Meluruskan Niat Berpuasa

adam niat

Ilustrasi

Meluruskan Niat Berpuasa

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk

Puasa Ramadhan yang kita lakukan ini sudah sangat sering dilakukan. Ramadhan telah menjadi ritual dan rutinitas tahunan umat Islam. Karena rutinitas itulah kita sering kehilangan spirit (semangat) Ramadhan yang diharapkan Allah dan Rasul-Nya untuk kita.

Untuk menjaga agar rutinitas itu tetap bermakna, maka yang perlu dihidupkan ulang adalah menjaga niat untuk terus tersambung kepada Allah. Layaknya sambungan internet, agar koneksi itu tetap on dan tersambung, maka smartphone atau handphone harus selalu tersambung dengan paket data dan wifi yang tersedia. Sama dengan amal ibadah dan Ramadhan kita tetap hidup dan mengalirkan pahala dan kebaikan, maka hati dan pikiran kita harus selalu tersambung dengan channel Allah dan Rasul-Nya. Benar-benar diarahkan dan diniatkan karena-Nya.

Dalam sebuah hadis yang terkenal, Rasulullah pernah bersabda,

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

“Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al-Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR. Muttafaq Ilaihi).

Kita sebagai orang yang mengaku muslim ini sering melakukan rutinitas yang tujuannya hanya sesaat saja. Makan, misalnya, kita lakukan setiap saat. Pernahkah Anda meniatkan makan dan minum Anda selain sekedar untuk mengenyangkan dan menghilangkan rasa dahaga? Atau, pernahkah Anda makan dan minum itu lebih dari sekedar bagian dari kenikmatan dan kesenangan jasmaniah Anda? Bagi Anda yang sudah dewasa dan menikah, apa yang diniatkan sebelum berkumpul dengan suami-istri? Apakah hanya sekedar melampiaskan nafsu hewani saja setelah itu selesai atau ada tujuan yang lebih?

Jika itu yang Anda lakukan, maka Anda hanya akan mendapatkan seperti yang Anda inginkan saja dan tidak akan jauh dari kenyang, hilangnya rasa haus, nikmat-mantap, nafsu jasmaniah terpuaskan. Beruntung masih membaca bismillah dan berdoa saat hendak makan, minum dan berkumpul dengan suami-istri. Sebab, karena besarnya nafsu, seseorang sering lupa dengan Tuhannya.

Cobalah sesekali, kalau tidak selamanya, Anda niatkan makan dan minum itu dalam rangka memenuhi kebutuhan tubuh agar bisa menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan sebaik-baiknya. Dengan niat itu maka Insya Allah Anda tidak akan kekenyangan dan berlebih-lebihan. Anda akan makan dan minum secukupnya saja. Plus, tidak akan rakus terhadap makanan dan minuman kesenangan dan rela berbagi kepada sesama.

Begitu juga ketika Anda yang sudah menikah berkumpul dengan suami-istri akan lebih merasakan betapa Tuhan itu sangat dekat dengan kita. Ada makna yang lebih dalam dari sekedar melampiaskan nafsu seksual. Dengan berkumpul itu Anda bisa membahagiakan pasanganmu. Karena niatnya lillahi ta’ala, maka perbuatan itu akan diawali dengan doa dan tidak lalai akan mengingat Allah. Syetan pun akan menjauh dari kenikmatan yang telah diberikan Allah kepada kita. Dengan kebahagiaan yang terjalin antara suami istri, maka keduanya akan bisa membangun keluarga sakinah, mawaddan wa rahmah. Dengan demikian, sebuah keluarga akan mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Dan seluruh rangkaian kehidupan keluarga pun berjalan mengarah menuju kebaikan demi kebaikan.

Seorang istri yang mencuci baju menjadi berpahala tidak akan berpahala dan mendapat ridha Allah, manakala niat Anda hanya untuk meredam kemarahan seorang suami atau hanya kewajiban rutinitas saja. Sudah begitu, sambil menggerutu lagi dan ada marah-marahnya. Tetapi akan sangat berbeda, ketika niat Anda mencuci pakaian karena Allah, menjaga kebersihan keluarga, membahagiakan orang-orang di sekeliling. Maka, Anda pun akan mendapat kebaikan dua kali: mendapat ridha Allah; menjaga kebersihan karena dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya; dan membahagiakan orang lain. Jika niatnya tulus ikhlas, insyaallah tidak akan pernah ngedumel, sakit hati dan merasa dijadikan pembantu.

Seorang suami yang bekerja juga harus diluruskan niatnya. Ia bekerja tidak hanya untuk mencari uang dan mendapatkan kenikmatan duniawi saja. Tetapi, lebih dari itu, ia bekerja dalam rangka memenuhi kewajiban perintah Allah sebagai seorang suami dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ia bekerja ingin menyekolahkan putra-putrinya hingga menjadi manusia bermanfaat di dunia dan akhirat. Karena niatnya karena Allah, maka ia akan selalu ingat kepada-Nya dan tidak akan melanggar aturan dan melebihi batas wewenangnya.

Seorang guru yang mengajar dan mendidik juga harus diniatkan karena Allah. Ia menjadi guru tidak sekedar dalam rangka mencari uang, tunjangan dan honorarium, sehingga kalau tidak ada uang honornya ia tidak mau mendidik murid-muridnya. Tidak berperhatian pada akhlak peserta didik karena tidak ada honor tambahannya.Jika semua sudah diniatkan karena Allah, maka ia bekerja akan mendapatkan dua kebaikan: pahala dari Allah dan keuntungan di dunia. Jika yang dicari hanya dunianya saja, maka hanya itulah yang akan didapatkannya. Dan guru yang niatnya karena Allah tidak akan hanya mengajar, melainkan mendidik sepenuh hati di mana saja dan kapan saja.

Bahkan, seseorang yang memakai baju pun jika niatnya hanya ingin menutupi badannya saja, apalagi agar dipuji temannya, maka hanya itulah yang akan didapatkannya. Tetapi, jika niatnya untuk menutupi auratnya sebagaimana perintah Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dua kebaikan, yaitu kebaikan dengan pakaian yang dikenakan dan pahala dari Allah. Karenanya, semua ada doa yang dituntunkan oleh Islam.

Berpuasa di bulan Ramadhan itu penuh hikmah dan kebaikan dari Allah, manakala kita melakukannya dengan meluruskan niat tetap ikhlas karena Allah. Ampunan-Nya akan diberikan kepada kita dan akan dibahagiakan di dunia akhirat. Jika tidak dikukuhkan niatnya karena-Nya, maka hanya akan menjadi rutinitas dan menggugurkan kewajiban saja. Na’udzu billah.

Bahrus Surur-IyunkPenulis Buku Indahnya Bersabar Penyejuk di Kala Gundah (Guepedia, 2021)

Exit mobile version