Kunci Dakwah Ala Ustaz Das’ad Latif

Das'ad Latief

Kunci Dakwah Ala Ustaz Das’ad Latif

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Saya pengagum Muhammadiyah”, demikianlah ungkapan Ustaz Das’ad Latif saat mengisi acara Pengajian Ramadhan 1443 H PP Muhammadiyah di bawah tema Mengembangkan Religiusitas Islami yang Mencerahkan dalam Komunitas Milenial di Era Disrupsi.

Di sesi akhir pengajian Ramadhan pada 7 April 2022, Ustaz Das’ad memaparkan materi kajian bersama narasumber lainnya: Nashir Efendi, Diyah Puspitarini, dan Asep Purnama Bahtiar dengan moderator Abidah Muflihati.

Ustaz Das’ad mengapresiasi kalangan milenial yang selalu punya peran penting dalam setiap zaman. Bahkan dalam kisah Umar bin Khattab dan Ubay bin Ka’ab, ada hikmah tentang generasi tua yang mau belajar pada generasi muda.

Pemuda memang memiliki energi dan gagasan yang lebih segar, namun juga harus menghormati generasi yang lebih tua. Sementara itu generasi yang lebih tua harus menyayangi yang muda dan bisa menyesuaikan diri dalam mendekati mereka.

Puasa, kata Ustaz Das’ad, mengajarkan kepada kita supaya memiliki sifat kehati-hatian. Sifat inilah yang sering diabaikan oleh anak muda. Hati-hati dalam memilih istri, memilih guru, memilih teman, memilih organisasi, dan memilih tempat tinggal.

Bagi Ustaz Das’ad, generasi milenial dalam Angkatan Muda Muhammadiyah tak asing lagi dengan kehati-hatian tersebut. Itulah beruntungnya berada di dalam organisasi Muhammadiyah. Ia merasa bersyukur dan bangga menjadi bagian dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) saat masih pelajar dulu.

Selanjutnya, sebagai seorang da’i, Ustaz Das’ad membagikan kunci dakwah yang selama ini menjadi bagian dari trateginya, termasuk di media sosial. Secara umum ada lima kunci dakwah ala Ustaz Das’ad:

Pertama, harus jelas tujuannya. Dengan tujuan dakwah yang jelas, seorang da’i atau pengurus organisasi Islam seperti Muhammadiyah ini akan lebih terarah, menempuh jalur dan cara yang jelas, antisipatif, hingga sampai sampai ke tujuan.

Kedua, perlu ilmu. Dalam menjalankan fungsi dakwah, ilmu adalah unsur yang wajib dimiliki, khususnya materi yang mau disampaikan serta metode yang akan ditempuh, baik secara tatap muka maupun online.

Ketiga, kolaborasi. Kolaborasi atau kerja sama adalah keniscayaan, apalagi di era disrupsi. Saat ini kita memerlukan talenta yang beragam sehingga saling melengkapi dan saling mendukung.

Keempat, napas panjang. Pelaku dakwah harus bernapas panjang. Artinya, memiliki niat, semangat, konsisten, sabar, dan tidak mudah putus asa. Dakwah tidak selalu mudah, banyak tantangan. Maka diperlukan napas panjang.

Kelima, strategi. Strategi dakwah memerlukan wawasan yang beragam supaya memahami peta sosial dan psikologi objek dakwah secara lebih utuh. Termasuk di dalamnya strategi komunikasi. Tanpa strategi, dakwah kita mungkin tidak akan menarik dan akan ditinggalkan, bahkan bisa saja medapatkan penolakan atau perlawanan.

Era media sosial menjadi tantangan dakwah tersendiri di kalangan para da’i. Generasi milenial sebagai masyarakat digital tulen memiliki posisi yang strategis untuk mengisi konten-konten berkemajuan. (Erik Tauvani)

Exit mobile version