Lulusan Muhi Kembali Menakhodai Perguruan Tinggi Tertua di Indonesia
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Djakarta Kaikyoo Daigaku atau lebih dikenal dengan nama Sekolah Tinggi Islam Djakarta (nama UII dahulu), kembali menjadi bahtera bagi nahkoda muda yang pernah mencatatkan namanya sebagai alumni terbaik Muhi, sebutan untuk SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta tahun 1992.
Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD ditahbiskan sebagai rektor usai unggul dari dua calon lainnya, masing-masing adalah Prof Riyanto, SPd, MSi, PhD, dan Dr -Ing Ir Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI. Perihal tersebut tertuang dalam ketetapan panitia pemilihan rektor dan wakil rektor UII periode 2022-2026 No. 11/SK-PP/III/2022 tentang penetapan rektor terpilih UII periode 2022-2026, yang ditetapkan pada Rapat Pleno Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Rabu (9/3).
Pria kelahiran Jepara Jawa Tengah pada 26 Januari 1974 mengawali pendidikan di SD Negeri Teluk Wetan III, Welahan Jepara pada tahun 1986. Semasa sekolah dasar, Fathul juga menyempatkan untuk belajar agama di Madrasah Diniyyah Awwaliyah Al-Ishlah di desa yang sama.
Lulus dari sekolah dasar, Fathul hijrah ke kudus demi menempuh pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kudus. Tidak hanya itu, Fathul juga belajar di Madrasah Diniyyah Mu’awanatul Muslimin di Kompleks Menara Kudus. Sebagai seorang yang paham akan pentingnya ilmu pengetahuan, Fathul tidak melewatkan usia mudanya begitu saja. Seolah tidak cukup hanya dengan belajar di MTs dan madrasah, Fathul juga mengaktualkan diri sebagai santri kalong di Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin, Jagalan, Kudus.
Lulus dari MTs pada tahun 1989, Fathul memberanikan diri untuk berlayar lebih jauh demi menapaki pendidikan yang lebih luas. Kali ini dermaga yang menjadi tempat berlabuh bahterahnya adalah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Masih dengan semangat belajar yang menggebu, belajar di SMA tentu masih kurang bagi Fathul. Menyiasati hal tersebut, fathul tinggal di rumah kos yang berdekatan dengan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak agar dapat belajar agama di pondok tertua yang ada di Yogyakarta itu.
Usai menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 1992, Fathul sempat singgah di Jurusan Manajemen Universitas Gadjah Mada untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi bahtera yang telah lama berlabuh, tampaknya ingin membawanya lebih jauh. Setelah satu tahun di Universitas Gadjah Mada, Fathul kembali menemukan dermaga yang menjadi tempat berlabuh bahterahnya, yakni di Bandung.
Tahun 1997 Fathul berhasil menamatkan jenjang pendidikan tinggi dengan gelar sarjana pada jurusan teknik informatika, Institut Teknologi Bandung. Di tahun yang sama, Fathul kembali ke Yogyakarta dan bergabung di Universitas Islam Indonesia dengan gelar baru yakni sebagai dosen.
Seolah tidak ingin terus menerus menakhodai bahteranya seorang diri, fathul kemudian menikahi Nurul Indarti, seorang gadis asal Yogyakarta, dan dikaruniai seorang anak bernama Aqila Salma Kamila pada 23 Agustus 1999.
Lama tidak berlayar, Fathul kembali melanjutkan pendidikan magister sistem informasi, University of Agder, Norwegia, dan selesai pada tahun 2003. Sejak saat itu, Fathul lebih banyak menghabiskan waktu sebagai dosen di UII sementara sang istri mengajar di Universitas Gadjah Mada. Tahun 2011 Fathul kembali dikaruniai seorang anak bernama Ahsana Zaima Mahira pada 13 Mei 2011. Tahun 2013 ayah dua anak ini menyelesaikan pendidikan S3 pada sistem informasi, University of Agder, Norwegia. Selanjutnya Tahun 2020, Fathul dianugerahi gelar guru besar bidang ilmu sistem informasi saat masih menjabat sebagai rektor pada periode pertama.
Bagi Fathul, jabatan rektor merupakan amanah yang sangat berat. Kendati demikian, Fathul bersyukur tetap dikelilingi oleh orang-orang yang senantiasa membantu.
“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Menahkodai UII sebagai universitas besar dengan titipan amanah sejarah yang berat, bukan perkara mudah. Pengalaman empat tahun menegaskan itu. Ini amanah yang sangat berat, Saya beruntung dan bersyukur dikelilingi oleh para kolega yang sangat membantu. Dengan bantuan banyak orang dan pertolongan Allah, insyaallah semuanya menjadi terasa lebih ringan, Saya mengucapkan terima kasih kepada warga UII yang percaya dengan saya dan telah menitipkan harapan kepada saya. Semoga Allah meridhai, membimbing, dan mempermudah saya dalam mengorkestrasi kerja kolektif untuk memenuhi harapan tersebut. Tidak hanya bagi UII, tetapi insyaallah juga untuk bangsa Indonesia,” terang Fathul Wahid dalam laman resmi UII. (dandi)