Roni Tabroni: Media Berpengaruh terhadap Akhlak Masyarakat
BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Media berperan penting atas kehidupan umat manusia di belahan bumi mana pun. Dan itu sulit dibantah.
Apa pun yang dikatakan dan dilakukan manusia, tak lain itu adalah pengaruh media. Dengan kata lain, masyarakat, mau tidak mau sudah dikendalikan oleh media.
Kenapa bisa begitu? Kepala Pusat Media Digital dan Kebijakan Publik Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung), Roni Tabroni, M.Si. memaparkan hal itu di sela-sela Open House Grand Opening BEM dan Lembaga Pusat Studi se-UM Bandung, Rabu (23/03/2022).
“Persepsi orang terhadap sesuatu adalah apa yang dia baca atau saksikan dari media. Tentang apa pun itu,” ungkap dosen Ilmu Komunikasi UM Bandung itu saat memberikan penjelasan tentang media dan pengaruhnya terhadap perilaku masyarakat.
Pria berkacamata itu pun mencontohkan beberapa pengaruh media terhadap perilaku buruk di tengah-tengah masyarakat yang pernah ramai dibincangkan.
“Ada seorang anak di Garut yang memukul dan menindih temannya hingga terluka. Pas ditanya, ternyata si anak itu sering nonton acara Smack Down,” ungkap anggota Komisioner Komisi Penyiaran Informasi Daerah (KPID) Jawa Barat tersebut.
Selain itu, papar lelaki asal Singaparna itu, tak sedikit media yang senang berita negatif dibandingkan dengan berita yang bernilai positif.
“Misalnya mahasiswa UM Bandung tawuran dengan anak-anak UIN, wah, itu pasti diliput media nasional dan jadi headline,” katanya.
Sedangkan, sambung penggagas Kampung Belajar itu, justru kabar baik tentang sesuatu jarang diberitakan media.
“Sebagian besar media masih menganut ‘bad news is a good news’, karena itu lebih menarik daripada, misalnya kabar tentang prestasi,” terangnya di Auditorium KH Ahmad Dahlan, UM Bandung.
Penulis buku Komunikasi Politik pada Era Multimedia ini pun menyampaikan bahwa media hadir bukan mencari keuntungan, melainkan ingin memengaruhi publik.
“Pemilik media, terutama di Indonesia, mereka kaya bukan dari bisnis medianya. Mereka sudah kaya dari usaha lain, lalu beli media,” kata alumnus Magister Ilmu Komunikasi Politik Unisba itu.
Atas dasar itu, imbuh alumnus Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu, media hanya ingin membuat masyarakat terbelah.
“Yang buat orang jadi benci kelompok A, misalnya, itu ya karena hasil pemberitaan media juga. Jadi ada perang opini di situ (media),” jelasnya.
Lalu, apa yang seharusnya dilakukan oleh media agar masyarakat tak terpapar perilaku buruk yang mencelakakan?
“Berita hari ini harus digeser dari sesuatu yang jelek menjadi yang baik. Atau lebih mementingkan konten yang positif daripada konten yang negatif,” tandas Roni.
Sebab, lanjut Roni kabar positif dapat menjadi inspirasi bagi pembaca agar bisa melakukan hal yang sama.
“Kebaikan itu menular. Dan siapa tahu kabar itu bisa menjadi ladang ibadah,” tutup Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah itu.(Firman/Cecep)