Kasih Sayang
Pada dasarnya, alam raya dan seluruh isinya ini dapat dikatakan tumbuh dengan kasih sayang. Srigala yang oleh manusia dikenal sebagai binatang buas dan licik tidak pernah kehilangan rasa sayang pada anak-anaknya.
Demikian juga dengan daun dan bunga. Setiap daun yang tumbuh hampir semuanya berkembang untuk melindungi bakal ranting. Bunga yang mekar juga selalu memberi ruang kepala putik untuk membesar menjadi buah.
Allah SwT memang mencintai semua ciptaan-Nya terutama pada makhluk utama-Nya yang bernama manusia. Pada saat peradaban umat manusia tumbuh dengan meniadakan rasa kasih-sayang yang tercermin dari lahirnya tradisi membunuh bayi-bayi perempuan, Allah menurunkan ajaran Islam yang membimbing manusia ke jalan yang terang. Memuliakan derajat kaum perempuan dan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara umat manusia.
Kalau kita membaca tarikh Islam pada masa awal, kita akan menjumpai banyak kisah yang mengharukan tentang kasih sayang antar sahabat nabi ini. Pada masa hijrah misalnya, hampir semua sahabat anshar rela membagi rumah dan kebunnya kepada saudaranya yang baru datang dari Makkah, tanpa membawa bekal apa-apa.
Itu semua terjadi karena ajaran Islam itu sendiri merupakan ajaran yang mengutamakan kasih sayang. Salah satu buktinya adalah 113 surat dalam Al-Qur’an diawali dengan kalimat basmallah. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hanya ada satu surat yang tidak diawali kalimat basmallah. Yakni surat At-Taubah. Untuk memulai semua hal yang baik, seluruh umat Islam juga dianjurkan untuk memulainya dengan kalimat basmallah.
Hal ini secara tidak langung dapat dimaknai untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang membuat semua aturan dan tuntunan bagi manusia berdasarkan kasih dan sayang. Membuat aturan karena didasari rasa kasih dan sayang. Bukan Tuhan yang membuat peraturan karena didasari rasa ingin menghukum dan menyiksa para makhluk-Nya sebagaimana tuduhan orang-orang yang tidak beragama.
Memulai segala hal yang baik dengan kalimat basmallah juga untuk mengingatkan kepada diri kita masing-masing agar kalau melakukan sesuatu itu berdasarkan rasa kasih dan saying. Karena, tanpa rasa kasih dan sayang, semua perbuatan baik yang kita kerjakan akan terasa sia-sia tanpa makna.
Kalau melihat ayat-ayat Allah dalam keteraturan gerak alam raya (sunnatullah), rasa kasih sayang hanya dapat dipupuk dengan senantiasa mengutamakan kepentingan berjangka panjang daripada kepentingan jengka pendek. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Saat kepala putik sudah siap untuk tumbuh menjadi buah, bunga akan melayu menanggalkan mahkotanya ke bumi bersama daun yang menguning. Membusuk menjadi pupuk yang menyuburkan tanah. Kalau bunga tidak mau layu, kepala putik akan gagal menjadi buah, dan biji baru tidak akan terwujud. Regenerasi terhenti sampai di sini.
Kalau terjadi yang sebaliknya, maka tatanan alam akan berubah. Kalau semua orang terbiasa menghisab dan mencurigai orang lain sebelum mengalkulasi diri, maka akan tercipta bentangan rasa saling curiga.
Di tangan masyarakat seperti ini, banyak agama mengalami perubahan fungsi. Agama tidak akan lagi berfungsi menjadi sarana untuk memperbaiki peradaban. Agama terkorupsi fungsinya sekedar menjadi alat untuk menakut-nakuti. Agama menjadi alat untuk menghukum. Wajah Tuhan pun diubah menjadi sangat mengerikan, yang amarahnya hanya bisa diredakan dengan persembahan darah.
Untunglah, tragedi agama seperti itu tidak akan terjadi pada agama Islam yang telah sempurna ini. Karena setiap Muslim pasti sudah terdidik dan terbiasa mengawali segala hal dengan kalimat basmallah. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dengan kebiasaan mengawali semua hal dengan kalimat basmallah, setiap Muslim tidak akan bertindak apapun dengan dengan dasar amarah. [sura banie]
Sumber: Majalah SM Edisi 8 Tahun 2018