DAM Nasional IMM Jaktim Gaungkan Pemberdayaan di Era Digital

IMM

DAM Nasional IMM Jaktim Gaungkan Pemberdayaan di Era Digital

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Timur melangsungkan kegiatan Darul Arqam Madya Nasional. Kegiatan tersebut diawali dengan pengantar kunci yang dihadiri oleh Abdul Musawir Yahya Ketua Umum DPP IMM Periode 2021-2023 kegiatan berlangsung di Aula KH.Ahmad Dahlan Kampus FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka Jakarta  Timur.  Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu 09 Maret 2022 sampai dengan 13 Maret 2022.

Kegiatan tersebut berlangsung selama 5 hari, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Timur  mengangkat tema “The Power Of Empowerment in Digital Era” Abdul Musawir Yahya dalam pengantarnya mengutarakan bahwa “Tema yang diangkat sangat baik dan kuat mengangkat seputar pemberdayaan yang transformatif, saya membaca tor kegiatan yang diberikan oleh panitia bahwa PC IMM Jakarta Timur sangat baik” Darul Arqam Madya Nasional PC IMM Jakarta Timur diangkat atas dasar fenomena sosial yang terjadi saat ini di Indonesia terkhusus di DKI Jakarta.

Fenomena sosial itu menyoroti kaum marginal atau kaum yang tidak berdaya karena faktor terasing karena kebijakan pemerintah atau kemiskinan yang kian menjamur karena struktural. Dan kemunculan umat manusia yang kian akif bergotong royong dalam kebaikan-kebaikan. Tapi, kian absennya peran pemerintah dalam mengangkat masyarakat pada kesadaran dan pencerahan.

Selain dari itu, fenomena pemberdayaan di era digital kiranya Muhammadiyah atau kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah perlu melakukan inovasi gerakan pemberdayaan di era yang semakin kompetitif.  “Islam itu adalah agama Rahmatan lil Alamin tujuan Islam itu hadir adalah untuk kemanusiaan membawa umat dari penindasan kepada kemajuan” Tutur Abdul Musawir Yahya

Abdul Musawir Yahya dalam pengantar kuncinya menyampaikan bahwa “Harus ada skala berpikir yang digalakan dalam tataran sosial  dan tataran praksis pada umat Islam. Islam mengalami degradasi dan lahir pada abad 19 masa Muhammad Abduh, Jamaludin Alafgani.  Itu menjadi faktor berdirinya Muhammadiyah karena mujadid-mujadid tersebut. karena adanya ketimpangan, kemiskinan dan kemerosotan.”

Setelah berakhirnya kegiatan keynote speak dari Abdul Musawir Yahya Ketua DPP IMM 2021-2023 agenda dilanjutkan dengan Studium Generale yang dihadiri oleh Desvian Bandarsyah, selaku Ketua Fokal IMM DKI Jakarta. Studium Generale adalah kuliah umum yang diselenggarakan oleh PC IMM Jakarta Timur untuk para peserta Darul Arqam Madya Nasional. Tema yang diangkat adalah Tantangan dan Peluang Muhammadiyah pada Kemanusiaan di Era Digital.

“Dakwah Muhammadiyah adalah untuk kerja-kerja kemanusiaan itulah mengapa KH Ahmad Dahlan tidak pernah membatasi diri dalam pergulatan keagamaan, pergulatan sosial dan pergulatan pendidikan. KH Ahmad Dahlan merangkul kelompok orang-orang nasrani bahkan Belanda. Ahmad Dahlan berpikir maju dan terbuka. Mengedepankan rasionalitas dan akal sehat,” tutur Desvian Bandarsyah Ketua Fokal IMM DKI Jakarta

“Tema yang diangkat cukup luas. Saya ingin mengambilnya setting jauh kebelakang. Muhammadiyah hari ini adalah Muhammadiyah yang bergerak dan melakukan pergerakan dalam kehidupan global yang ditandai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian massif,” ungkapnya.

Globalisasi menawarkan apa yag disebut dengan humanisme, dia menawarkan pertumbuhan ekonomi, menawarkan kesejahteraan, menawarkan segala sesuatu dengan instan dan murah. Dunia dijembatani oleh teknologi kemudian menjadi semacam global village selera manusianya sama. Kita semua memakan fast food dan  junk food. Kita meminum minuman soft drink, kita menonton yang sama dan menjadi sebuah karakter dari kebudayaan-kebudayaan Barat.

Ketiga Kita menggunakan pakaian yang sama, jilbab dan peci bukan simbol keagamaan dewasa ini dia sudah bergeser menjadi simbol-simbol fashion dari kebudayaa global. Sistem global ini mengenal persaingan-persaingan multipollar. Dunia yang mengglobal itu mendorong berlangsung dengan sangat cepat seperti apa yang dikatakan oleh Antony Giddens.

