Sambut Puasa, LPPAIK UMBandung Kupas Penentuan Awal Ramadhan Hingga Kalender Islam Global

Arwin Juli

Sambut Puasa, LPPAIK UMBandung Kupas Penentuan Awal Ramadhan Hingga Kalender Islam Global

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Belum adanya persamaan dalam menentukan awal bulan di Indonesia, semisal 1 Ramadhan dan 1 Syawal, itu karena tiga elemen yang ada, yaitu pemerintah (Kementerian Agama), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah belum bersepakat mengenai metode dan kriteria awal bulan.

Demikian salah satu poin menarik yang disampaikan Kepala Observatorium Ilmu Falak/OIF Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, M.A., Ph.D.

Arwin menyampaikan hal itu dalam Tarhib Ramadhan 1443 Hijriah secara virtual bertema “Mengapa Awal Ramadhan dan Hari Raya Kita Sering Berbeda?” yang digelar Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPAIK) Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung), Kamis (17/03/2022).

Arwin menjelaskan sejak dahulu Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal, sedangkan NU menggunakan metode rukyat bil fi’li (melihat secara langsung). Sementara pemerintah menggunakan konsep imkanur rukyat dengan standar ketinggian hilal dua derajat.

“Kalau Muhammadiyah tidak pakai standar ketinggian hilal berapa, yang penting sudah wujud, ketinggian nol koma sekian, itu sudah masuk (awal bulan). Konsep yang diputuskan pemerintah (mengenai penentuan awal bulan) itu last minute atau pada detik-detik akhir. Jadi itulah di antara perbedaannya,” ucap Arwin.

Sampai sejauh ini, tegas Arwin, ketiga elemen tersebut belum bersepakat menggunakan metode dan kriteria yang sama. Ketiganya masih berjalan masing-masing sesuai dengan konsepnya.

Kalender Islam Global

Arwin mengemukakan bahwa Kalender Islam Global merupakan hajat besar persyarikatan Muhammadiyah yang saat ini sudah mulai digarap.

Kalender Islam Global adalah sistem penjadwalan waktu (sipil dan ibadah) dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia. Tujuannya yakni menyatukan penanggalan Islam di seluruh dunia.

Di antara beberapa alasan mengapa Kalender Islam Global itu sangat penting, kata Arwin, yakni utang peradaban Islam.

Sampai hari ini, Islam yang usianya kurang lebih 14 abad, belum punya kalender Islam yang bersifat unifikatif-global atau bersifat internasional.

“Berbeda dengan kalender Masehi yang nyaris kita tidak mendengar ada perbedaan penetapan Hari Paskah atau Hari Natal, misalnya, rasa-rasanya itu waktunya sama di seluruh dunia. Kalau kalender Masehi bisa (sama), kenapa kalender Islam tidak bisa? Kenapa juga kalender Hijriah ini tidak dipopuler di kalangan umat Islam itu sendiri?” katanya.

Hal tersebut menjadi masalah yang harus dicarikan solusinya. Bagaimana pun, ungkap Arwin, kalender Hijriah harus populer di kalangan umat Islam.

Sementara itu terkait acara ini, Ketua LPPAIK Drs. H. Dikdik Dahlan Lukman, M.Hum. mengatakan bahwa acara ini menjadi momentum untuk lebih memperkenalkan Muhammadiyah kepada masyarakat luas.

Dahlan menilai masih ada sebagian masyarakat yang merasa aneh dengan Muhammadiyah salah satunya karena persyarikatan ini kadang-kadang berbeda dengan pemerintah, mengenai awal Ramadhan, misalnya.

“Bahkan masih ada pihak-pihak yang menganggap Muhammadiyah itu sebagai agama baru. Oleh karena itu, insyaallah acara ini bisa menambah wawasan, ilmu, dan keimanan kita semua,” tandas Dikdik.

Tarhib Ramadhan ini dihadiri 375 peserta dari berbagai kalangan. Di antaranya mahasiswa dan dosen dari UMSUR serta UMBandung. Pun guru-guru, perwakilan PCM dan PDM, serta masyarakat umum.

Selain itu, acara ini juga dihadiri dan diapresiasi oleh Rektor UMBandung yang diwakili Wakil Rektor I Dr. Hendar Riyadi, M.Ag.

Untuk diketahui, Muhammadiyah sudah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada 2 April 2022 Masehi. Adapun pemerintah masih belum menetapkan, meskipun kemungkinannya 1 Ramadhan 1443 Hijriah bisa jatuh pada 2 atau 3 April 2022.(Feri)

Exit mobile version