Perkuat Komitmen dan Koridor Bermuhammadiyah
Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.
Saat ini Muhammadiyah menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang kompleks, baik di dalam maupun di luar. Masalah keumatan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta datang dan pergi secara bergelombang. Apalagi dalam suasana kehidupan akibat pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya. Masalah internal pun datang silih berganti. Permasalahan bangsa dan internal Muhamamdiyah itu kompleks.
Pergerakan di luar sangatlah beragam, yang hadir dalam menghadapi masalah bangsa, baik organisasi kemasyarakatan maupun pergerakan politik atau pergerakan kemasyarakatan dan moral tetapi berkarakter dan berorientasi politik. Semua sah di negara demokrasi, sejauh mengikuti sistem politik dan aturan main yang berlaku.
Namun Muhammadiyah tidak ada hubungan dengan berbagai pergerakan sosial-politik tersebut, meski boleh jadi ada di dalamnya yang secara subjektif sebagian warga Muhamamdiyah. Muhammadiyah tidak diwakili oleh orang perorang, tetapi oleh sistem organisasi dan institusi. Di sinilah pentingnya keseksamaan warga, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan lini organisasi untuk tetap berada dalam satu komitmen dan barisan sistem pergerakan Muhammadiyah.
Hadapi Masalah Bangsa
Muhammadiyah hidup dalam dinamika kebangsaan yang beragam serta sarat masalah dan tantangan. Kehidupan kebangsaan dalam setiap fase dan rezim pemerintahan pun beragam masalah dan tantangannya. Masalah politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain ailih berganti dari yang ringan dan sedang sampai berat. Dinamika dan masalah kebangsaan itu biasanya kompleks alias tidak sederhana, yang tidak mudah dibaca dan disikapi secara hitam putih sebagaimana hukum muamalah pada umumnya yang bersifat duniawi. Setiap pihak sering memiliki pandangan dan sikap sendiri dalam menghadapi keadaan, tergantung posisi, cara pandang, dan kepentingannya.
Indonesia ibarat taman seribu kembang. Muhammadiyah menghargai pandangan dan pergerakan golongan lain dalam menyikapi keadaan untuk kemajuan negeri. Pilihan perjuangan kebangsaan setiap kelompok tentu beragam, tidak ada yang paling benar sebagai penegek kebenaran. Hal yang diperlukan dialog, perbaikan, dan kerjasama saling menghargai dalam semangat persatuan menuju cita-cita nasional. Muhammadiyah memiliki pandangan dan cara sendiri dalam menyikapi kehidupan kebangsaan yang kompleks.
Bangun saling percaya dan kebersamaan demi masa depan yang dicita-citakan para pejuang dan pendiri Indonesia. Jangan ada satu kekuatan dan pergerakan apapun yang mengklaim diri sebagai pejuang kebenaran dan keadilan, seraya menganggap pihak dan gerakan lain lemah dan tidak berjuang. Hatta atasnama amar makruf dan nahi munkar sekalipun, tidak ada pandangan atau gerakan yang paling benar membawa misi luhur agama itu, karena menyangkut cara adalah urusan ijtihadi, satu sama lain dapat berbeda pemikiran dan langkah yang harus diperankan. Apalagi bila menyangkut pikiran orang dan gerakan, semuanya memiliki orientasi dan kepentinganya sendiri, yang sering antara apa yang ada di permukaan dengan yang di baliknya tidaklah selalu sama.
Muhammadiyah saat ini menghadapi masalah dan tantangan berat di tengah dinamika kehidupan masyarakat di tingkat lokal, bangsa dalam skala nasional, maupun di ranah global maupun kondisi internal bersamaaan pandemi Covid yang berdampak luas. Semua memerlukan mujahadah bersistem dari seluruh anggota, kader, dan lebih-lebih pimpinan dalam membawa Gerakan Islam yang besar ini secara kolektif dan terorganisasi dalam sistem gerakan yang solid dan kokoh. Karena itu dalam berorganisasi kita hatus ikhlas menyatukan hati, pikiran, dan tindakan dalam jiwa persaudaraan untuk berada dalam satu barisan yang kokoh sebagaimana Surat Ash-Shaff ayat-4 untuk berada dalam satu barisan yang kokoh.
Muhammadiyah memiliki pandangan dan cara sendiri dalam memahami dan menyikapi masalah kebangsaan yang kompleks itu. Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut penting dikaji dan dimusyawarahkan secara bersama dalam koridor sistem. Hasilnya berupa keputusan organisasi di bawah satu payung otoritas Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jangan mempersepsi masalah dan tantangan secara perseorangan, kemudian bersikap dan melangkah berdasarkan pikiran dan kehendak sendiri-sendiri tanpa berpijak pada sistem dan prosedur organisasi. Apalagi terbawa arus dengan pihak lain. Organisasi akan rusak atau bermasalah dan pecah bila orang yang berada di dalamnya menuruti pikiran dan langkahnya sendiri tanpa memperhatikan dan menaati koridor sistem yang berlaku dalam organisasi tersebut. Contoh sudah terlalu banyak, organisasi yang dulunya besar menjadi terpecah-pecah, akhirnya tinggal namanya.
