Pandemi Belum Sirna, Pertanian Nyawa Kita

pertanian

Ilustrasi

Pandemi Belum Sirna, Pertanian Nyawa Kita

Oleh: Preli Yulianto, S.P

Mengutip dalam Journal of International Relations tulisan dari Afifah Rahmi Andini, tahun 2017, bahwa Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang mempunyai hutan tropis terluas di dunia dan memiliki peringkat pertama di Asia Pasifik, dengan jumlah luas hutan mencapai 133,6 juta hektar (Forest Watch Indonesia, 2011).

Indonesia memiliki ruang hijau yang sangat berpengaruh terhadap dunia karena letaknya yang strategis sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang dijuluki sebagai paru-paru dunia maka, kita harus lestarikan agar dunia bisa tetap menghirup udara segar dan terjaga keseimbangan biosfer.

Namun, luas hutan terkikis oleh kebakaran setiap beberapa tahun ini secara terus menerus yang membuat Indonesia kehilangan berhektar-hektar hutan tropis. Sebagian besar kebakaran hutan disebabkan oleh ulah manusia baik secara sengaja maupun kelalainan manusia itu sendiri.

Indonesia sering terjadi kebakaran hutan padahal, hutan adalah aset berharga bagi kehidupan makhluk hidup di bumi agar tetap terjaga keseimbangan biosfer sehingga tidak terjadi becana alam seperti longsor, banjir, gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan sebagainya, serta bencana non-alam seperti wabah Corona Virus Desease 2019 (COVID-19).

Bencana alam maupun bencana non-alam sama-sama disebabkan oleh rusaknya ekosistem akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab, sehingga diduga kuat rusaknaya ekosistem dalam biosfer berkonsekuensi terhadap bencana-bencana yang ada seperti bencana alam maupun bencana non-alam (pandemi).

Menanam tanaman merupakan sedekah bagi setiap orang yang menanam, bahkan apabila dari tanaman tersebut dimakan burung atau manusia akan bernilai ibadah, apabila menanam tanaman niat ikhlas karena Allah SWT. maka, bernilai sedekah dan sedekah itu bernilai pahala yang akan dilipat gandakan.

Penamanan pohon One Man One Three dituangkan dalam Peraturan menteri kehutanan tentang panduan penanaman Satu orang satu pohon (one man one tree) Nomor: p. 20/menhut-ii/2009 yang menganjurkan kita untuk terus menjaga ruang hijau. Maka dari itu, mari kita tanam pohon demi generasi kita kedepannya.

Urgensi tanaman terhadap kehidupan manusia, Allah SWT limpahkan nikmat melalui rahmat-Nya. Dalam Al-Quran Surat Al-An’am, ayat 99 yang artinya sebagai berikut:

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.

 Menanam pohon merupakan sedekah karena disetiap yang kita tanam menuai manfaat bagi organisme di muka bumi menjadi suatu amalan yang besar bagi setiap insan yang menanam. Tanaman-tanaman tersebut akan menjadi cadangan air, produsen oksigen, dan memberikan keseimbangan ekosistem. Menanam komoditi apapun itu bukti bahwa pertanian sebagai sektor penghidupan, sebagai nyawa bagi kita semua.

Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia bercerita bahwa Rasulullah  Shallallahu  ‘Alaihi  Wa Sallam bersabda:

“Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya”.  (HR. Imam Muslim Hadits no.1552)

Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian pohon/ tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya” . (HR. Imam Bukhari hadits no.2321)

Pandemi COVID-19 berakibat buruk pada dunia, namun sisi positif juga bisa kita ketahui dalam berbagai media memberitakan keadaan positif COVID-19 bagi biosfer. Biosfer menunjukan tanda-tanda positif terhadap lingkungan misalnya polusi udara secara global.

Pada tanggal 1 Januari hingga 11 Maret 2020 para astronom mengambil gambar permukaan bumi menunjukan penurunan emisi nitrogen dioksida di langit Eropa. Hal tersebut, menjadi kesempatan bersama untuk mewujudkan ruang hijau sebagai dukungan untuk Bumi kita tercinta dari polusi dan kerusakan ekosistem.

Bulan Ramadhan 1442 hijriyah kita umat muslim berpuasa menunaikan kewajiabannya sebagai orang Islam, dengan segala situasi pandemi COVID-19, menjadiakan Bumi juga berpuasa dari kegiatan mobilitas manusia, dan aktivitas tranportasi yang tinggi, serta industri yang berakibat buruk terhadap lingkungan. Pertanian adalah nyawa kita, di tengan pandemi yang kian mereba, dan muncu varian baru.

Ruang hijau Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia yang sangat penting untuk dilestarikan. Meskipun pada masa-masa pandemi kita harus menghasilkan karya, karya nyata untuk bangsa memberikan kontribusi meskipun hanya menanam satu tanaman/pohon.

Kita harus gencarkan gerakan reboisasi, menanam tanaman hortikutura di lahan sekitaran rumah, dan peranan bersama untuk bersinergi berkolaborasi memajukan bangsa. Perjuangan melawan COVID-19 merupakan kewajiban bersama sebagai wujud bela bangsa. dengan menjaga jarak individu, memakai masker, dan cuci tangan secara rutin.

Bagi petani harus selalu semangat mengusakan tanaman pangan (pertanian) karena selain sebagai subjek mewujudkan ruang hijau, juga sebagai pahlawan supply pangan untuk bangsa.­ Apapun yang terjadi di negeri ini kita harus maknai dengan bersyukur, karena apapun yang terjadi kita tetap saudara.

Preli Yulianto, S.P, Penulis Buku Catatan Tinta Emas

Exit mobile version