Baitul Arqam Jilid II Penuh Berkah PCM Wiyung
SURABAYA, Suara Muhammadiyah – DR H Imam Syaukani MA penyaji pertama Baitul Arqam Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wiyung kota Surabaya Jilid II di Aula SD Muhammadiyah 15 Surabaya, 10 April 2022, dengan tetap jalankan protokol kesehatan.
Dr H Imam Syaukani MA penyaji pertama Baitul Arqam Jilid II, dengan materi Model dan Strategi Dakwah Muhammadiyah, sesuai dengan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH).
Menurut Syaukani, panggilan akrabnya,”sebagai gerakan dakwah, maka yang utama bagi Muhammadiyah adalah bagaimana pesan-pesan dakwah dapat sampai dan diterima masyarakat.” Tutur ketua KMM kota Surabaya.
Tantangan dakwah Muhammadiyah pada saat ini, pertama, adanya problema kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, terkait dengan sosial politik terutama pasca reformasi. Perubahan alam pikir yang cenderung pragmatis, matrealistik, hedonis dan individualistik. Penetrasi budaya asing, multikulturalisme dan globalisasi.
Kedua, pemikiran dan gerakan radikal yang berasal dari luar negeri dan berkembang di Indonesia. Ketiga, Al-Ikhwan Al-Muslimun, gerakan yang didirikan Hasan Al Banna di Mesir-berusaha mewujudkan sistem khilafah.
Tantangan keempat, munculnya Hizbut Tahrir, gerakan yang didirikan Taqiyuddin an+Nabhani yang ingin membangkitkan kembali sistem khilafah dan berusaha menerapkan seluruh sistem secara kaffah tanpa ada kompromi dengan sistem-sistem di luar Islam.
Kelima, adanya Syi’ah, di Indonesia penyebarannya dilakukan dua jalur, yaitu lewat jalur resmi negara dan swasta. Keenam, Jama’ah Tabligh, gerakan yang para elitnya memusuhi tokoh-tokoh dakwah, seperti Abu A’la Al Maududi di Pakistan.
Sedangkan terakhir ketujuh, Ahmadiyah, gerakan yang didirikan Ahmad Mirza Ghulam di India, berpusat di Inggris dapat sokongan penuh dari Inggris dan Amerika.
Maka berhati-hatilah dalam memilih mubaligh, jangan sampai salah dan malah menyesatkan. “Seorang mubaligh tujuannya memberikan pencerahan dengan berpedoman pada Al Qur’an dan As Sunnah,”sambung Saukani sambil menutup materi.
Kemudian dilanjutkan pemateri kedua, Dr dr Sukadiono MM Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, dengan materi Muhammadiyah ku, Muhammadiyah mu dan Muhammadiyah kita.
Sebelum materi disampaikan, Sukadiono, panggilan akrabnya, mengajak kepada seluruh peserta agar lebih banyak diskusi, tanya jawab dan “siapa mampu menjawab pertanyaan, sudah kita siapkan hadiah nya untuk bekal buka dan hari raya,”ungkapnya, yang disambut tepuk tangan meriah peserta Baitul Arqom.
Bapak ibu peserta Baitul Arqam , cara ber-Muhammadiyah itu mudah, maka kita harus bisa mencermati tipe orang berorganisasi, pertama, niogenetis, ber-Muhammadiyah hanya untuk mencari gaji, membutuhkan self of belonging.
Kedua, sosiogrenetis, menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan. Sedangkan yang ketiga, teogenetis, ber-Muhammadiyah secara totalitas untuk mengembangkan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)/persyarikatan.
Nah bapak ibu sekalian, semoga kita termasuk tipe yang ketiga,”sehingga apa yang kita lakukan selama ini di persyarikatan Muhammadiyah membawa berkah baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat,”serunya, sambil mengajak seluruh peserta.
Sudah jelas ya apa yang disampaikan, sekarang saya bertanya, silahkan bapak ibu angkat tangan jika mau menjawab, moderator nanti yang menentukan. “Sebutkan nama kecil pendiri Muhammadiyah?” Tanya Sukadiono.
Peserta pun banyak yang angkat tangan, moderator lalu menunjuk peserta yang lebih dulu angkat tangan,”ya bapak Wahid dari pimpinan ranting Muhammadiyah, silahkan menjawab,’sahut Sholikin MPdI sebagai moderator. “KH Ahmad Dahlan masa kecilnya Muhammad Darwis,”jawab Wahid.
Dengan penuh semangat, Sukadiono, menepati janjinya,”silahkan moderator dicatat namanya nanti akan saya transfer ke panitia, setiap peserta yang bisa jawab ada uang berkah Rp 250 rb.” Disambut tepuk tangan yang meriah seluruh peserta, sampai-sampai 12 kali pertanyaan yang dilontarkan.
Alhamdulillah, mohon maaf bapak ibu sekalian bagi yang belum mendapatkan, insyaAllah lain waktu akan kita sambung lagi,”sekali lagi semua ini, untuk memberikan motivasi kepada seluruh peserta agar ber-Muhammadiyah secara totalitas bukan setengah-setengah.” Imbuh Sukadiono, sambil melambaikan tangan menutup materi. (Ali Shodiqin)