Logmart sebagai Simbol Kritik
Oleh: Deni Asy’ari, MA
Prof Haedar Nashir dalam salah satu artikelnya menyebutkan, bahwa salah satu karakter orang kalah itu suka marah-marah. Dalam banyak hal, karakter ini sering kita jumpai dalam keseharian.
Di dalam dunia politik misalnya, orang yang kalah, biasanya cenderung melampiaskan dalam berbagai cara, ada yang menebar berita hoax dan ujaran kebencian, ada yang melakukan cara-cara anarkhis dan sebagainya.
Hal yang sama juga sering kita jumpai dalam sektor ekonomi. Ketika sektor ekonomi bukan dikuasi oleh diri atau kelompoknya, maka akan cenderung direspon dengan sikap marah, protes dan menebar hoax.
Hal sederhana misalnya, mungkin ada sebagian kita tidak suka dengan menjamurnya jaringan bisnis para oligarkhi dan asing di negeri ini. Namun respon kebanyakan yang kita temui adalah, sikap marah dan frustasi atas kondisi tersebut.
Namun sangat sedikit diantara kita yang mau melakukan cara-cara alternatif dan solutif. Padahal cara ini, adalah bagian solusi sekaligus kritik sesungguhnya atas ketidaksetujuan kita terhadap ketimpangan yang terjadi.
Oleh karenanya, retail Logmart yang sudah berdiri di berbagai daerah, selain sebagai sebuah bisnis retail, namun keberadaannya sekaligus sebagai kritik sosial ekonomi terhadap cara-cara monopoli dan oligarkhi atas praktek ekonomi yang tidak adil di negeri ini.
Sebab cara yang bijak atas kemarahan adalah dengan cara mewujudkan pada hal-hal yang produktif. Semoga, gelombang kemarahan kita atas ketimpangan ekonomi yang terjadi, bisa kita sinergikan dalam bentuk gerakan ekonomi berbasis jamaah.
Foto: Peresmian Logmart Maguwoharjo, Sleman, DIY, Sabtu, (12/03)