada apa yang mau dikatakan dan apa yang bisa dikatakan. “Jadi, kalau kita menulis dan mandek, bisa jadi kita nggak tahu apa yang sebenarnya sedang kita tulis. Bisa jadi karena referensi kita masih terbatas, artinya kita mesti kembali membuka bacaan,” kata dia.
Selain itu, kata dia, kebuntuan juga terjadi karena persoalan internal dalam diri kita. “Namun, kata seorang penulis, jangan manjakan diri kita dalam kebuntuan. Kita harus memaksakan untuk terus berlatih menulis,” ujarnya.
Soleh juga membagikan pengalaman dan langkah-langkah dalam menerbitkan atau memublikasikan tulisan. Menurut dia, menerbitkan tulisan merupakan bagian penting untuk menguji karya yang sudah dibuat. “Dengan begitu kita bisa tahu apa kekurangan dan kelebihan tulisan kita,” katanya.
Selain itu, saat mengirim tulisan ke media massa, penulis harus menyiapkan naskah yang rapi. “Kalau naskah masih berantakan, banyak typo, bisa jadi media akan menolak tulisan kita,” katanya.
Dia melanjutkan, yang lebih penting lagi, dalam proses mengirim tulisan penulis harus menggunakan adab. “Karena bila asal kirim naskah tanpa memberikan pesan pengantar, misalnya, bisa dijamin media tidak akan menayangkan tulisan kita. Sebagus apa pun tulisannya, kalau mengirimnya tidak menggunakan adab yang baik, besar kemungkinan akan ditolak,” katanya.
Selain itu, ia juga memberikan tips seputar menerbitkan buku. “Pertama, kumpulkan tulisan-tulisan kita. Baca kembali, edit lagi. Kenapa begitu? Meskipun tulisan sudah pernah dipublikasikan, tetap harus kita edit agar lebih rapi dan enak dibaca,” ungkapnya.
Setelah itu, kata dia, kirim naskah yang sudah rapi ke penerbit. “Kita bisa memilih penerbit indie atau penerbit mayor. Yang terpenting dari proses ini adalah menyiapkan naskah sebaik-baiknya,” ungkap Soleh.