Prof Ambo Asse: Hadapi Disrupsi dengan Ideologi yang Kuat

Ideologi

Prof Ambo Asse: Hadapi Disrupsi dengan Ideologi yang Kuat

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Pengajian Ramadan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel resmi dibuka, Sabtu 9 April 2022, di Balai Sidang Muktamar Unismuh Makassar.

Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PWM Sulsel, Husain Abd. Rahman melaporkan, bahwa peserta pengajian yang hadir secara luring berasal dari sepuluh daerah.

“Hingga kini yang terdaftar ada 10 pimpinan daerah, ditambah dengan beberapa pimpinan perguruan tinggi Muhammadiyah, sementara 14 daerah lainnya belum memberikan jawaban untuk hadir secara luring. Semoga hadir secara daring,” ungkap Husain.

Ia melaporkan, pengajian tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ini karena tema yang diangkat pada tahun sebelumnya selalu sama dengan PP, akan tetapi kali ini tema yang diangkat berbeda dengan PP.

“Kami mengangkat tema yang sesuai kebutuhan dan keadaan di Sulsel. Ini setelah kita mengamati berdasarkan evaluaasi pelaksanaan baitul arqam di daerah-daerah. Kami menganggap perlu meneguhkan nilai-nilai dasar Muhammadiyah,” ungkap Husain.

Ketua PWM Sulsel, Prof. Dr. Ambo Asse dalam sambutannya menyampaikan, peneguhan ideologi bagi seluruh elemen Persyarikatan sangat penting dan urgent.

“Pimpinan pusat mengambil tema Membangun Religiusitas yang Mencerahkan di Era Disrupsi. Oleh karena itu, untuk menghadapi era disrupsi itu, kita perlu meneguhkan ideologi,” kata Prof Ambo.

Diketahui, era Disrupsi merupakan suatu masa dengan perubahan total yang fundamental di segala aspek kehidupan manusia.

Era ini ditandai dengan perubahan yang masif, cepat, dengan pola yang sulit tertebak. Tidak hanya itu, perubahan yang cepat ini pun menyebabkan ketidakpastian. Arah perubahan yang tidak jelas juga menyebabkan ambiguitas.

Untuk itu, Prof. Ambo berpesan kepada seluruh pimpinan dan kader Persyarikatan untuk selalu mengulang-ulangi dan merenungi Surah Al-Imran: 104.

“Waltaqum minkum ummati… Kenapa ayat ini? Karena ayat inilah yang menjadi alasan filosofi Kiai Ahmad Dahlan sehingga mendirikan Muhammadiyah,” ungkap Prof. Ambo.

Prof. Ambo menuturkan, Kiai Ahmad Dahlan menyadari betul bahwa Allah memerintahkan untuk membentuk sebuah gerakan untuk mengorganisasi kebaikan-kebaikan sehingga kemungkaran dapat dicegah.

Keyakinan dan tindakan Kiai Ahmad Dahlan tersebut berasal dari refleksi atas Surah Al-Imran: 104. “Oleh karena itu, seluruh pimpinan dan kader Muhammadiyah harus selalu merefleksi ayat ini supaya kita senantiasa menyadari untuk apa Muhammadiyah ini didirikan,” ungkap Rektor Unismuh Makassar ini.

Prof Ambo juga menyinggung terkait kepatuhan pimpinan dan kader pada putusan-putusan pimpinan Muhammadiyah. Salah satunya, terkait hisab wujudul hilal yang digunakan oleh Persyarikatan ini.

Ia memastikan bahwa keputusan Muhammadiyah terkait penetapan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 9–10 Zulhijah berlandaskan pada Quran dan Sunah. “Bahkan, perintah hisab itu perintah Quran, diperintahkan juga oleh hadis. Sementara, rukyat hanya berdasarkan hadis,” tutup Prof. Ambo (Fikar).

Exit mobile version