Workshop Klinik Publikasi Jurnal, APTFMA Giatkan Dosen dan Mahasiswa Menulis

APTFMA

Workshop Klinik Publikasi Jurnal, APTFMA Giatkan Dosen dan Mahasiswa Menulis

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Muhammadiyah dan Aisyiyah (APTFMA) bersama Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) menggelar workshop klinik publikasi jurnal selama dua hari, dari Kamis-Jumat (17-18/03/2022).

Kegiatan ini bertema “Klinik Publikasi Jurnal dan Peningkatan Kualitas Publikasi Ilmiah Mahasiswa dalam Menunjang Daya Saing Perguruan Tinggi” di Auditorium KH Ahmad Dahlan UMBandung secara hybrid.

Terkait acara ini, Ketua Divisi Jurnal APTFMA apt. Abdul Aziz Setiawan, S.Si., M.Farm. mengatakan bahwa kegiatan klinik jurnal ini bertujuan memfasilitasi mahasiswa ataupun dosen dalam publikasi artikel di jurnal ilmiah.

”Oleh karena itu, kami dari APTFMA memfasilitasi hal tersebut guna peningkatan mutu akreditasi seluruh perguruan tinggi farmasi Muhammadiyah Aisyiyah. Saya berharap acara ini bisa terus dilakukan,” ucapnya.

Kebiasaan menulis

Sementara itu Dosen Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) apt. Didik Setiawan, M.Sc., Ph.D. sebagai pemateri utama workshop mengatakan ketika seseorang berkomitmen untuk berprofesi sebagai dosen, dia harus punya target kapan menjadi guru besar.

”Kalau kita jadi dosen, setting-nya ya jadi guru besar, tinggal kapan kita jadi guru besar, itu yang harus diusahakan. Namun, paling tidak, setting goals-nya dulu,” ujarnya.

Selain target guru besar, harus diperhatikan juga jumlah publikasi. Ditegaskan Didik Setiawan, publikasi itu sangat penting. Kalau targetnya guru besar, proporsi publikasi penelitiannya sebanyak 45 persen.

Terkait penelitian yang dilakukan dosen, Dikdik juga menegaskan bahwa menulis artikel ilmiah saat ini bukan lagi kewajiban, melainkan sudah menjadi kebutuhan.

”Bahkan saya menekankan bahwa menulis artikel ilmiah harus menjadi kebiasaan para dosen,” tuturnya.

Berangkat dari masalah

Terkait penelitian yang harus dilakukan dosen, Didik Setiawan menguraikan bahwa penelitian ilmiah harus berangkat dari sebuah permasalahan yang terjadi.

Menurutnya, kalau suatu penelitan ilmiah tidak berangkat dari suatu permasalahan, nilai kebermanfaatannya akan kurang maksimal.

Didik Setiawan kemudian menguraikan struktur penulisan artikel ilmiah yang kadang-kadang sering tidak diperhatian dengan baik oleh peneliti, terutama di bagian pendahuluan.

“Pada bagian pendahuluan itu sejatinya peneliti mampu menjelaskan kenapa penelitian yang akan dilakukannya penting,” tuturnya.

Hal lain yang harus dipahami dosen, kata Didik Setiawan, jangan terlalu menguraikan metode penelitian. Namun, lebih baik ceritakan dan narasikan saja hasil penelitiannya seperti apa.

Didik Setiawan mengatakan, kalau dilihat di struktur penelitian-penelitian ilmiah, tidak ada penjelasan metode. Yang ada adalah peneliti melakukan apa, kemudian ceritakan saja. Sudah, itu saja.

“Untuk bagian ‘hasil’, jangan menulis ulang hasil, tetapi narasikan hasilnya agar pembaca bisa menangkap poin penting dari data penelitian,” tuturnya.

Lalu seperti apa memunculkan dan membiasakan menulis artikel ilmiah? Didik Setiawan mengungkapkan hal itu bisa dimulai dari suport diri sendiri untuk memulai menulis artikel ilmiah sesegera mungkin.

“Selain itu, dibutuhkan juga suport atau dukungan dari institusi. Misalnya dengan diberikannya insentif, menggelar pertemuan-pertemuan, atau karantina para dosen. Saya kira ini perlu dilakukan agar mereka terbiasa,” ujarnya.

Untuk diketahui kegiatan workshop ini diikuti oleh puluhan peserta yang terdiri atas dosen dan mahasiswa yang bernaung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Muhammadiyah dan Aisyiyah (APTFMA). Hadir juga Wakil Rektor I UMBandung Dr. Hendar Riyadi, M.Ag. (Feri)

Exit mobile version