UM Purworejo Sukses Gelar Konferensi Internasional, Hadirkan Pembicara dari 4 Negara
PURWOREJO, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Purworejo menggelar International Conference on Education and Technology (ICET) 2022 pada Rabu, (23/03/2022). Mengusung tema “Hybrid Learning in Higher Education: Issues, Opportunities and Challenges”, acara diikuti 687 peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, guru, serta praktisi pendidikan dari dalam maupun luar negeri.
Ketua Panitia ICET 2022, Dr. Tusino, M.Pd.B.I. mengatakan bahwa konferensi ini digelar secara daring melalui aplikasi zoom meeting dan menghadirkan pembicara dari 4 negara, yakni Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
“Acara ini merupakan bentuk implementasi kerjasama antara UM Purworejo dengan Camarines Sur Polytechnic Colleges (CSPC), Filipina bersama 2 perguruan tinggi asing lainnya yakni Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia dan Yala Rajabhat University (YRU), Thailand. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman para dosen praktisi guru mahasiswa tentang konsep pembelajaran Hybrid Learning” jelasnya.
Hadir dalam acara tersebut Rektor UM Purworejo, Dr. Rofiq Nurhadi, M.Ag., dan Wakil Rektor 4 Bidang Kerjasama, Tri Ermayani, M.Ag.
Dr. Rofiq Nurhadi, M.Ag. dalam sambutannya menyebut bahwa learning loss atau hilangnya pengetahuan dan keterampilan sebagai masalah utama selama praktik pembelajaran online. Sehingga, para guru perlu menerapkan pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka.
“Hybrid learning adalah tentang menemukan kombinasi yang tepat untuk guru dari semua kemungkinan dalam belajar apakah mengajar offline atau online. Saya optimis konferensi ini akan memberikan banyak kontribusi terhadap upaya tersebut untuk meningkatkan pendidikan,” terangnya.
Dirinya juga berharap dengan diselenggarakannya acara ini dapat mempererat kemitraan dan kerjasama untuk peningkatan kualitas dalam bidang pendidikan.
“Kami menyambut mitra dari luar negeri untuk berkolaborasi dalam berbagai program seperti mobilitas mahasiswa maupun staf, penelitian dan publikasi bersama, serta seminar atau konferensi bersama,” pungkasnya.
Adapun pembicara pada konferensi ini yakni Dr. Maria Joy. C. Iglesia-Idian (CSPC), Dr. Tengku Intan Suzila Tengku Sharif (UiTM), Asst. Prof. Dr. Muhammadtolan Kaemah (YRU) dan dua pembicara dari UM Purworejo yakni Dr. Anita Rinawati, M.Pd. dan Dr. Titi Rokhayati, M.Pd. Para pembicara berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang Hybrid Learning dan penerapannya di lingkungan kampus masing-masing.
Salah satu pembicara, Dr. Maria Joy menjelaskan bahwa Hybrid Learning merupakan sebuah model pembelajaran dimana beberapa siswa menghadiri kelas secara langsung, sementara yang lain bergabung dengan kelas secara virtual dari rumah. Dirinya menyebut, penggunaan model Hybrid Learning di Filipina mengalami peningkatan setelah adanya pandemi covid-19.
“Sebagian besar Universitas di Filipina menggunakan Hybrid Learning dimana pendidikan mengintegrasikan teknologi digital khususnya penggunaan media online,” jelasnya.
Meskipun demikian, dirinya menganggap model Hybrid Learning memberikan banyak manfaat antara lain memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan guru dan siswa lain melalui berbagai platform komunikasi, memungkinkan instruktur untuk mempersonalisasi instruksi yang sesuai dengan gaya dan kecepatan belajar siswa, memungkinkan pembelajaran kolaboratif, serta pembelajaran menjadi lebih fleksibel.
Sementara itu, Dr. Titi Rohayati, M.Pd. membandingkan penerapan model Hybrid Learning di Indonesia dan negara Barat. Melalui pendekatan kultural, dirinya menyebut adanya perbedaan antara Indonesia dan negara Barat dalam penerapan model pembelajaran.
“Pembelajaran offline atau tatap muka lebih efektif diterapkan di Indonesia. Sebab, pelajar atau mahasiswa Indonesia dalam hal ‘tindakan’ kurang didasarkan pada sikapnya terhadap orang lain. Sehingga, dalam pembelajaran online sering ditemukan siswa ngobrol sendiri dengan teman tanpa memperhatikan gurunya. Sedangkan pembelajaran online lebih tepat diterapkan pada orang barat mengingat sifatnya yang individualistis, lebih universalis, artinya tidak pandang bulu, fokus pada satu pekerjaan dan lebih mengandalkan usaha sendiri dalam belajar daripada meletakkan segalanya pada ‘nasib’,” terangnya.
Wakil Rektor 4 Bidang Kerjasama, Tri Ermayani, M.Ag. menutup acara sekaligus mengapresiasi para pembicara atas sharing pengetahuan dan pengalamannya.
“Kami ucapkan terima kasih kepada para pembicara. Kami berharap kedepan kolaborasi semacam ini dapat berlanjut dan terus berkembang,” ungkapnya. (edi swara kenanga UMP)