AMM Depok Sleman Sambut Ramadhan dengan Gembira
SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Umat Islam selalu menantikan kedatangan bulan Ramadhan. Bahkan banyak yang berharap seluruh bulan adalah Ramadhan. Karena memang Ramadhan merupakan bulan penuh keistimewaan dan keutamaan. Termasuk Angkatan Muda Muhammadiyah yang diharapkan juga ikut menyambut Ramadhan dengan bergembira.
Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Depok Sleman kembali mengadakan AMM Depok Mengaji pada Senin (28/3), kali ini secara daring. Edisi Maret 2022 mengambil tema “Sambut Ramadhan dengan Bergembira bersama Cak Nanto dan Mbak Diyah” dan sesuai dengan tema juga, Sunanto, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan Diyah Puspitarini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah hadir sebagai narasumber.
Mengawali pengajian, Sunanto atau akrab disapa Cak Nanto mengatakan bahwa bulan Ramadhan mesti disambut dengan kegembiraan dan kesiapan karena tidak semua orang diberikan peluang oleh Allah untuk melakukan taqarrub ilallah dan tidak banyak orang melakukan muhasabah yang diberikan kesempatan di bulan Ramadhan.
Maka yang mendapatkan kesempatan ini harus dipergunakan semaksimal mungkin sebagai ikhtiar untuk mensucikan diri dari kealpaan selama 11 bulan.
Adapun, kader Pemuda Muhammadiyah sebagai aktivis yang selalu mengedepankan hubungan habluminallah dan habluminannas, perlu ingat rentetan ibadah penting untuk dikalkulasi dalam rangka menyeimbangkan antara kepentingan individu untuk mendekatkan diri, di saat bersamaan jangan sampai melupakan keluarga, tetangga, dan tanggung jawab.
“Bagi kader muda, relasi antara hubungan keduanya (habluminallah dan habluminannas) harus diseimbangkan dan diatur secara maksimal agar tidak terjebak pada kesalehan individu tapi tidak saleh secara sosial. Begitu pula dengan saleh secara sosial tapi tidak secara individu juga sia-sia,” kata Cak Nanto.
Ia juga memaparkan teladan Rasulullah saw dalam menyambut bulan Ramadhan. Mulai dari senantiasa melakukan amalan sunnah (tarawih, shalat malam, dan sebagainya), mempersiapkan fisik karena puasa merupakan ibadah fisik untuk menahan nafsu dari terbit hingga terbenamnya matahari, dan memperbanyak amalan doa.
Tak hanya itu, terdapat empat spirit Ramadhan yang perlu diusung oleh para kader pemuda Muhammadiyah, antara lain:
Pertama, spirit beribadah malam, diharapkan amalan ibadah malam menjadi kebiasaan dalam diri saat melakukan aktivitas di luar bulan Ramadhaan, terutama bagi para kader Pemuda.
Kedua, spirit bersedekah, baik dalam bentuk uang, hidangan berbuka puasa, dan sebagainya. Mengajarkan orang kebiasaan untuk bersedekah harus menjadi spirit bagi kader pemuda Muhammadiyah, tidak harus banyak yang penting semampunya.
Ketiga, spirit sabar, bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan kesabaran, bukan sekadar menahan nafsu. “Kader pemuda Muhammadiyah melalui spirit ini perlu memanfaatkannya untuk belajar menahan diri dari hasutan syaitan dan orang lain,” ujarnya
Keempat spirit kepedulian, bulan Ramadhan adalah bulan untuk berbagi kepada sesama atau bulan peduli. Ramadhan mesti dimanfaatkan sebagai madrasah kita untuk belajar terhadap hal-hal yang kita lalai. Mungkin saja mampu, namun terkadang soal waktu atau kesempatan jarang. Maka berdoalah kepada Allah agar diberikan kelonggaran hati untuk peduli dengan menyisihkan harta kepada orang yang membutuhkan.
“Segala upaya kader pemuda Muhammadiyah di bulan Ramadhan harus diniatkan untuk ibadah, bukan gagah-gagahan. Serta berintrospeksi apakah yang sudah dilakukan atau diperbuat sesuai dengan nilai-nilai keagamaan atau hanya nafsu belaka,” tegasnya.
Cak Nanto juga mengajak kader pemuda Muhammadiyah untuk menyebarkan syiar-syiar wasathiyah dan menggembirakan dengan upaya, bukan hanya sekadar kata-kata, di samping menjalani ibadah dengan gembira, introspeksi dan perencanaan untuk kebaikan.
Kemudian, Diyah Puspitarini mengutip pendapat Kuntowijoyo memaparkan tiga makna Ramadhan menurut Muhammadiyah.
Pertama, transendensi. Muhammadiyah melalui Ramadhan melihat bagaimana sebuah keimanan dan ketaatan umat manusia dimanifestasikan tidak hanya pada ibadah ritualitas saja, tetapi juga ibadah sosial. Terlihat dari terdapat banyaknya takjil, jaburan, takbir keliling, shalat id di tanah lapang, seakan menegaskan bahwa Muhammadiyah ingin mensyiarkan bulan Ramadhan tidak hanya sekadar ritualitas semata tetapi juga momentum yang harusnya umat Islam betul-betul memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Kedua, liberasi, bulan Ramadhan berperan untuk membentuk karakter sebagai hamba, umat manusia, warga negara Indonesia yang baik dan kemudian juga semangat ini bisa menjadikan tatanan lingkungan masyarakat lebih baik lagi. Jangan sampai Ramadhan menjadi momentum untuk menampilkan karakter yang tidak baik, “Misalnya menghamburkan uang, bersedekah hanya untuk pamer, dan masih banyak lagi,” ucap Diyah.
Menurutnya, itu bukan karakter angkatan muda Muhammadiyah yang justru harus menonjolkan karakter baik dan menjadi contoh bagi anak muda lainnya.
Ketiga, humanisasi, Muhammadiyah melalui AMM tidak diragukan lagi sangat humanis dan manusiawi, terutama di saat pandemi. AMM selalu hadir dan memberikan solusi untuk kemudian menolong masyarakat dengan sangat tepat dan sigap. Nilai humanisasi ini tidak sekadar tolong menolong saja, tetapi juga yang paling riil adalah bagaimana agar tidak bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.
Di pandemi ini, masih banyak yang berjuang untuk kehidupannya, oleh karena itu tidak boleh membanggakan diri dengan suatu hal sementara yang lainnya masih berjuang. Rasa simpati dan empati harus dimunculkan oleh para kader muda Muhammadiyah
Dalam praktiknya, Muhammadiyah merawat Ramadhan, tidak hanya sebagai ritualitas. Hal itu terlihat dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan pengajian Ramadhan sejak lama dan selalu mengangkat tema yang universal dan kekinian. Itu dimaksudkan agar warga Muhammadiyah di bulan Ramadhan juga melakukan upaya penajaman pengetahuan, keilmuan, dan wawasan, serta harus dipraktikkan di masyarakat. Sehingga, seperti yang diharapkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, selain ada kajian dan perumusan, tetapi juga bisa ada dokumentasi.
“Mari ramaikan Ramadhan dengan sebaik-baiknya dan tak lupa juga Muhammadiyah dengan segala ritualitas aktivitas di bulan Ramadhan dan lingkungan sekitar tak bisa dipisahkan,” harapnya.
Tentunya, ini menjadi ciri khas karakter Muhammadiyah yang selalu memberikan nilai-nilai sosial bagi masyarakat sekitar. (Tim Humas PCPM Depok)