Dahlan Rais: Teladan Kunci Utama Religiusitas Ihsan
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah –Membangun religiusitas yang mencerahkan diperlukan penghayatan, pengalaman dan pengamalan. Beragama yang mencerahkan di era revolusi industri ini seyogyanya juga dibareng dengan pengetahuan beragama dan konsistensi.
Seperti disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dahlan Rais saat menutup secara resmi Pengajian Ramadhan 1443 H, dalam mengembangkan religiusitas ihsan yaitu keteladanan. “Hal ini sangat berpengaruh terutama dalam mewariskan kepada generasi berikutnya,” tuturnya, Kamis (7/4/2022).
Dahlan Rais melakukan refleksi berbagai kajian yang telah disampaikan diantaranya saat menguraikan tentang iman, islam dan ihsan. Sifat-sifat yang disebut dalam QS Ali Imran [3] ayat 159 tersebut merupakan keutamaan, nilai-nilai luhur untuk pengejawantahan ihsan, suatu tataran tertinggi dari kehidupan manusia yang beragama.
“Karena Allah-lah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS Ali Imran [3] : 159)
Berlaku lemah lembut kepada orang yang tidak menyukainya bahkan memusuhinya. Ini hal yang tidak mudah karena merupakan suatu ujian bagi umat beragama. Jika berlaku keras, berlaku kasar pasti orang lain akan menjauhimu. Terlebih kepada orang-orang yang tidak sepaham dan sependapat serta mungkin memusuhi, umat Islam diperintahkan untuk memohonkan ampunan dan diperintahkan untuk memberi maaf. Kemudian disebutkan untuk bermusyawarahlah dengan siapa pun dan bertawakal kepada Allah.
Pada pemaparan para pemateri Pengajian Ramadhan kali ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama kemajuan bila dipahami dengan baik dan diamalkan dengan benar maka akan menghasilkan masyarakat yang unggul serta peradaban yang tinggi. Sesungguhnya Islam hadir mengatasi berbagai macam keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, serta kerusakan akhlak umat islam.
Maka pada era sekarang ini tantangan umat Islam sungguh berat. Berbagai kemajuan dunia telah direngkuh dengan ilmu pengetahuan (sains), namun dengan membangun religiusitas yang mencerahkan jangan sampai masyarakat meninggalkan agama.
Selanjutnya hal yang juga penting yaitu mewariskan atau mentransfer nilai-nilai utama dari generasi-ke generasi. Ada 1001 jalan bisa ditempuh agar mengembangkan dan melembagakan religiusitas lintas generasi.
Selain itu, diperlukan keteladanan yang paling efektif dan persambungan peran yang dilakukan para pemimpin. “Maka pemimpin harus menyadari sepenuhnya bahwa mereka akan menentukan sebagian besar perubahan yang diikuti generasi ke generasi berikutnya,” ungkapnya.
Dahlan Rais mencontohkan ketika pada saat Orde Baru dilakukan upaya Pancasilaisasi seluruh masyarakat tanpa kecuali dengan pentaran P4 yang begitu masif. Akan tetapi yang menjadi program utama pemerintah pada saat itu belum berhasil, jauh panggang dari api karena kurangnya keteladan.
Maka Muhamamdiyah harus belajar dari hal tersebut agar nilai-nilai utama dalam Islam dipahami dengan benar untuk membawa masyarakat yang unggul dan berperadaban baik. Hal ini juga menjadi catatan karena dengan pola penataran secara sistem kurang tepat.
Ada beragam cara yang bisa dilakukan oleh Muhammadiyah, termasuk dengan keteladan dan kemauan yang kuat untuk membangun dan mengembangkan religiusitas yang mencerahkan dan menggembirakan. Karena dalam beragama menggembirakan menjadi hal yang penting, beragama harus bahagia dengan keterbukaan. (rpd)