Vaksinasi untuk Semua

Vaksinasi untuk semua

Oleh: Dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A

Vaksinasi adalah proses pemberian antigen pada manusia, baik berupa virus/bakteri hidup yang telah dilemahkan atau telah dimatikan supaya terbentuk kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri tersebut.

Ada istilah lain yaitu imunisasi, yaitu proses membuat kebal atau ‘imun’ pada seorang manusia dengan cara memasukkan antigen berupa virus/bakteri yang telah dilemahkan.

Saat ini Covid 19 merupakan penyakit baru yang berasal dari infeksi virus Corona baru dari jenis SARS Cov-2. Virus Corona sendiri jenisnya ada banyak, dan diidentifikasi pertama kali oleh para ilmuwan pada tahun 1960-an. Pada perkembangannya jenis virus ini mengalami banyak mutasi, beranak pinak menjadi entitas virus baru yang berbeda dengan induknya, istilahnya novel corona virus, virus corona jenis baru.

Pada Desember 2019 para ilmuwan telah mengidentifikasi sebuah Virus Corona jenis baru yang menyebar mulai dari sebuah kota di China bernama Wuhan. Jenisnya dari SARS Cov-2 (Systemic Acute  Respiratory Syndrome Corona Virus-2) yang menyebabkan gangguan pada pernapasan dan kerusakan paru pada pasien yang terinfeksi, dan penyakitnya disebut Covid 19, Corona Virus Disease 19, angka 19 mengacu pada tahun ditemukannya virus penyebabnya.

Total selama 2 tahun lebih virus ini menyebar di seluruh dunia dan menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian yang sangat tinggi secara bersamaan, sehingga disebut Pandemi, telah menyebabkan 2 juta lebih kematian di seluruh dunia dan ratusan juta lainnya menderita sakit.

Berkaca dari patofisiologi penyakit yang ada di dunia ini, kemunculan penyakit baru selalu diikuti obat untuk menyembuhkan dan vaksin untuk memunculkan kekebalan pada manusia. Ingat, dulu variola juga membunuh jutaan orang, setelah vaksin ditemukan dan seluruh dunia menjalani vaksinasi (paling tidak sebagian besar) maka saat ini orang sudah tidak ada lagi yang sakit Variola, begitu juga dengan polio, pes dan beberapa penyakit infeksi lainnya, artinya penyakit tersebut punah atau musnah berkat program vaksinasi.

Vaksin untuk penyakit Covid 19 juga segera dibuat untuk melawan penyakit ini, logikanya kalo orang sudah divaksin, maka mereka akan memiliki antibodi, dan antibodi inilah yang akan melawan/membunuh virus Corona yang masuk pada tubuh kita. Berbondong-bondong para ilmuwan secara bersamaan membuat vaksin Covid, sehingga muncullah berbagai macam jenis vaksin.

Secara garis besar vaksin Covid 19 terdiri dari beberapa jenis, berdasarkan cara pembuatan vaksin dan cara bekerjanya.

Ada vaksin yang isinya virus yang telah dilemahkan atau dimatikan, sehingga jika vaksin jenis ini disuntikkan pada manusia, dia tidak berbahaya, tidak mengakibatkan sakit, tetapi kandungannya yang berupa virus, mampu memicu tubuh kita untuk membuat antibodi. Contoh jenis ini ada Sinovac/sinopharm.

Ada yang berupa pesan genetik yang setelah disuntikkan akan disisipkan pada sel manusia, sehingga nanti sel kita akan membentuk protein virus yang memunculkan antibodi, canggih memang. Contohnya moderna dan pfizer.

Ada yang isinya berupa partikel virus yang mampu memicu pembuatan antibodi. Contohnya Astra Zeneca, Janssen, Sputnik dan Convidencia.

Ada yang isinya protein serupa virus yang memicu antibodi, contohnya zifivax dan Novavax.

Untuk menimbulkan efek positif, maka vaksinasi ini harus dilakukan secara bersamaan dan dalam waktu secepat mungkin. Itulah mengapa program vaksinasi Covid harus diselesaikan secepatnya supaya terbentuk yang namanya ‘herd immunity’, kekebalan komunitas. Herd immunity ini gampangnya adalah membentuk komunitas yang sudah memiliki antibodi terhadap suatu penyakit sehingga jikalau ada virus menyerang komunitas itu, maka sebagian besar telah terlindungi dan bahkan dapat membunuh si virus/bakteri dan menghentikan penularannya sehingga dapat melindungi kelompok masyarakat yang rentan atau belum divaksinasi. Butuh 70% populasi yang divaksin untuk memunculkan Herd immunity ini.

Tokoh Lintas Agama Sukseskan Vaksinasi di UMP

Bagaimana negara kita bisa mencapai ‘Herd Immunity’ seperti yang disyaratkan di atas? Yang pertama harus bisa memproduksi vaksin sendiri. Dan ini kita mampu. Para ahli vaksin di PT. Biofarma sudah mampu membuat vaksin, tinggal dukungan dana dan kebijakan dari pemerintah. Jangan menggantungkan dari produk impor karena mahal dan stok produksinya terbatas, belum tentu dialokasikan untuk negara kita.

Ketidakpastian jumlah dan jenis vaksin akan menyebabkan keterlambatan pencapaian ‘Herd Immunity’ dan kebingungan masyarakat karena jenis vaksin berganti-ganti, menyebabkan praktik ‘cocktail’ vaksin yang belum tentu  ada evidence-nya. Ketersediaan vaksin produk dalam negeri juga memiliki keunggulan, yaitu terjadwal secara rutin dan optimal dalam mencapai kadar antibodi yang diinginkan. Tidak seperti sekarang, ada tang dapat dosis pertama jenis Moderna, giliran mau vaksin kedua ternyata Moderna tidak tersedia.

