Perlu Istikamah, Religiusitas Ihsan Akan Masuk ke Sistem Perkaderan Muhammadiyah
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Membangun religiusitas atau keberagamaan tidak bisa terlepas dari iman, islam, ihsan, dan takwa. Menjaga kontinuitas amal ihsan adalah bagian penting dari upaya membangun kualitas keberagmaan seseorang.
Ketua Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah Dr Ari Anshori menyebutkan bahwa dalam beragama sangat diperlukan sikap istikamah yang juga sangat disenangi Allah SwT. “Jadi harus dijaga kualitas keimanannya dan kontinuitas dalam beragama ini,” tuturnya dalam penutupan Pengajian Ramadhan 1443 H, Kamis (7/4/2022).
Seperti yang disampaikan dalam Hadits ketika salah seorang sahabat Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi bertanya, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu ucapan dalam Islam dan saya tidak akan bertanya lagi kepada selainmu”. Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Ucapkanlah: ‘Aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah”.
Langkah Muhamamdiyah 1938-1940 menganjurkan untuk memperdalam masuknya iman didahului dengan upaya memahami secara mendalam makna agama Islam. Maka sudah tepat pemaknaan oleh Majelis Tarjih yang menyebutkan Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah yang sahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat.
Istikamah dalam beriman sangat disenangi oleh Allah SwT, tercermin dalam QS Al-Hujurat : 7-8, “…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”
Era disrupsi disebabkan oleh revolusi industri teknologi termasuk terjadinya pandemi Covid-19 menjadikan keberagamaan di Muhammadiyah autentik dan tidak luntur. Maka, Religiusitas ihsan adalah salah satu diksi yang akan dimasukkan ke dalam revisi Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM).
Kemudian, Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah juga tengah membangun heritage Pusdiklat Kader di Kulon Progo, Yogyakarta. Serta Buku Rekam Jejak Sejarah Perkaderan Muhammadiyah sedang dalam tahap penyusunan tim penulis. Berbagai hal yang telah diupayakan MPK baik dengan membangun Pusdiklat dan rekam jejak perkaderan merupakan sebagai bentuk Religiusitas ihsan yang patut didukung segenap warga persyarikatan Muhamamdiyah. (rpd)