Kita harus mengembangkan gagasan berislam itu yang luas yang berkemajuan, Islam yang menggembirakan. Islam menggembarikan itu adalah Islam yang fungsional yang bisa dipraktekan dalam kehidupan. Ditengah-tengah gempuran perkembangan ilmu pengetahuan teknologi beserta turunannya kalau kemudian Islam masih dikungkung dalam formulasi pemikiran-pemikiran tradisional. Kemudian Islam akan lumpuh. Kita mengalami ketertinggalan. Kita hidup di era informasi dan teknologi digital kita dikontrol oleh pemain yang ada dalam sistem itu seperti Steve Jobs, Mark Zuckerburg, Bill Gates dll.

Teknologi sesungguhnya adalah produk kebudayaan, maka itu ia menghegemoni subjek-subjek seperti kita sebagai objek. Kita dikontrol betul setiap hari aktivitas makan kita, aktivitas minum kita, aktivitas hidup kita. Kita dikontrol oleh kebudayaan. Maka kemudiaan ia menguasai kita dia adalah entitas yang menguasai manusia. Dia adalah alat yang menindas kebebasan kita. ketika kebebasan mengalami penindasan bahkan dirampas maka sebenernya ada yang.

Dakwah Muhammadiyah itu tidak ada yang bisa menjamin langgeng. Dia bisa hilang lenyap kalau tidak 50 tahun kedepan, bisa jadi 100 tahun yang akan datang. Kalau dakwah Muhammadiyah itu tidak dirawat oleh segenap kader yang tidak mengidentifikasikan dirinya ke dalam Muhammadiyah. IMMawan dan IMMawati anda andalah kader Muhammadiyah masa depan yang melanjutkan estafet kepemimpinan di dalam mergulasikan gerakan-gerakan Muhammadiyah kedepan. Maka kuat-kuatkan lah spirit mengembangkan ilmu.

Pesan-pesan pengetahuan oleh Ketua Fokal IMM Jakarta sebagai bagian dari pemantik  semangat gerakan dan menjaga spirit perkaderan  bagi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah seluruh Indonesia. Agenda setelah studium generale dilanjutkan laporan ketua pelaksana IMMawati Cacake Rinunate ia melaporkan peserta Damnas berjumlah sebanyak 25 peserta dan panitia sebanyak 15 panitia. Agenda dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan acara Damnas oleh Ketua Umum DPD IMM DKI Jakarta, IMMawan Suparman Kadamin.

Sambutan diawali oleh Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Timur IMMawan Wikka Essa Putra ia mengatakan bahwa pelaksanaan Damnas dengan mengangkat tema “The Power of empowerment in Digital Era”  berawal dari teks ke konteks dan besar harapan sampai pada kontekstualisasi.

Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Djazman Al-Kindi yaitu Ilmu amaliah dan amal ilmiah bahwa kader ikatan mahasiswa Muhammadiyah sudah seharusnya ketika beramal berdasarkan kepada data yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Maqbullah  selain dari itu juga kader IMM sudah seharusnya merawat keilmuan dan metode-metode gerakan untuk sebuah pemberdayaan yang berkelanjutan.

Kita tidak bisa sembunyi dibalik megahnya pemberdayaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah sejak dulu kala. melainkan IMM juga harus mampu merawat dan terus berkelanjutan. Seperti apa yang disampaikan oleh Amin Abdullah dalam buku Fresh Itjihad yaitu bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Dakwah Bil-Mal bukan Dakwah bil lisan dakwah sudah seharusnya bersamaan dengan masyarakat membawa nilai-nilai agama, bukan  hanya dakwah di atas podium.

Muhammadiyah memang sudah lama melakukan gerakan pemberdayaan pada masyarakat marginal terbukti dengan gerakan nyata yang dilakukan. Namun, perlu kiranya juga Muhammadiyah mampu menghidupkan ekosistem kemanusiaan di era digital seperti saat ini.

IMMawan Suparman Kadamin mengatakan bahwa sangat senang dengan kegiatan PC IMM Jakarta Timur dan kemudian sangat tertarik dengan tema Damnas PC IMM Jakarta Timur yang diangkat kemudian untuk menggeser paradigma bahwa kader IMM tidak menjadi intelektual menara gading yang kemudian tidak bisa menyentuh masyarakat diakar rumput.

Untuk melihat persoalan masyarakat kita tidak bisa menggunakan mata elang karena elang menggunakan realita masyarakats secara makro. Harus dilihat dengan mata cacing kemudian lebih dekat dengan masyarakat karena ia berada dibawah. Besar harapan dengan kegiatan ini akan muncul semangat pemberdayaan.

Ada tiga hal kiranya yang perlu kita tekankan yaitu enabling proses menciptakan suasana atau iklim masyarakat yang kemudian masyarakat itu dapat berkembang. kedua empowering proses di mana kita meningkatkan kapasitas atau daya untuk bagaimana masyarakat dapat mengembangkan potensinya. Ketiga protecting kita perlu memastikan adanya proteksi yang terjadi pada masyarakat yang kita lakukan pemberdayaan ditempat yang kita lakuka.

Pemberdayaan bukan hanya tugas kita seorang itu menjadi tugas semua pihak. Bicara protecting kita harus membangun komunikasi dengan berbagai pihak termasuk pihak keamanan melakukan kebijakan-kebijakan afirmasi.

Exit mobile version