Kekuatan Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang besar dan tua telah teruji dalam melewati banyak tangangan dan situasi krusial dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan. Sejak kelahiran dan pertumbuhannya di masa penjajahan Belanda, pada titik kritis kemerdekaan tahun 1945, setelah Indonesia merdeka pada era Orde Lama dan Orde Baru, maupun setelah era reformasi. Karenanya posisikan dan perankan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki tradisi besar sekaligus sebagai gerbong besar dengan seksama dan tidak boleh gegabah. Muhammadiyah juga harus tetap diposisikan dan diperankan sebagai Organisasi Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid, serta sebagai Ormas Keagamaan dan Kemasyarakatan, bukan sebagai organisasi politik sesuai dengan prinsip, Kepribadian, Khittah, dan koridor organisasi yang dipedomaninya.
Muhammadiyah mampu bertahan lama dan menjadi besar karena kekuatan sistemnya. Orang secara subjektif sekuat apapun datang silih berganti, tetapi organisasi dengan koridor sistemnya akan bertahan lama (enduring) yang bersifat objektif. Karenanya kepada segenap anggota termasuk kader dan pimpinam serta semua institusi Muhammadiyah agar tetap bermuhammadiyah dengan mengikuti prinsip, kepribadian, khittah, dan koridor organisasi dalam menghadapi kondisi eksternal maupun internal. Semua anggota dan unsur kelembagaan di lingkungan Persyarikatan agar bertindak dalam kerangka dan koridor organisasi Muhammadiyah, jangan bereaksi dan mengambil langkah sendiri-sendiri.
Jangan sebaliknya bertindak sendiri-sendiri, berdasarkan pikiran sendiri, memaksakan kehendak sendiri, dan mengambli jalan sendiri-sendiri. Jika hal itu terjadi bukan berorganisasi namanya, tetapi kerumunan sosial, bahkan kerumunan pun ada koridor sosialnya meski bersifat longgar. Kekuatan Muhammadiyah sepanjang masa justru karena koridor sistem Persyarikatan. Maka jangan dirusak oleh hasrat-hasrat dan pola individual, yang akhirnya melemahkan kekuatan organisasi. Kita diingatkan Allah, jangan menyerupai perangai ahlul kitab sebagaimana dilukiskan dalam Al-Quran yang artinya, “Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah” (QS Al-Hsyr: 14). Apalagi dalam bertindak sendiri itu justru lebih mementingkan urusan pihak luar hanya karena ada kesamaaan isu dan pikiran, seraya menganggap kecil dan negatif menyangkut urusan dan pergerakan Muhammadiyah.
Dalam bemuhammadiyah, sebagaimana dalam berdakwah dan beragama, tidak cukup memahami masalah seca tekstual atau bayani saja, perlu burhani atau rasional-ilmu-konteks, bersamaan dengan itu perlu juga irfani yang mengedepankan rasa dan ruhani. Lebih khusus, sekali lagi, dalam bermuhammadiyah meniscayakan berpedoman pada koridor organisasi yang menjadi kekuatan sistem Muhammadiyah selama ini yang melampaui kekuatan individu-individu. Organisasi justru ada dan akan terus eksis karena koridor sistemnya di mana setiap individu melebur dan menjaga sistem itu secara taat asas dan berkomitmen tinggi.
Kekuatan Muhammadiyah yang berdiri tegak di atas prinsip sistem itulah yang harus dipelihara oleh seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah tanpa kecuali. Menjaga Muhammadiyah sepenuh jiwaraga seperti itu tidak mudah karena memerlukan keikhlasan dan komitmen luhur setiap orang yang berada dalam Persyarikatan dalam bermuhammadiyah secara tersistem, sebagaimana pesan yang diwariskan Kyai Haji Ahmad Dahlan dan menjadi tonggap utama berorgansiasi yang selama ini menjadi koridor Muhammadiyah berbasis prinsip, kepribadina, khittah, dan ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan.
Kalau ada urusan orang Muhammdiyah dengan pihak lain di luar kepentingan dan misi Muhammadiyah janganlah dimbil menjadi urusan organisasi. Bila ada orang Muhammadiyah aktif di pergerakan lain dan berurusan dengan banyak pihak, jangan pula menjadi urusan Muhammadiyah, apalagi dioperkan menjadi persoalan Muhammadiyah. Lebih-lebih menghimpitkan urusan dan pergerakan lain dengan urusan dan kepentingan Muhammadiyah. Dalam posisi inilah pentingnya penguatan komitmen dan koridor berorganisasi dalam Muhammadiyah. Anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di mana pun harus mengutamakan usaha, urusan, kepentingan, misi, pandangan, dan pergerakan Muhammadiyah di atas segalanya. Bila masih melirik pergerakan lain sama dengan menganggap rumput tetangga lebih hijau, meski nyatanya kuning. Pesan Kyai Dahlan, jangan menduakan Muhammadiyah dengan pergerakan lain!