Akhirnya beberapa masyarakat menunggu hingga lebih dari 28 hari, bahkan ada yang menunggu vaksin kedua hingga 6 bulan, tentunya efek booster yang diinginkan tidak tercapai, karena jarak vaksin pertama dan kedua terlalu jauh, kadar antibodi dalam tubuh sudah sangat turun, risiko ketularan Covid 19 saat kadar antibodi turun tentunya lebih tinggi. Ada juga yang memutuskan memakai vaksin jenis lain, terjadilah ‘cocktail’ vaksin, yang belum semua ada data penelitiannya. Tapi ini lebih baik daripada menunggu impor vaksinnya datang.

Keunggulan lain jika memiliki vaksin sendiri adalah sustainabilitas (keberlanjutan) program vaksinasi. Karena virus ini beranak pinak terus dan bermutasi terus menerus, maka vaksinasi covid akan berlanjut pasca pandemi (era endemi), dan riset efektifitas vaksin pada varian baru dapat dilakukan sendiri.

Keunggulan lain secara ekonomi tentunya ada, harga vaksin menjadi murah, sehingga pemerintah bisa memproduksi dalam jumlah banyak dan digratiskan untuk rakyat. Selain itu bisa dijual ke negara lain yang belum bisa membuat vaksin, dampaknya akan ada jutaan tenaga kerja vaksin yang terserap mulai dari produksi bahan baku, produksi vaksin, rantai distribusi hingga marketing dan riset. Jangan memakai ahli dari luar negeri, biar anak bangsa yang berkarya karena kita mampu, UGM, UI, Unair, UMY, UAD, Unhas, USU, Undip, UNS, dan deretan universitas lainnya punya ilmuan dan lab yang bagus untuk riset vaksin., produksinya tetap di Biofarma, naikkan kapasitas produksinya.

Hal penting lain untuk keberhasilan vaksinasi adalah penyelenggaran vaksinasi secara terus menerus dan di banyak titik. Di USA, vaksin tersedia di toko-toko retail di tiap kota, Walmart salah satu contohnya, ada di tempat penjualan tiket pesawat dan di bandara, di kantor balaikota, di Universitas-universitas, bahkan di tiap tempat praktek dokter keluarga masing-masing vaksinnya tersedia, tinggal pilih jenisnya, dan gratis ditanggung negara. Kalo di negeri kita ada Indogrosir, Superindo, Alfamidi, Hypermart, Transmart, jejaring bioskop XXI, di seluruh bandara dan terminal serta stasiun KA, sokur-sokur bisa di alfamart dan indomaret, di klinik pratama atau praktek bidan dekat rumah kita, balai desa atau balai PKK, tersedia 24 jam dan gratis dibiayai pemerintah, faskesnya tinggal menagihkan ke pemerintah secara online, dibayar pemerintah tiap bulan. Kulkas vaksinnya bagaimana?

Drop dari pemerintah lewat puskesmas terdekat atau lewat Karang Taruna terdekat, pengadaannya bekerjasama dengan para sponsor (pabrik rokok, tekstil, pemilik mall, pemilik bank, pemilik stasiun televisi, maskapai penerbangan, pengusaha penebangan hutan, pengusaha minyak goreng, pemilik lahan sawit, pemilik real estate, filantropist dan para dermawan yang hartanya berlimpah di negeri ini). Toh para pengusaha ini punya jutaan karyawan yang harus divaksin juga, hitung-hitung CSR perusahaan dan pengabdian pada ibu pertiwi, tidak hanya mengambil keuntungannya saja. Strategi ini menghindari antrian vaksin massal dan wasting time menunggu antrian bagi yang sibuk bekerja, jadi lebih produktif waktunya.

Tenaganya dari mana untuk yang di bandara, toko retail, bioskop dan lokasi lainnya? Buka lowongan kerja nakes, digaji pemerintah dengan kontrak selama program vaksinasi berjalan, kalo masih kurang kerahkan tentara dan polisi bidang kedokteran kesehatan. Latih nakes ini untuk prosedur vaksinasi yang benar. Ini juga mengurangi angka pengangguran nakes terutama perawat yang jumlahnya kian banyak.

Permudah syarat administrasi vaksin seperti di negara lain, cukup menunjukkan KTP/SIM/KIA, input ke komputer untuk laporan penggunaan vaksin, jelaskan efek samping yang mungkin muncul, tanda tangan lembar informed consent, suntikkan, evaluasi 30 menit, done! Untuk vaksin kedua boleh dilakukan sesuai ketentuan dimanapun saat itu anda berada, bisa di tempat yang sama, bisa di lokasi berbeda, bahkan di luar kota atau luar pulau.

Kalau nanti sudah jadi endemi, maka tidak perlu syarat macam-macam, cukup tunjukkan kartu vaksin, bilang aja ‘dok, mau vaksin booster covid’. Hanya saja kalo sudah endemi maka pasien bayar sendiri, tapi harga murah dan menjangkau seluruh daerah sampai yang terpencil sekalipun. Sentra vaksin era endemi nantinya dipertahankan di lokasi-lokasi yang terjangkau rakyat, misal pasar-pasar tradisional, tempat lelang ikan, balai desa dan klinik pratama terdekat (tetap 24 jam, dan murah harganya, yang tidak kuat bayar silahkan tunjukkan kartu BPJS PBI, nanti akan dibayari pemerintah).

Jika produksi vaksin sudah mandiri, penjadwalan vaksinasi secara kontinyu akan berjalan, tidak perlu khawatir vaksin ED atau mahal. Masyarakat senang, pemerintah tenang, penyakitnya hilang !!

Dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A, Dokter Spesialis Anak RS PKU Bantul Jogjakarta, Dosen FK UAD

Exit mobile version