Lulusan Terbaik, Buktikan Tidak Harus Perempuan Jadi Guru PAUD
PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mayoritas adalah perempuan. Namun tidak bagi Iwan Kurniawan, wisudawan terbaik Pendidikan Guru PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Menurut Iwan menjadi Guru PAUD adalah panggilan jiwa. Senang duia anak-anak, membuat ia menjadi lulusan terbaik pertama di FKIP UMP dengan IPK 3.89 dan lama studi 3.4 tahun.
“Berpuluh tahun bergelut dengan dunia anak-anak, meyakinkan saya bahwa anak-anak adalah keajaiban yang dimiliki dunia ini. Potensi terbaik yang Tuhan titipkan kepada manusia, berfondasi dan terkuat di usia ini. Sehinga saya ingin benar-benar ada di dunia anak-anak,” katanya di sela prosesi Wisuda ke-68 di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Sabtu (26/2/2022).
Menurut Iwan, dengan ilmu PGPAUD maka segala hal yang dilakukan akan mendapatkan tempat yang spesial di mata Tuhan, berpahala, dan berdasar.
“Latar belakang saya adalah pelatih marching band anak usia dini. Motivasi pada daya tarik dunia pendidikan anak. Pentingnya pendidikan anak usia dini, yang secara profesi, masih banyak menyimpan potensi aneka profesi yang mungkin belum tergarap, atau mungkin banyak yang belum memikirkannya,” jelas Iwan.
Mindset pekerjaan, lanjut Iwan, biasanya yang mapan yang sudah dikenal dimasyarakat menjadi fokus. Sehingga, kemasan dunia pendidikan anak usia dini yang modern dan prospektif tentu menjanjikan sesuatu yang berbeda kedepannya.
“Motivasi internal saya, ada dorongan dari sebuah kalimat dari tulisan Prie GS (alm) yaitu ketika engkau sudah memilih suatu profesi, maka jangan sampai tidak menjadi ahli pada bidang itu. Hal itu benar-benar menjadikan dorongan terbesar untuk memperbaiki, dan meningkatkan keilmuan, khususnya di dunia anak usia dini,” tandasnya.
Menurut Iwan, ketika sudah masuk belajar di PG PAUD, semakin terlihat bahwa sebenarnya, dunia PAUD ini, awalnya tetap menorehkan tokoh pendidikan laki-laki. Ki Hajar Dewantara, Frobel dengan taman kanak kanaknya, dan tokoh-tokoh lainnya.
“Terpenting, anak usia dini, jangan sampai kehilangan figur ‘ayah’, figur laki laki dalam pendidikannya, hanya karena para pendidik AUD mayoritas adalah wanita atau ibu guru,” jelasnya.
Iwan pun berharap mampu memelihara ketekadan dalam tetap menyelami dunia anak usia dini, dengan segala tangis tawanya.
“Harapan untuk pendidikan AUD, yakinlah, terlebih untuk saat ke depan nanti diberlakukan kurikulum baru, di mana pendidikan PAUD secara nyata dan tegas oleh pemerintah dituliskan dengan kata “fase fondasi”. Kata ini mengisyaratkan betapa pentingnya masa pendidikan anak usia dini,” katanya.
Lanjut Iwan, tidak ada gedung terbesar termegah, tertinggi, yang tidak memiliki fondasi yang terkokoh. Mungkin sesuatu yang sering tidak kelihatan, karena kata benda fondasi tidak kelihatan dalam struktur sebuah bangunan, namun perannya yang luar biasa, tidak akan ada yang menyangsikan,” ujarnya.
Iwan berpesan untuk adik kelasnya agar pilihlah pendidikan AUD karena banyak deretan manfaatnya.
“Manfaat profesi, insyaAllah selain menjadi guru, dosen, baik guru swasta maupun PNS, menjadi praktisi dibidang anak usia dini, scope atau wilayah ini menyimpan potensi ‘harta karun’ keprofesian yang menunggu untuk disingkap. Entrepreneur di bidang aud sangat memungkinkan memberikan manfaat ekonomis,” jelas Iwan.
Bahkan ilmunya, akan sangat memberikan manfaat, ketika masuk dalam dunia kedewasaan sebenarnya. Menjadi orang tua, menjadi sumber pendidikan di rumah untuk anak-anak, untuk generasi depan.
“Anak usia dini yang dibimbing dengan ilmu, maka keselamatan, keemasan, dan kemaslahatan di masa depan mereka adalah keniscayaan,” tutup Iwan. (tgr)