Aktualisasi Branding Platform Merdeka Mengajar

Merdeka Mengajar

Aktualisasi Branding Platform Merdeka Mengajar

Oleh: Rizki Putra Dewantoro

Sejak mengemban amanah sebagai Menteri Pendidikan Kebudayaan (Mendikbud) hingga dimerger dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, istilah “Merdeka” melekat dengan Mendikbudristek Nadiem Makarim. Gebrakannya menuai beragam tanggapan mulai dari yang mengapresiasi hingga kritik karena kebijakan yang kontroversi.

Apalagi diterpa pandemi Covid-19, akselerasi bidang pendidikan yang seyogyanya melesat dalam mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa maju, justru mengalami rintangan-rintangan berliku. Seperti yang pernah diutarakan Cendekiawan Azyumardi Azra bahwa program Merdeka Belajar masih sebatas jargon belaka.

Sebenarnya, jika ditilik upaya-upaya yang dilakukan Kemendikbudristek sudah berada di jalurnya. Walaupun terkadang kebijakan yang diambil kurang populer dan menimbulkan perdebatan publik. Deretan kebijakan itu mulai dari Merdeka Belajar Episode 1 menghapus Ujian Nasional, Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi, Penyaluran BOS, Perluasan Program Beasiswa LPDP bertujuan baik. Namun, implementasi di lapangannya masih menemui jalan terjal. Acap kali miskonsepsi dan miskomunikasi yang belum sepaham antar stakeholder pendidikan dari pemerintah, masyarakat, dan para pelajar/mahasiswa itu sendiri.

Maka, dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-15 perlu adanya aktualisasi branding terkait Platform Merdeka Mengajar. Terlebih jika memang Platform Merdeka Mengajar bertujuan untuk membantu para guru mengajar sesuai dengan kemampuan murid. Juga sebagai wadah dalam menyediakan latihan untuk meningkatkan kompetensi, serta berkarya dan menginspirasi rekan sejawat.

Memang membangun sebuah brand yang positif tidaklah mudah. Terutama menciptakan sebuah ‘brand  image’ di bidang pendidikan atau pun lembaga  pendidikan (Manurung dan Siagian, 2021). Pemasaran  pendidikan  bukanlah dilakukan  untuk  komersial  melainkan ditekankan  pada persaingan  mutu  layanan  lembaga pendidikan  untuk  masyarakat.

Hal tersebut diuraikan Junita Manurung dan Harlyn L Siagian dalam jurnal Inovasi “Membangun Brand Image sebagai Manajemen Strategi dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing pada Lembaga Pendidikan”. Adapun cara yang dapat  dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam  memasarkan  jasa pendidikan. Agar daya  saingnya meningkat adalah identifikasi  pasar, melakukan segmentasi pasar,  diferensiasi produk, melakukan  komunikasi pemasaran dan memberikan layanan sebaik mungkin.

Platform Merdeka Mengajar dinilai sangat lengkap ada buku untuk guru, buku untuk murid, video inspirasi, materi-materi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), modul ajar yang bisa dimanfaatkan para guru untuk mengembangkan pembelajarannya, hingga asesmen yang tersedia dalam platform.

Menggunakan Platform Merdeka Mengajar cukup mudah. Pertama-tama, para guru dan kepala sekolah dapat masuk ke platform Merdeka Mengajar dengan menggunakan Akun Pembelajaran atau Akun Madrasah. Merdeka Mengajar dapat diakses melalui penjelajah atau browser dengan tautan maupun lewat aplikasi di Play Store.

Diharapkan para pemangku kepentingan bidang pendidikan seperti dinas pendidikan mendorong dan memberi kesempatan bagi para guru dan kepala sekolah untuk aktif mengakses Platform Merdeka Mengajar. Apalagi bagi para kepala sekolah juga dapat memberikan ruang kemudahan bagi para guru untuk mendapatkan informasi terhadap Platform Merdeka Mengajar, agar mampu mengajar dengan optimal dan kekinian.

Dengan pengalaman yang mumpuni di ranah digital, Mendikbudristek selayaknya dapat membranding Merdeka Belajar hingga turunannya Platform Merdeka Mengajar. Agar keberadaanya dapat bermanfaat dalam pelaksanaan layanan belajar di sekolah. Demi memajukan pendidikan bangsa dan mencerdaskan generasi yang memang sangat erat dengan era digital.

 

Exit mobile version