Hizbul Wathan Kafilah Joko Tingkir Umla Resmi Dilantik
LAMONGAN, Suara Muhammadiyah – Hizbul Wathan Kafilah Joko Tingkir Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) resmi dilantik oleh Sekretaris Kwarda Hizbul Wathan Lamongan Ramanda M. Sande Ariawan pada hari Senin (28/3/2022) di Auditorium Budi Utomo Umla.
Hadir ketua Kwarda Lamongan Ramanda Yusuf Ismail dan jajarannya, Rektor Umla Abdul Aziz Alimul Hidayat, Wakil rektor tiga Bakri Priyodwi Atmaji, pembina Hizbul Wathan Umla ibunda Oriza Zativalen, Ormawa Umla, Alumni Hizbul Wathan Umla , dan seluruh peserta Pelantikan.
Kegiatan ini mengambil tema “Membangun kepemimpinan yang transformatif dan kolaboratif demi mewujudkan Hizbul Wathan Umla yang berkemajuan”.
Rektor Umla Abdul Aziz Alimul Hidayat dalam sambutanya menceritakan “HW didirikan pertama kali di Yogyakarta pada tahun 1336 H (1918 M) atas prakarsa KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah,” katanya.
Prakarsa itu timbul saat dia selesai memberi pengajian di Solo, dan melihat latihan J.P.O (Javansche Padvinders Organisatie) di alun-alun Mangkunegaran Solo.
Dulu, kata Aziz “Muhammadiyah salah satunya mengenalkan lebih dahulu untuk rasa cinta tanah air. Demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengusir penjajah,”.
“Istilah nama Hizbul Wathan, Itu sama dengan membelah tanah air,” kata Aziz.
“Bagaiamana membelah tanah air?,” tanya Aziz. Muhammadiyh punya gerakan Islam yaitu Aqidah. Maka gerakan kepanduan salah satunya tujuannya memiliki Aqidah yang kuat.
Namun hadirnya HW, kata Aziz “Bukan hanya memiliki Aqidah, tapi mempunyai fisik mental dan penguasaan teknologi dan akhlakul karimah. Karena akhlak sangat penting untuk membentuk karakter bangsa.
“Maka dari itu hadirnya HW di kampus. Harus membuat perubahan kampus. HW adalah Spirit barunya Universitas Muhammadiyah yang ada di Lamongan dan mempunyai ciri khas tersendiri,” katanya.
Memang ada Ortom yang lain yang bergerak kepada intelektual dan lainya. Namun HW murni untuk membangun karakter kita tanpa ada niat apapun. Dan memiliki Aqidah yang kuat, fisik yang kuat, mental dan akhlakul karimah.
“Saya senang kalau HW ini ikut mewarnai kampus, karena banyak Universitas yang belum mengetahui keberadaan HW di kampus,” ungkapnya.
“Maka jangan ragu dengan HW, karena HW ada pembinaan khusus,” katanya.
Maka di Umla prodi S1 PGSD ini besok saya wajibkan lulus mempunyai sertifikat HW. Kalau nilainya jelek maka tidak akan lulus, minimal nilainya B.
Dan HW menjadi Salah satu syarat untuk kelulusan bagi mahasiswa Prodi S1 PGSD. Karena lulusannya bekerja menjadi guru, yang kemungkinan menjadi guru-guru SD. Dan kemungkinan akan mengajarkan HW di sekolahnya. Terkhusus sekolah Muhammdiyah. Agar Universitas kita terjamin.
Kalau ini sebagai nilai tersendiri. Maka kedepan, yang lain akan tertarik untuk ikut kepanduan. Seperti dulu kita aktif mengikuti pramuka, bagaiamana mental kita di uji, ketika HW di lebur menjadi satu dalam Pramuka, dan saat itu kita ikut mewarnai dalam pramuka.
Dan pada tanggal 18 November 1999 HW bangkit kembali. Maka kita balik kembali ke arah HW.
Pak Aziz sapaan akrabnya menambahkan, Hizbul Wathan sangat berperan dalam perjuangan Indonesia, Bahkan panglima Jendral Soedirman, adalah tokoh HW.
Pak Aziz berharap “Kedepan HW umla harus siap menggelar kegiatan HW yang mengundang HW se Jawa Timur. Untuk menujukkan kepada publik bahwa hadirnya HW ini ada dan perlu diperhitungkan,”.
Tunjukkan bahwa HW itu ada. Mari kita menggugah Kafilah-kafilah yang ada di perguruan tinggi. Karena Muhammadiyah bisa maju, karena tidak luput dari kader-kader HW.
Terakhir “Jangan kecil hati karena jumlahnya sedikit. Tapi harus mempunyai loyalitas untuk menggerkan Hizbul Wathan,” pungkasnya.
Begitu juga Ketua Kwarda Lamongan Ramanda Yusuf Ismail mengungkapkan, merasa senang dan berbahagia. Ternyata HW kafilah joko tingkir sangat dirindukan, dan diberikan asessment yang tinggi khususnya di prodi S1 PGSD Umla.
kita semua diberikan tanggung jawab untuk menata akidah dan akhlak, serta kompetensi secara pribadi.
“Kita sebagai mahasiswa kader Hizbul Wathan pandu penuntun harus memiliki tiga hal, yaitu idealis, berorganisasi, dan memahami akademisi,” ungkapnya.
Jika tidak memiliki tiga hal itu. Maka tidak bisa jalan secara seimbang. Agar nantinya bergerak sesuai dengan konsen dan program kerja yang sudah di rencanakan berjalan dengan mestinya.
Yusuf berpesan “Jangan sampai jadi seorang pandu penuntun hanya mencari angka aman dan mementingkan diri sendiri atau tidak mau menerima resiko,” katanya.
Jadi, kata Yusuf panggilan akrabnya “Pandu penuntun itu jangan menghindar dari masalah karena dari hal hal semacam itu, kita bisa berusaha untuk merebut dan membentuk jati diri sebagai kader Muhammadiyah dan bangsa sejati,”.
Terakhir, “kedepan HW Umla harus merencanan sesuai dengan rencana yang didiskusikan dan setiap ada masalah harus di pecahkan secara bersama sama,” pungkasnya. (Alfain Jalaluddin Ramadlan/FRS)