UMBandung: Dari Green Campus Menuju Green City
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Permasalahan sampah perlu ditangani secara serius dengan cara mencarikan solusi yang bersahabat dengan alam untuk melindungi bumi.
Selain itu, soal sampah juga perlu dipikirkan oleh berbagai kalangan, salah satunya pergruruan tinggi, dengan menciptakan green campus.
Begitulah inti pembahasan dalam webinar ”Peran Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Green City” yang digelar Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) pada Senin (21/02/2022).
Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UMBandung, Arief Yunan, mengatakan adanya green campus hakikatnya untuk mewujudkan kondisi sosio-kultural peduli di lingkungan kampus.
”Jadi tidak hanya sampai batas menyadari. Namun, bagaimana sampai pada tingkat peduli hingga berujung tindakan yang akan dilakukan oleh semua pihak, (khususnya) sivitas Universitas Muhammadiyah Bandung, untuk mewujudkan sosio-kultural peduli lingkungan,” ucap Arief.
Ada beberapa aspek kondisi eksisting dalam perencanaan program green campus. Misalnya infrastruktur gedung, sosio-kultural, sistem sirkulasi, manajemen pengelolaan sampah, dan ruang terbuka hijau.
”Nantinya UMBandung akan membuat rencana program yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut,” ujarnya.
Alumnus ITB ini mengatakan salah satu bentuknya, misalnya bagaimana membuat UMBandung menjadi kampus green building yang akan mendukung terjadinya kepedulian lingkungan daripada masyarakat dan warga UMBandung.
Lebih lanjut Arief menegaskan bahwa yang dimaksud dengan green building yakni salah satunya bagaimana pihak kampus menyediakan infrastruktur. Misalnya membuat tiga jenis tong sampah atau membuat program yang bisa menghemat energi.
Green City di Kota Kitakyushu
Pemateri kedua dalam webinar ini yakni peneliti The University of Kitakyushu Jepang, Indriyani Rachman, memaparkan bagaimana kondisi kampusnya dan juga kota Kitakyushu yang mengkampanyekan Sustainable Development Goals (SDGs).
Kampanye itu dilakukan terutama terutama di daerah kampus. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya poster mengenai hal apa saja yang bisa dilakukan mahasiswa untuk berperan dalam mencapai tujuan poin SDGs.
”Universitas memang benar-benar mendukung program pemerintah tersebut. Jadi, di beberapa titik dipasang poster-poster SDGs itu tujuannya apa sehingga mahasiswa baru melihat atau masuk ke ruangan di situ ada tulisan SDGs,” kata Indriyani.
Ketika musim panas tiba, lanjut Indriyani, masyarakat Kitakyushu juga diimbau oleh pemerintah untuk menerapkan program green curtain. Tujuannya guna menghalangi sinar matahari dan menekan kenaikan suhu di dalam suatu bangunan.
”Program tersebut digembar-gemborkan oleh pemerintah kepada sekolah-sekolah dan rumah-rumah. Malah kalau di SD, hal itu jadi PR buat anak-anak, mereka membuat green curtain sendiri di sekolah atau di rumah dengan taman daun terompet, mentimun, yang bibitnya bisa diambil di kota madya,” jelasnya.
Selain itu, soal penggunaan kantong plastik juga, kata Indriyani, Kota Kitakyushu mendukung pengurangan penggunaan kantong plastik belanja di beberapa supermarket dan kantin.
”Masyarakat di sana kalau belanja di supermarket itu tidak memakai kantong plasti, kecuali mau membayar, baru mereka bisa dapat kantong plastik. Mereka bawa kantong sendiri dari rumah. Kalau kedapatan belanja menggunakan kantong plastik, mereka merasa malu,” ungkapnya.
Untuk diketahui, acara yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) ini dihadiri secara virtual oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Jepang, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, Rektor UMBandung, Kepala LPPM UMBandung, para dosen, dan peserta undangan lainnya.