Pendidikan Lingkungan Hidup Atasi Permasalahan Sampah
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Peningkatan populasi di dunia khususnya di Indonesia telah memberikan dampak yang cukup signifikan pada peningkatan volume sampah.
Melihat hal tersebut perlu, maka perlu adanya penanaman pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat untuk membuat suatu kebiasaan, sadar, dan peduli lingkungan hidup.
Begitu salah satu poin penting pembahasaan yang disampaikan dalam acara webinar “Peran Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Green City” yang digelar Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UMBandung pada Sabtu (26/02/2022).
Acara dengan tema “Behaviour Development of The Environmental Awareness In Early Chilhood Education” tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Bandung, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, dan beberapa tamu undangan lainnya.
Salah satu pemateri acara sekaligus Founder Waste Cycle Indonesia dan Madifa Less Waste, Gun Gun Saptari, mengatakan bahwa peningkatan aktivitas penduduk saat ini mempengaruhi dampak pada lingkungan, salah satunya peningkatan volume sampah.
Dalam menerapkan pendidikan lingkungan hidup, menurut Gun Gun, ada dua penggerak pendidikan lingkungan, yakni pemerintah yang terdiri dari Dinas lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, dan Aparat Kewilayahan.
Sementara yang kedua, kata Gun Gun, yakni non-pemerintah yang terdiri dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan orgranisasi lain.
”Di Kota Bandung elemen-elemen tersebut termasuk yang terbilang sangat hidup gerakan-gerakannya dalam melakukan penggerakkan pendidikan lingkungan hidup,” ucap Gun Gun.
Pemerintah memiliki beberapa program dalam penerapan pendidikan lingkungan hidup. Misalnya pengadaan penghargaan ‘Sekolah Adiwiyata’ yang bisa diikuti sekolah di seluruh Indonesia untuk menjalankan proses edukasi lingkungan di sekolahnya masing-masing.
”Program tersebut dapat mempercepat budaya sadar lingkungan yang ada di level sekolah disertai pemberian reward sebagai Sekolah Adiwiyata,” jelasnya.
Kota Bandung pun memiliki program mengenai pendidikan lingkungan, yakni Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan atau disingkat “Kang Pisman”.
”Jadi bagaimana ini Kota Bandung ingin naik level yang tadinya menggunakan metode kumpul, angkut, buang atau end of pipe, diubah ke Zero Waste Life Style yang di Kota Bandung itu disebut Kang Pisman” tutur Gun Gun.
Pengajaraan PLH di Kota KitaKyushu
Sementara itu, peneliti dari The University of Kitakyushu, Jepang, Indriyani Rachman, menyoroti bagaimana penerapan kurikulum di Kota Kitakyushu yang salah satu wujudnya mengunjungi berbagai fasilitas tentang pendidikan lingkungan hidup.
”Jadi, masyarakat, khususnya setiap siswa, harus sudah khatam tentang fasilitas belajar tersebut agar dapat mempertahankan sikap sadar lingkungan,” ungkap Indri.
Ia juga mengatakan, pemerintah di sana (Jepang) mengadakan program tes kemampuan lingkungan hidup yang diikuti oleh masyarakat. Merek mengikuti tes tersebut dengan penuh antusias.
”Bukan cuman masyarakat biasa, tetapi seperti pegawai kantoran pun memiliki kebanggaan tersendiri kalau misalnya nilianya itu bagus dalam tes kemampuan lingkungan hidup,” lanjutnya.
Pada tingkatan pendidikan Taman Kanak-Kanak, para siswa sudah diajarkan Sustainable Development Goals (SDGs), yakni mulai dari pengertian, tujuan, hingga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
”Para pengajar di TK itu memberikan berupa gambar mengenai SDGs yang kemudian diterjemahkan dengan bahasa yang sangat sederhana dan dipahami oleh anak usia 5 tahun,” kata Indri.***(Firman Katon)