Allah Memperkenalkan (67) Ingin Melihat Allah
Oleh: Lutfi Effendi
Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.
Pada tulisan kali ini, ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 55 yang masih merupakan sambungan kisah Bani Israil pada era Nabi Musa:
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَخَذَتْكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ
wa iż qultum yā mụsā lan nu`mina laka ḥattā narallāha jahratan fa akhażatkumuṣ-ṣā’iqatu wa antum tanẓurụn
Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. (Qs Al Baqarah 55)
Pada ayat 55; surat Al Baqarah ini jelas-jelas umat Nabi Musa mengatakan, bahwa mereka tidak akan beriman sebelum melihat Allah dengan jelas. Dari ucapan yang kurang ajar ini, memang Bani Israil masih menginginkan Tuhan yang tampak mata, nyata terlihat sebagaimana patung anak sapi.
Keinginan seperti ini, memang sudah menjadi ciri masyarakat pada umumnya yang jauh dari ilmu. Penginnya sesuatu itu dapat dilihat, atau bisa dirukyat, termasuk melihat Tuhan. Karenanya, banyak orang tersesat jalan dalam hal penyembahan Tuhan. Ada yang menyembah matahari, ada yang menyembah rembulan, ada yang menyembah api, dan ada yang menyembah patung dengan berbagai nama. Padahal mereka sebagian yang disembah itu hanyalah makhluk Allah dan sebagian yang lain adalah buatan makhluk Allah.
Sesungguhnya manusia sebagai makhluk Allah dengan raganya yang terbatas tidak akan sanggup melihat Allah. Bahkan Nabi-nabi pun tidak sanggup melihat Allah dengan raganya yang terbatas di dunia ini. Energi yang dipancarkan oleh Allah tidak akan bisa kuat diterima oleh makhluknya di dunia ini, artinya manusia tidak akan mampu melihat Allah. Jika dipaksakan manusia akan pingsan dan bahkan akan mati.
Akibatnya, maka tubuh mereka seperti disambar halilintar. Mereka pun ada yang meninggal atau pun hanya pingsan karena energi Allah yang terpancar lewat halilintar. Oleh karenanya manusia hanya bisa melihat langsung kekuasaan Allah saja lewat sesuatu yang diciptakan-Nya. Seperti harmoninya peredaran bulan, bumi dan matahari serta benda langit lainnya. Demikian juga bisa melihat kondisi manusia sendiri, misal bagaimana jantung berdenyut tanpa henti menyertai kehidupan manusia.
Apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas:
Orang beriman kadang tidak perlu melihat, tetapi bisa didapat melalui tanda-tanda yang dipancarkan. Bagi umat saat ini, yang dapat dilihat untuk diimani hanyalah Kitab Suci Al Qur’an. Lainnya hanya bisa dirasakan adanya, tanpa melihat langsung keberadaannya.
Allah SwT hanya bisa dilihat dari kekuasaan-Nya. Malaikat sebagian bisa dilihat dari hasil kerjanya. Nabi-nabi bisa dilihat dari Kitab yang ditinggalkannya. Demikian pula hari kiamat serta qodo dan qodar juga hanya bisa kita percayai.
Wa Allahu a’lam bish-shawab. (*)