Ghirah Militansi Ber-Muhammadiyah di Baitul Arqam PCM Wiyung
SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Baitul Arqam Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wiyung kota Surabaya dalam rangka kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah dilaksanakan pada hari Sabtu-Ahad, 9-10 April 2022 di Aula Masjid At Taqwa SD Muhammadiyah 15 Surabaya.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh guru dan karyawan perguruan Muhammadiyah Wiyung kota Surabaya, anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Aisyiyah, takmir masjid, anggota Ortom Muhammadiyah dan Aisyiyah serta amal usaha lainnya, yang berjumlah 103 orang peserta.
Tema yang diangkat dalam kegiatan Baitul Arqam ini adalah peningkatan ghirah militansi ber-Muhammadiyah bagi kader di era 5.0 yang mencerahkan dan berkemajuan. Agar bisa berjalan lancar dan berkualitas, maka Baitul Arqam ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Uula dan Wustho.
Sebelum kegiatan dimulai peserta mengisi daftar hadir sesuai dengan kelompoknya masing-masing, dilanjutkan acara pembukaan. Drs Ranu Wasisto MM Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wiyung kota Surabaya menyampaikan dalam sambutannya, kegiatan Baitul Arqam ini diharapkan bisa diikuti kader-kader persyarikatan Muhammadiyah yang berasal dari Ranting Muhammadiyah maupun Aisyiyah.
Jangan hanya mengandalkan dari guru dan karyawan perguruan Muhammadiyah Wiyung kota Surabaya saja, karena itu sudah jelas pembinaannya,”marilah bapak ibu sekalian, kita sebagai warga Muhammadiyah, harus kita kembangkan pengkaderan seperti ini dengan perencanaan yang bagus, tersusun rapi dan bisa ditindaklanjuti,”tuturnya, sambil memberikan semangat ikut Darul Arqam.
Selesai acara pembukaan, seluruh peserta masuk ke ruang kelas yang sudah disiapkan panitia, kelompok Uula berada di Aula lantai 1 sedangkan kelompok Wustho ada di ruang kelas lantai 2, kemudian peserta mengikuti pre tes kompetensi dan wawasan sebelum materi sesi 1 dilaksanakan.
Seperti yang ada di rundown acara, di kelompok Uula sesi 1 materi tentang Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah, DR H Sholikin Fanani MPSDM Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur sebagai narasumber.
Sedangkan kelompok Wustho materi tentang Aplikasi Tauhid di Masa New Normal dalam Kehidupan Sehari-hari, HM Qodiron Abdurrohim, Praktisi Pendidikan dan Mubaligh sebagai narasumbernya.
Sholikin Fanani, panggilan akrabnya, mengawali dengan bercerita sejarah adanya Islam Berkemajuan. Sudah berjalan hampir 12 tahun yang lalu istilah Islam Berkemajuan diusung Muhammadiyah, tepatnya pada saat Muktamar Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta.
“Mengapa disebut Islam Berkemajuan?” Tanya Sholikin kepada peserta. Ada empat kategori nya, pertama ikhtiar mendinamisasi Islam, kedua samangat Islam, ketiga tidak berhenti bergerak ke depan dan selalu unggul, keempat Islam lebih maju.
Disamping itu, Muhammadiyah memiliki beberapa pilar, yaitu tauhid yang autentik dan tidak boleh menyimpang, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, berpemahaman yang benar seimbang antara aspek tsawabit (baku) dan mutaghayyirat (dinamis), bersifat wasathiyah (pertengahan) moderasi dalam pemikiran dan gerakan, serta menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan.
Narasumber asal Lamongan ini, sedikit menceritakan kisah dirinya saat mau masuk Muhammadiyah, ayahnya bilang,’bener ta kamu masuk Muhammadiyah?” “Bener bapak,” Sholikin menjawab. Muhammadiyah itu bagaikan tiang listrik madep mancep tur lurus, tidak pernah goyah, sambung bapaknya.
Hal itulah yang membuatnya, tetap semangat berjuang di organisasi Muhammadiyah, karena Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan berupaya memancarkan pencerahan bagi kehidupan yang terinspirasi dari Al Qur’an surat Ali Imran ayat 104, 110 dan Al Maun.
Demikian sedikit penjelasan mengenai Islam Berkemajuan yang dimanifestasikan melalui gerakan nyata berupa dakwah amar nahi munkar, tajdid dan pengkaderan,”sebagai upaya mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”Tutur Sholikin, sambil tersenyum mengakhiri materi nya.
Sementara di kelompok Wustho, HM Qodiron Abdurrohim, sebagai narasumber menyampaikan untuk meraih harga diri Islam yang hilang ada lima kuncinya, yaitu satu kekuatan iman (QS Al Anam 6:82), kedua kekuatan ilmu (QS Al Baqarah 2:247), ketiga kekuatan amal (QS An Nahl 16:97), keempat kekuatan ukhuwah (QS Al Maidah 5:2) dan kelima kekuatan do’a (QS Ali Imran 3:147).
Kelima kunci tersebut bapak ibu harus kita terapkan dengan seimbang, agar apa yang kita laksanakan mendapatkan berkah dan hidayah dari Allah SWT.”Jangan sampai apa yang kita laksanakan sia-sia belaka, tidak mendapatkan ridho dari Allah SWT.”Seru Qodiron, mengajak kepada seluruh peserta Baitul Arqam. Ali Shodiqin