Pilar Ekonomi Industri Halal
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Industri halal tidak hanya menyangkut makanan, tetapi sesungguhnya mencakup prospek yang luas. Ketika Industri halal bisa digerakkan, Muhammadiyah yang menggaungkan pilar ketiga yaitu bidang ekonomi akan dapat tegak berdiri.
Berbicara mengenai Muhammadiyah, ada dua pilar yang sangat menonjol yaitu pendidikan dan pelayanan sosial. Kedua pilar ini sama-sama bersifat nirlaba, tidak berorientasi kepada profit. Bukan berarti tidak mencari profit, melainkan jika mendapatkan profit hasilnya dibagikan untuk kepentingan dunia pendidikan dan pelayanan sosial kesehatan terkait.
Sementara itu, umat Islam termasuk Muhammadiyah perlu meningkatkan daya saing dalam bidang ekonomi dan bisnis. “Usaha serta upaya kita dalam membangun pilar ekonomi ini secara serius sudah kita mulai sejak 7 tahun lalu,” tutur Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jum’at (11/2/2022)
Turut hadir sebagai narasumber yaitu Menteri Parekraf RI Sandiaga Uno, Guru Besar Kyusu International University Jepang Satomi Ohgata, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah Heri Zudianto, dan Wakil Ketua Direktur Bidang Audit Lembaga Pemerikan Halal dan Kajian Halalan Thayyiban (LPHKHT) Muhammadiyah S. Wuri Handono.
Menurut Buya Anwar Abbas ada beberapa kemajuan yang diperoleh Muhammadiyah, seperti suasana kesadaran bersama memacu diri dalam bidang ekonomi dan bisnis mengalami peningkatan. Akan tetapi hal ini perlu didukung juga oleh SDM dan perspektif mentalitas yang memiliki latar belakang berkecimpung dalam dunia usaha. “Maka perlu hijrah entrepreneurship mentality,” tambahnya.
Entrepreneurship mentality adalah seseorang yang memiliki jiwa dan visi dalam melihat peluang jauh ke depan (visioner). Beberapa tokoh maupun kader Muhammadiyah memang telah memulai dalam dunia usaha di berbagai bidang. Maka ke depan bagaimana Muhammadiyah dapat memajukan ekonomi anggotanya, ekonomi umat dan bangsa. “Untuk membangkitkan ekonomi dan bisnis di lingkungan Muhammadiyah, first priority kita adalah bagaimana memajukan ekonomi organisasi, memajukan dan mendukung usaha-usaha pimpinan kita yang berbisnis, kemudian mendukung usaha anggota dan simpatisan serta ekonomi umat,” ungkap Buya Anwar Abbas.
Menteri Parekraf RI Sandiaga Uno menuturkan terdapat berbagai ciri pengusaha diantaranya memiliki tiga orientasi. Pertama, inovatif. Untuk mendapatkan kualitas entrepreneur yang baik yaitu mengajarkan inovasi dan memicu inovasi itu sendiri dalam setiap tarikan nafasnya. Kedua, berani mengambil resiko. Pengusaha yang sukses tidak berada di zona nyaman, tetapi mengabil segala resiko dan mengkalkulasinya agar tidak terjadi kesalahan fatal. Ketiga, terus bergerak dan proaktif. “Ketiganya ada rujukannya dalam pedoman Muhammadiyah, misalnya fastabiqul khairat itu dekat sekali dengan bergerak, berlomba-lomba dalam kebaikan,” ungkapnya.
Sandiaga Uno menyayangkan dulu wisata halal banyak disalahartikan dengan mensyariahkan tempat wisata. Padahal wisata halal adalah pariwisata yang mengusung kualitas dan sustainabilitas. Mengedepankan yang halal dan thoyyib (baik), utamanya memenuhi kebutuhan wisatawan muslim dan wisata yang ramah muslim.
Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar dalam Industri halal ini, hampir setiap daerah mempunyai peluang untuk wisata religi maupun wisata halal. Malah negara lain Turki, Mesir hingga Uzbekistan menangkap peluang ini dengan memberikan paket-paket yang menarik. Program Sertifikasi Clean, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE) memastikan layanan halalan thoyiban. “Saya yakin wisata halal adalah lokomotif kebangkitan perekonomian Indonesia dan akan membuka peluang untuk bisa menciptakan lapangan kerja,” tandas Sandiaga. (rpd)