Hari TB Sedunia, 48 RS Muhammadiyah ‘Aisyiyah Berkiprah Tangani TB di Indonesia
JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setiap tahun, dunia memperingati hari tuberkulosis (TB) yang jatuh pada 24 Maret. Tujuan peringatan tersebut adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya TB. Bukan hanya bagi kesehatan, tetapi juga aspek lain seperti halnya ekonomi, sosial, dan konsekuensi lainnya. Adapun tema tahun ini adalah Invest to End TB, Save Lives atau berinvestasi untuk mengakhiri TB, selamatkan hidup.
Tema tersebut dipilih bukan tanpa arti. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat sekitar 250 orang meninggal karena TB setiap harinya atau sekurangnya 11 orang setiap jam. “Apalagi dengan adanya pandemi Covid-19, terjadi kemunduran penanganan atau penemuan kasus TB seperti 10 tahun silam. Jadi, tema ini sangat relevan dengan kondisi saat ini,” jelas dr. Aldila S. Al-Arfah, MMR. Program Manager Menteri TB Recovery Plan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, saat dihubungi kemarin (23/3).
Menurut Aldila, momentum Hari TB Sedunia ini harus dimanfaatkan agar semua pihak tidak terlalu larut pada degradasi temuan kasus. Justru, sesegera mungkin harus lakukan recovery TB di Indonesia maupun dunia sebagaimana yang dilakukan MPKU PP Muhammadiyah melalui program Mentari TB Recovery Plan.
“Ada dan tidak adanya program (Mentari TB Recovery Plan), masalah TB adalah penting dan menjadi panggilan insan kesehatan. Wabil khusus insan kesehatan di rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah,” imbuh Aldila.
Bagi Aldila, rumah sakit Muhammadiyah-’Aisyiyah (RSMA) berupaya memberikan kontribusi positif dan progresif dalam penanggulangan TB. Hal itu sesuai dengan spirit Al-Maun di dalam gerakan Muhammadiyah yang diajarkan pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan, yakni semangat keberpihakan kepada kaum dhuafa.
Pasalnya, masyarakat dhuafa atau ekonomi menengah ke bawah lebih rentan terhadap TB. Hal itu karena kemungkinan lingkungan tempat tinggal yang sesak atau padat, pemenuhan gizi, dan sebagainya. Oleh karenanya, tak sekadar melakukan tindakan kuratif, jaringan RSMA pun akan melakukan kegiatan yang bersifat preventif atau pencegahan melalui edukasi dan sosialisasi ke masyarakat sekitar rumah sakit.
Senada dengan Aldila, Dr. H. Mohammad Agus Samsudin, MM., Ketua MPKU PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa MPKU dengan jaringan RSMA di bawahnya telah aktif memerangi TB sejak 15 tahun lalu. “RSMA juga banyak dokter paru, sehingga sudah sekitar 15 tahun turut memerangi TB,” ujarnya.
Untuk saat ini, ada 48 jaringan RSMA di seluruh Indonesia yang tergabung dalam program Mentari TB Recovery Plan dan menjadi rumah sakit rujukan pengobatan TB.
“Yang dilakukan MPKU sampai sekarang masih fokus ke layanan RS, tetapi ke depan juga akan berubah salah satunya dengan melibatkan masyarakat di sekitar RS. Jadi, RS tidak hanya melakukan kurasi tetapi juga prevensi dengan mengedukasi masyarakat terutama kelompok rentan,” jelas Agus.
Sebagai informasi, Mentari TB Recovery ini termasuk program baru yang tujuannya untuk membantu menemukan kasus lebih cepat akibat kemunduran temuan karena pandmei. Oleh karenanya, digalakan juga kegiatan skrining, pemeriksaan khusus, dll supaya yang terkena TB bisa segera terdeteksi dan terobati.
Urgensi menemukan dan menyembuhkan TB, Agus tekankan juga tidak terlepas dari dampak dan risiko yang ditimbulkan bagi orang yang terinfeksi TB dan keluargannya. Untuk itu, perhatian kita terhadap masalah TB harus ditingkatkan, karena menurutnya TB bukan lagi penyakit individu, tetapi masalah sosial, bahkan bangsa.